Grand Syekh Al-Azhar Kritik Para Dai yang Ributkan Perbedaan Tapi Abai Isu Palestina dan Kemiskinan

Grand Syekh Al-Azhar Kritik Para Dai yang Ributkan Perbedaan Tapi Abai Isu Palestina dan Kemiskinan

Grand Syekh kritik para dai yang hobi meributkan perbedaan tapi gak peka dengan isu-isu penting, seperti Palestina, kemiskinan, moral dan lain sebagainya.

Grand Syekh Al-Azhar Kritik Para Dai yang Ributkan Perbedaan Tapi Abai Isu Palestina dan Kemiskinan
Grand Syekh Al-Azhar Ahmad al Thayyeb saat memberikan orasi ilmiah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (Foto: Muslimelder)

Grand Syekh Al-Azhar, Prof. Dr. Ahmad Ath-Thayyeb menyebutkan bahwa beberapa dai sibuk memperdebatkan perbedaan pendapat (Ikhtilaf) tapi lupa dengan hal-hal yang lebih penting bagi umar, seperti Pelestina, kemiskinan dan hal lain yang sangat penting bagi umat Islam.

Hal itu disampaikan saat mengisi Orasi Ilmiah di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta (9/7). Dalam pidatonya, Grand Syekh menekankan pentingnya memahami prioritas dan fiqih ikhtilaf (perbedaan pendapat) di kalangan umat Islam untuk mencegah perpecahan yang tidak perlu.

Grand Syekh mengungkapkan bahwa sering kali perpecahan dalam umat Islam lahir dari lisan dan pena para dai yang tidak memahami prioritas dan fiqih ikhtilaf. Beliau menyoroti bahwa banyak dai yang sibuk dengan perkara-perkara khilafiyah (perselisihan) namun melupakan isu-isu keumatan yang lebih utama, seperti isu Palestina, kemiskinan, dekadensi moral, dan lain sebagainya.

Grand Syekh Al-Azhar bersama Qurais Shihab dan Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Grand Syekh Al-Azhar bersama Qurais Shihab dan Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. (foto: Muslimelder)

“Mereka yang sibuk dengan perkara-perkara khilafiyah tapi lupa dengan isu-isu keumatan yang utama seperti isu Palestina, isu kemiskinan, dekadensi moral dan lain sebagainya,” ujar Prof. Ath-Thayyeb.

Grand Syekh juga menekankan pentingnya mengingatkan umat agar terhindar dari orientasi baru yang menolak ajaran empat mazhab. Menurut beliau, terdapat kecenderungan di kalangan sebagian umat untuk menciptakan fiqih baru, yang mana mereka mudah menyalahkan bahkan mengkafirkan yang tidak sependapat dengan mereka.

“Di mana mereka membuat fiqih baru, di mana mereka mudah menyalahkan dan bahkan mengkafirkan yang tidak sependapat dengan mereka,” tutur ulama yang ingin jadi guru ngaji Al-Quran selepas pensiun ini.

Untuk mempertegas pesan tersebut, Grand Syekh mengutip Hadis Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari. Dalam hadis tersebut dijelaskan bahwa apabila seseorang memiliki tiga kriteria, maka dia adalah seorang muslim dan tidak boleh dikafirkan. Tiga kriteria tersebut adalah:

  1. Orang yang salat seperti kita salat.
  2. Orang yang menghadap kiblat yang sama dengan kita.
  3. Orang yang memakan sembelihan kita.

“Yaitu, pertama yang salat sama seperti kita salat, kedua yang menghadap kiblat kita, dan ketiga yang makan sembelihan kita,” ungkap Prof. Ath-Thayyeb.