Tafsir Surat Al-Fatihah Ayat 1: Apakah Basmalah Adalah Bagian dari Ayat Al-Qur’an?

Tafsir Surat Al-Fatihah Ayat 1: Apakah Basmalah Adalah Bagian dari Ayat Al-Qur’an?

Tafsir Surat Al-Fatihah Ayat 1: Apakah Basmalah Adalah Bagian dari Ayat Al-Qur’an?

Al-Fatihah adalah surat yang dihafal oleh mayoritas umat Islam. Pasalnya, surat ini adalah rukun shalat, dan oleh karenanya harus dibaca (setidaknya menurut Imam Syafi’i, Imam Malik, dan Imam Hanbali).

Meski begitu, bagaimana jika kenyataannya ada yang tidak hafal? Apakah shalatnya tidak sah? Tetap sah, dan lebih lengkapnya silakan baca di sini.

Mula-mula, Allah SWT membuka surat al-Fatihah dengan firman:

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ

“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang” (QS. Al-Fatihah [1]: 1)

Apakah bismillahirrahmanirrahim atau basmalah adalah ayat dari surat al-Fatihah?

Al-Qurthubi dalam tafsirnya menjelaskan bahwa setidaknya ada tiga pendapat dalam menyikapi persoalan ini. Pertama, pendapat Imam Malik yang mengatakan bahwa basmalah bukan ayat dari surat-surat dalam al-Qur’an, baik a-Fatihah maupun surat-surat lainnya.

Kedua, pendapat Abdullah bin Mubarak, yakni basmalah adalah ayat dari setiap surat. Sedang ketiga adalah pendapat Imam Syafi’i. Beliau berpendapat bahwa basmalah adalah bagian dari al-Fatihah.

Lalu, bagaimana dengan surat lainnya? Imam Syafi’i memiliki dua pendapat, bisa menjadi ayat dari setiap surat dan bisa tidak. Sedangkan untuk kalimat basmalah di surat al-Naml, semua ulama sepakat bahwa bahwa ia adalah ayat al-Qur’an.

Surat ini memiliki tujuh ayat. Lantas bagaimana hitungannya jika dikaitkan dengan “kontroversi” basmalah di atas?

Bagi yang meyakini bahwa basmalah adalah ayat dari surat al-Fatihah, maka yang pertama adalah basmalah dan ayat ketujuhnya adalah shiratalladzina an’amta ‘alaihim… (sampai akhirat surat). Sedang bagi yang meyakini bahwa basmalah bukan ayat dari al-Fatihah, maka ayat pertama adalah alhamdulilah…. dan ayat ketujuhnya adalah ghairil maghdubi ‘alaihim… Begitu kurang lebih penjelasan al-Baghawi.

Al-Tsa’labi dalam tafsirnya menyebutkan bahwa huruf ba’ dalam kata basmalah ini ba’ tadhmin (menyertakan) atau ba’ ilshaq (pelengketan/perekatan). Seperti ucapan, “Saya menulis dengan pena”. Maka kegiatan menulis tidak bisa dipisahkan dengan pena. Dari sini, dapat dipahami bahwa basmalah adalah ungkapan yang bermakna mengaitkan apa yang sedang atau akan dikerjakan dengan nama Allah SWT.

Siapa saja yang melakukan hal demikian (mengaitkan Allah dalam setiap aktifitas), maka apa yang ia kerjakan akan menjadi baik dan atau ia akan terhindar dari godaan nafsu atau upaya merugikan orang lain. Begitu penjelasan M. Quraish Shihab.

Ia juga menambahkan bahwa ada pula yang berpendapat bahwa ba’ pada basmalah ini bermakna kekuasaan. Yakni ketika seseorang membaca basmalah, maka sejatinya ia sadar dengan sepenuh tenaga bahwa ia tidak dapat mengerjakan apapun melainkan jika ada pertolongan dari Allah SWT.

Walhasil, basmalah mengajarkan bahwa seharusnya Allah-lah yang menjadi pendorong atau titik tolak. Bukan yang lain. Mana mungkin ketika Allah dilibatkan, ia tidak akan “sukses”? Setidaknya sukses secara batin. Bisa jadi memang ia tidak berhasil secara fisik (bisnis gagal, daftar kerja ditolak, dll), namun hatinya akan tetap tenang karena ia sadar bahwa ia sudah memulainya dengan nama Allah dan jika hasilnya tidak sesuai dengan apa yang inginkan, maka ia tak akan kecewa karena itu adalah kehendak Allah.

Lebih jauh, basmalah juga memberikan gambaran bahwa sejatinya manusia itu lemah. Ia tidak bisa melakukan apapun tanpa dipinjami kekuatan olehNya. Jika pun ia berhasil mencapai apa yang ia kerjakan, ia tidak akan sombong dan angkuh. Karena ia sadar bahwa ia sama sekali tak punya kekuatan. Wallahu a’lam