Iman pada kitab-kitab Allah termasuk sebagian dari rukun iman yang enam. Mulai dari kitab Taurat, Zabur, Injil, dan Al-Quran. Allah Swt. berfirman dalam Qs. An-Nisa (4) :136,
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اٰمِنُوْا بِاللّٰهِ وَرَسُوْلِهٖ وَالْكِتٰبِ الَّذِيْ نَزَّلَ عَلٰى رَسُوْلِهٖ وَالْكِتٰبِ الَّذِيْٓ اَنْزَلَ مِنْ قَبْلُ ۗوَمَنْ يَّكْفُرْ بِاللّٰهِ وَمَلٰۤىِٕكَتِهٖ وَكُتُبِهٖ وَرُسُلِهٖ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلٰلًا ۢ بَعِيْدًا
Wahai orang-orang yang beriman! Tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya (Muhammad) dan kepada Kitab (Al-Qur’an) yang diturunkan kepada Rasul-Nya, serta kitab yang diturunkan sebelumnya. Barangsiapa ingkar kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sungguh, orang itu telah tersesat sangat jauh.
Maksudnya, orang yang mengingkari atau tidak mempercayai salah satu kitab yang empat, maka orang tersebut tidak bisa disebut sebagai orang yang beriman. Bahkan dalam ayat tersebut dikatakan orang yang sangat tersesat dan sangat jauh. Jauh di sini dimaksudkan jauh dari kebenaran (lihat Tafsir Jalalain, juz 1/hal.90).
Jadi, sebagai umat Islam, selain harus iman pada Al-Quran, kita juga dituntut untuk beriman kepada kitab yang diturunkan sebelum Al-Quran.
Terlepas dari itu, kita juga perlu tahu tentang perbedaan cara turunnya Al-Quran dengan kitab yang lain. Namun, tahu terhadap perbedaan ini bukanlah termasuk syarat dari keimanan kita terhadap kutubullah. Hanya saja kita sebagai orang yang haus ilmu pengetahuan hendaknya mengetahuinya.
Allah Swt. berfirman dalam Qs. Ali Imron (3) : 3-4,
نَزَّلَ عَلَيْكَ الْكِتٰبَ بِالْحَقِّ مُصَدِّقًا لِّمَا بَيْنَ يَدَيْهِ وَاَنْزَلَ التَّوْرٰىةَ وَالْاِنْجِيْلَۙ مِنْ قَبْلُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَاَنْزَلَ الْفُرْقَانَ ەۗ اِنَّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا بِاٰيٰتِ اللّٰهِ لَهُمْ عَذَابٌ شَدِيْدٌ ۗوَاللّٰهُ عَزِيْزٌ ذُو انْتِقَامٍۗ
Dia menurunkan Kitab (Al-Qur’an) kepadamu (Muhammad) yang mengandung kebenaran, membenarkan (kitab-kitab) sebelumnya, dan menurunkan Taurat dan Injil* sebelumnya, sebagai petunjuk bagi manusia, dan Dia menurunkan Al-Furqan. Sungguh, orang-orang yang ingkar terhadap ayat-ayat Allah akan memperoleh azab yang berat. Allah Mahaperkasa lagi mempunyai hukuman.
Dalam ayat tersebut, Allah Swt. menggunakan kata nazzala untuk Al-Quran dan anzala untuk kitab Taurat dan Zabur. Dalam Tafsir Jalalalin, Juz 1/hal. 46, Imam Jalaluddin Al-Mahalli menyebutkan bahwa perbedaan penggunaan kosa kata tersebut bukanlah tanpa faidah.
Hal tersebut menunjukkan bahwa dengan kata anzala berarti kitab tersebut diturunkan dalam satu kali. Artinya full satu kitab. Misalkan kitab Taurat dan Zabur. Adapun kata nazzala menunjukkan bahwa kitab yang diturunkan adalah turun secara berangsur-angsur. Artinya tidak turun secara sekaligus.
Satu-satunya kitab yang masuk kategori ini adalah Al-Quran sebagaimana yang telah kita ketahui. Allah Swt. berfirman dalam Qs. Al-Isra (17) : 106,
وَقُرْاٰنًا فَرَقْنٰهُ لِتَقْرَاَهٗ عَلَى النَّاسِ عَلٰى مُكْثٍ وَّنَزَّلْنٰهُ تَنْزِيْلًا
Dan Al-Qur’an (Kami turunkan) berangsur-angsur agar engkau (Muhammad) membacakannya kepada manusia perlahan-lahan dan Kami menurunkannya secara bertahap.
Namun, di ayat lain kata anzala juga digunakan untuk Al-Quran. Allah Swt. berfirman dalam Qs. Al-Qadr (97) : 1,
اِنَّآ اَنْزَلْنٰهُ فِيْ لَيْلَةِ الْقَدْرِ
Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada malam qadar.
Ayat ini tidaklah bertentangan dengan ayat sebelumnya. Akan tetapi cara turunnya Al-Quran memang ada dua versi. Pertama, secara keseluruhan (anzala). Dalam artian dari Surat Al-Fatihah sampai An-Nas turun sekaligus dalam satu waktu. Al-Quran turun secara keseluruhan dari lauh mahfudz ke baitul izzah (langit dunia), pada malam lailatul qodar. Kedua, secara berangsur-angsur (nazzala). Yakni dari langit dunia ke bumi; Nabi Muhammad Saw. dalam masa 22 tahun lebih.
Allah Ta’ala A’lam.