Abu Bakar wafat pada malam Senin. Ada juga yang mengatakan setelah maghrib (malam Selasa) dan dikebumikan pada malam itu juga tepatnya pada 22 Jumadil Akhir 13 H atau 23 Agustus 634 M, setelah beliau menderita sakit selama 15 hari.
Beliau wafat pada usia 63 tahun persis dengan usia Nabi. Allah mengumpulkan jasad mereka dalam satu tanah, sebagaimana Allah mengumpulkan mereka dalam kehidupan. Sebelum wafat, beliau berwasiat agar seperlima dari hartanya disedekahkan seraya berkata, “Aku akan menyedekahkan hartaku sejumlah yang Allah ambil dari fai’ kaum muslimin”.
Ibnu Katsir dalam kitabnya, al-Bidayah wa al-Nihayah mengatakan bahwa penyebab Abu Bakar jatuh sakit dan wafat adalah karena keracunan makanan. Abu Bakar dan al-Harits – seorang dokter yang masyhur – pernah memakan khazirah (daging yang telah lewat satu hari, yang dicampur dengan tepung setelah dimasak) yang dihadiahkan kepada Abu Bakar.
Setelah memakan daging itu, Al-Harits berkata, “Angkatlah tangan anda wahai Khalifah Rasulullah, demi Allah daging ini beracun, maka Abu Bakar segera mengangkat tangannya. Sejak itu, keduanya selalu merasa sakit hingga akhirnya keduanya wafat 1 tahun kemudian.
Riwayat lain ada yang mengatakan bahwa sebab wafatnya Abu Bakar karena beliau mandi pada waktu musim dingin yang membuatnya demam dan akhirnya wafat. Dalam keadaan sakit, beliau melantunkan sebuah syair, “Engkau selalu memberikan kabar duka cita atas kematian kekasihku, hingga kini engkaulah yang akan merasakan kematian itu, banyak yang memiliki cita-cita, namun kematian jualah yang menghadang segalanya”.
Ketika sedang menghadapi sakaratul maut, ‘Aisyah membacakan sebuah sya’ir, “Sesungguhnya tidak guna kekayaan bagi seseorang, ketika dada sempit dan susah bernafas.”
Mendengar itu, Abu Bakar memandang ‘Aisyah seolah-olah marah dan berkata, “Jangan berkata demikian, wahai Ummul Mu’minin, tapi katakan, “Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari daripadanya.” Abu Bakar dimakamkan bersama Nabi Muhammad Saw. dalam kamar (‘Aisyah) dan ia dishalati ‘Umar bin Al-Khattab.
Wallahu a’lam.
Sumber Rujukan
Ibnu Katsir, Al-Bidayah wa Al-Nihayah terj. Abu Ihsan Al-Atsari, hlm. 28-30.
Muhammad Ridha, Abu Bakar Al-Shiddiq Awwal Al-Khulafa’ Al-Rasyidin, hlm. 19.