Utusan dari enam belas negara Arab berkumpul dalam sebuah pertemuan untuk mendaftarkan seni kaligrafi Arab ke UNESCO (Organisasi Pendidikan Kebudayaan dan Pengetahuan PBB) sebagai warisan dunia tak benda (intangible cultural heritage). Pertemuan ini dilaksanakan di Riyadh, Arab Saudi di bawah naungan Kementerian Kebudayaan Arab Saudi pada tanggal 2 Februari 2020.
Keenam belas perwakilan negara Arab ini terdiri dari para pakar kesenian Arab, bekerjasama dengan Arab League Educational, Cultural and Scientific Organization (Organisasi Liga Arab bidang Pendidikan, Kebudayaan dan Ilmu pengetahuan) atau yang lebih dikenal dengan ALECSO.
Masing-masing perwakilan negara Arab tersebut mempresentasikan hasil kajian yang akan diajukan kepada UNESCO. Salah satu di antaranya adalah Dr. Nahla Emam, dari Departemen Kesenian Rakyat (Al-Ma’had ‘Aly Lil-funuun al-Syu’biyyah) Akademi Seni Mesir. Menurut keterangan dari Dr. Nahla Imam kepada Egyptianstreet.com (9/2), hasil dari pertemuan ini akan diajukan dan dipresentasikan kepada UNESCO untuk dievaluasi pada bulan Maret mendatang.
Dia menambahkan, “Kaligrafi adalah seni yang dipraktikkan oleh lelaki dan perempuan, melintasi zaman dan melampaui banyak bidang seperti arsitektur, dekorasi, lukisan bahkan sampai seni kontemporer…. Pada dasarnya, kaligrafi bukan hanya sekadar teks tertulis, melainkan sebuah dunia seni yang membawa keindahan dan tradisi kebudayaan manusia.”
Kerumitan teknik tulisan tangan dalam seni kaligrafi tidak hanya menjadi media yang menampilkan pesan bernilai bagi pembaca, tapi juga mampu memaksa para pembacanya untuk menangkap dan mengapresiasi keindahan yang ditampilkan.
Seni kaligrafi diketahui sudah ada setidaknya sejak dua ribu tahun lalu, namun belum terdaftar sebagai warisan dunia UNESCO. Sejak kategori warisan dunia tak benda dicetuskan pada tahun 2008, seni kaligrafi dari beberapa kawasan sudah terdaftar. Antara lain kaligrafi Cina pada tahun 2009, dan kaligrafi Armenia yang masuk pada tahun lalu.
Bagi negara-negara kawasan Arab, kaligrafi menyimpan banyak aspek dari kekayaan budaya, dan bagian tidak terpisahkan dari kemajuan peradaban Islam. Hal ini ditegaskan oleh Hattan bin Mounir bin Samman, Sekretaris Jenderal Komisi Nasional Pendidikan, Kebudayaan dan Ilmu Pengetahuan Arab Saudi. Dirilis oleh Arabnews.com (3/2), dia mengatakan bahwa kaligrafi Arab memiliki nilai yang luar biasa karena sejarahnya yang panjang dan keunikannya sebagai salah satu aspek terkaya identitas budaya Arab dan Islam.
Dia menambahkan, pertemuan ini diharapkan mampu meneguhkan kehadiran seni kaligrafi di forum-forum internasional. Selain itu, seni kaligrafi Arab adalah jalur penting untuk melestarikan identitas kebudayaan bagi generasi selanjutnya.
Nahla Emam menambahkan, bahwa seni kaligrafi berpotensi menjadi wadah dialog, menyatukan kawasan Arab yang tercerai-berai oleh negara dan agama. “Meski kebudayaan modern dan internet telah menurunkan nilai tulisan tangan, tetapi kaligrafi masih bertahan dan dihormati banyak orang. Ia adalah seni yang selalu ada di banyak gereja dan masjid, bersentuhan dengan kesenian lainnya,” pungkasnya. [FR]
Sumber: egyptianstreets.com, arabnews.com.