Glenn Fredly, Gus Dur dan Perdamaian Ambon

Glenn Fredly, Gus Dur dan Perdamaian Ambon

Melampaui sebagai musisi, Glenn Fredly adalah manusia seutuhnya dengan empati dan rasa kemanusiaan yang tinggi terhadap persoalan yang melanda Indonesia.

Glenn Fredly, Gus Dur dan Perdamaian Ambon

“Mungkin bingung, melihat Glenn Fredly memakai kopiah seperti Pak RT seperti ini. Saya mau bilang, (kopiah) ini adalah simbol pemersatu kita..”

Begitu ucap Glenn Fredly, membuka penampilannya sembari melempar seutas senyum kepada hadirin acara peringatan Sewindu Haul Gus Dur di Auditorium Driyarkara Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta dua tahun lalu (06/02/2018). Malam itu, sang pelantun lagu Januari itu tampak berbeda, mengenakan batik ungu dan berkopiah hitam. Sangat berwibawa.

Kehadiran Glenn Fredly di acara Haul Gus Dur saat itu tanpa diduga. Saya kebetulan menjadi salah satu panitia acara saat itu. Mengundang Glenn merupakan ide yang sangat bagus karena dia musisi yang vokal menyuarakan keberagaman, tapi rasanya hampir mustahil mengingat yang sedang kami undang adalah musisi paling cemerlang di Indonesia dengan seabrek karya dan penghargaan. Sementara ini adalah acara komunitas sekumpulan anak muda lintas agama yang ingin meneladani nilai guru bangsa. Itu saja.

 

Glenn Fredly Deviano Latuihamallo dikenal sebagai penyanyi, sekaligus pencipta lagu dan musisi R&B. Salah satu terbaik yang dimiliki oleh Indonesia. Lagu-lagu yang dia ciptakan laris di pasaran, membekas di hati pendengarnya. Tanpa dinyana, Glenn Fredly justru antusias dan bersedia hadir. Dia hadir bukan sebagai musisi atau bintang dengan sorotan spotlight. Ia lebih memilih untuk datang sebagai warga biasa. Iya, seperti Pak RT yang dia bilang sendiri. Dengan mobil jemputan, tempat menginap dan fasilitas ala Pak RT pula.

Glenn Fredly memang musisi yang memiliki kharisma yang sulit untuk dijabarkan dengan kata-kata. Saya teringat komentar dari Ari Lasso, di satu konten video majalah musik The Rolling Stones Indonesia tentang Glenn Fredly. Belum bernyanyi pun, ketika Glenn berjalan menuju panggung, bisa dipastikan para penonton menyambutnya dengan berteriak paling kencang dibanding ketika menyambut penyanyi lainnya. Kharisma yang tidak semua penyanyi punya.

Melampaui sebagai musisi, Glenn adalah manusia seutuhnya dengan empati dan rasa kemanusiaan yang tinggi terhadap persoalan yang melanda Indonesia. Terutama di isu toleransi dan keberagaman, yang tidak henti-hentinya mendera negeri dengan ribuan bahasa dan etnis lokal ini.

Rasa empati Glenn ini bukan tanpa sebab. Dalam kesempatan acara Haul Gus Dur tersebut, dia menjelaskan bahwa meski lahir di Jakarta dengan segala fasilitas ibu kota, dia dibesarkan dengan nilai-nilai tradisional keluarga yang kental, seperti tradisi Pela Gandong. Pela yang berarti ikatan persatuan, sementara Gandong yang memiliki arti bergandengan sebagai saudara. Dengan nilai itulah Glenn dibesarkan, yang dibawa oleh para leluhurnya dari Maluku.

Tidak heran, ketika terjadi kerusuhan di Ambon pada masa reformasi, Glenn tidak bisa berdiam diri. Dari Jakarta, dia memutuskan untuk pergi ke tanah leluhurnya, sekadar menengok kondisi keluarga besarnya yang terdampak tragedi berdarah itu. Terbang dengan Merpati, Glenn tinggal di zona netral Ambon selama tiga hari.

Rupanya itu menjadi tiga hari terpanjang yang pernah dia alami.

Betapa tidak, selama di Ambon Glenn mengaku mengalami peristiwa yang menabrak akal sehatnya sebagai manusia. Begitu mendarat di Ambon dan turun dari pesawat, dia dihadapkan dengan pemeriksaan dan ketat dan petugas yang siaga. Seluruh penumpang pesawat dimintai KTP, dan diminta untuk memisahkan diri sesuai agama yang tertera. Penganut Kristen berjalan ke kanan, Muslim menuju ke arah kiri. Itu bukan lah pela gandong yang diajarkan orang tuanya, bukan Indonesia yang ia kenal.

Glenn mengaku, tiga hari itu merupakan turning point dalam hidupnya. Dia mulai merenungi apa itu keberagaman, kebhinekaan dan apa arti untuk hidup sebagai warga negara Indonesia. Sejak saat itu dia mulai kenal dengan Gus Dur, melalui bukunya, membaca tulisan-tulisannya. Juga mulai mencoba menyisipkan nilai kemanusiaan dalam karya-karyanya.

“Saya mengenal Gus Dur lewat buku. Dan bicara tentang Gus Dur, selain joke dan candanya, yang saya paham adalah bicara tentang guru bangsa. Banyak angle, layer dan spektrum yang bisa dilihat dari seorang Gus Dur. Gus Dur menginspirasi sebagai seorang pembela kemanusiaan yang kemudian saya coba terjemahkan lewat karya lagu atau film yang dikerjakan bersama teman-teman.” Begitu aku Glenn Fredly dua tahun lalu.

Salah satu album yang diproduseri oleh Glenn Fredly adalah album bertajuk Hidayah, yang dirilis pada bulan Ramadhan tahun 2016. Meski sebagai seorang non-Muslim, dia tidak sungkan untuk membuat karya bernapaskan Islam, karena baginya Islam adalah agama yang damai.

“Saya pernah ditanya, ‘Glenn kamu kan bukan muslim, apa enggak takut memproduseri album bernapaskan Islam?’. Saya bilang kenapa harus takut? Di memori saya terekam Islam adalah agama perdamaian, memberi manfaat bagi kehidupan,” begitu ungkap Glenn dalam sebuah wawancara.

Album Hidayah itu lahir dari banyak inspirasi tokoh Islam, termasuk Gus Dur. Salah satu lagu di album tersebut berjudul Tuhan Tidak Perlu Dibela, yang benar-benar diambil dari judul tulisan Gus Dur pada tahun 1982. Lagu tersebut dinyanyikan oleh Havis Della MC, Kunokini, Indra Lesmana, dan The Archipelago Singers.

 

Selain itu Glenn juga menyanyikan lagu bertema dialog lintas agama, yaitu lagu Agamaku Agamamu, yang dinyanyikan bersama Tompi. Sebuah kolaborasi yang memang sering dilakukan olehnya, dengan semua anak bangsa dari latar belakang berbeda. Sebagaimana pesannya mengakhiri penampilan di Haul Gus Dur saat itu:

“Konflik Ambon itu sudah berlalu. It’s already passed. Ada di belakang. Harapan saya, kita bisa merawat dan menjaga keberagaman ini bersama-sama. Hari ini, Ambon yang tadinya runtuh, hari ini dinyatakan sebagai kota musik di Indonesia. Selalu ada harapan buat bangsa ini untuk bisa memulai lagi. Saya yakin generasi hari ini bisa memberikan inspirasi, bisa untuk berkolaborasi dan berinovasi.”

Kabar berpulangnya Glenn Fredly mengagetkan kita semua. Ingatan saya kembali ke dua tahun lalu, di acara Haul Gus Dur itu. Dengan fasilitas sederhana, Glenn hadir bukan sebagai orang Ambon. Bukan sebagai Glenn yang orang Indonesia Timur. Bukan Glenn Fredly seorang artis tenar. Melainkan datang sebagai Glenn Fredly yang berkopiah hitam dan berbaju batik ungu, anak bangsa yang cinta sekali dengan tanah airnya, Indonesia. Dan selayaknya seperti itu kita mengingat Glenn Fredly.

Selamat jalan Glenn Fredly, damai di alam sana.