Tak diragukan lagi, Imam an-Nawawi adalah merupakan sosok yang sangat masyhur keilmuannya, terutama di kalangan santri pesantren. Beliau memiliki beberapa karya hebat yang sering dikaji di pesantren. Nama lengkapnya Abu Zakariya Yahya bin Syaraf an-Nawawi. Beliau lahir pada tahun 631 H.
Pada tahun 649 H, beliau datang ke Damaskus dan belajar di Madrasah ar-Rawahiyah. Selama 4 setengah bulan, beliau telah hafal kitab at-Tanbih yang merupakan kitab fikih syafiiyah karya al-Imam Abu Ishaq Ibrahim al-Syairazi al-al-Fairuzabadi (393-476H).
Ketekunan dan keuletan beliau dalam menuntut ilmu tidak perlu diragukan lagi. Bahkan menurut salah satu muridnya, Abu al-Hasan bin al-Athar, setiap hari an-Nawawi belajar 12 kitab kepada guru-gurunya.
Mulai kitab fiqih: al-Wasith dan Muhadzab; kitab hadis: al-Jam’u baina Sahihain, Sahih Muslim; kitab nahwu: al-Luma’; kitab bahasa: Islahul Mantiq; ilmu sharaf; ushul fiqih; ilmu hadis: Asmaur Rijal; dan aqidah.
Selain kitab-kitab di atas, beliau juga belajar berbagai kitab yang lain dari guru-gurunya yang berbeda.
Setiap waktunya beliau gunakan untuk belajar, mengajar, beribadah, membaca wirid, puasa, berdzikir, bahkan beliau sangat sabar dengan keadaan kehidupan beliau, baik dalam hal makanan maupun pakaian.
Ibnu al-Atthar juga mengatakan bahwa gurunya itu sama sekali tidak pernah menyia-nyiakan waktu yang dimiliki. Semua waktunya dihabiskan untuk hal-hal yang bermanfaat. Bahkan dalam perjalanan pun an-Nawawi menggunakan waktunya dengan baik.
Di antara karya-karyanya yang terkenal adalah Syarh Sahih Muslim, Riyadhus Shalihin, Arbain an-Nawawi, al-Adzkar an-Nawawi, al-Irsyad dan at-Taqrib an-Nawawi yang merupakan kitab ilmu hadis, al-Mubhamat, at-Tibyan fi Adabi Hamalatil Qur’an, dan beberapa karyanya yang lain.
Pada saat kembali ke kota kelahirannya, Nawa, beliau mengalami sakit yang menjadikan beliau pulang ke pangkuan Allah Swt. Pada saat itu tepatnya pada bulan Rajab tahun 676 M. Beliau meninggal dalam keadaan lajang dan masih berumur 45 tahun.
Imam an-Nawawi juga dimasukkan oleh Abul Fattah Abu Ghuddah dalam bukunya yang berjudul “Ulamaul Uzzab alladzina Yuatssiruna al-Ilm alaz Zawaj.” (Ulama-ulama yang melajang seumur hidup karena lebih mendahulukan ilmu daripada menikah.)
Wallahu A’lam.