Dalam perjalanan ke Jakarta dan Bandung saya ditemani buku Thomas Hauser: Muhammad Ali; Tribute to the Greatest. Saya spontan saja mencomot buku itu dari rak dan menikmati buku itu di dalam bis saat hari terang. Saya merasa beruntung ditemani buku bagus yang sudah lama saya incar itu. Tinju bukan olaharga yang saya sukai, tapi saya penasaran dengan sosok Ali, yang konon bermulut besar dan kontroversial.
Salah satu tulisan yang cukup mengesankan di buku itu berjudul Hari Pertamaku dengan Muhammad Ali. Dalam tulisan itu terekam pengalaman pertama Thomas Hauser mewawancara Muhammad Ali. Tampak sekali bagaimana Hauser amat terkesan bertemu dengan sang juara dunia. Di akhir wawancaranya Hauser bertanya kepada Ali: apa rencana jangka panjangmu seturunnya dari ring? Jawab Ali: aku ingin jadi ulama sesuai ajaran Elijah Muhammad yang mulia. Itulah keinginanku, jadi ulama.
Kenikmatan membaca buku Hauser tiba-tiba pudar, saat jeda saya iseng membuka Twitter dan mendapati ribut-ribut soal Ratna Sarumpaet. Dalam satu waktu seisi linimasa seolah membincang kasus RS. Bagi saya kasus itu cukup aneh sekaligus mengejutkan, menjengkelkan sekaligus menghibur. Politik kita gaduh sekali. Hoaks serupa kacang goreng. Gurih dan renyah, dikonsumsi semua kalangan.
Saya lantas melihat bagaimana media-media Islam memberitakan kasus RS. Di laman Portal Islam kita bisa bertemu judul-judul seperti ini:
- Guru Besar UGM: Fadli Zon CS Tidak Bisa Dipidana Soal Ratna Sarumpaet, Mereka Korban Kebohongan
- Ini Cara agar Prabowo Sandi Meroket Setelah Kasus Ratna Sarumpaet
- CATAT! Jadi Korban Ratna Sarumpaet Prabowo Tak Bisa Dipidana
- Reputasi Prabowo Tidak Terganggu Drama Ratna Sarumpaet
Tulisan-tulisan yang diturunkan Portal Islam merupakan bentuk advokasi terhadap Prabowo cs. Mereka berupaya mengatakan bahwa Prabowo cs hanyalah korban, dan sebagai korban mereka tak bisa dipidanakan. Apa yang mereka suarakan di sosial media soal RS menjadi korban pemukulan seolah dianggap angin lalu. Kita juga tidak menemukan suara lantang mereka dalam melawan hoaks. Mereka bahkan pernah menulis serupa ini: Relawan Jokowi Gelar Pelatihan Anti Hoaks, Warganet: Tukang Bohong Mau Ngajari Cara Supaya Gak Bohong.
Selain itu, Portal Islam juga terlihat membelokkan isu RS ke isu ekonomi. Seperti terbaca pada tulisan-tulisan berikut ini:
- Sandi: Isu Ratna Sarumpaet Bikin Kita Lupa Dolar Tembus Rp 15.000
- Jangan Mau Dialihkan Isu, Makin Meroket! Dolar Mendekati 15.500
- Pagi Ini Rupiah Terperosok ke Rp 15.178, Terburuk Sepanjang 20 Tahun
Sementara itu, menurut pantauan sementara, portal arrahmah dot com hanya menurunkan tulisan: Aktivis Ratna Sarumpaet Dianiaya Orang Tak Dikenal. Belum ada klarifikasi dan perkembangan kasus terkini. Sedangkan nahimunkar.org tidak menurunkan tulisan apapun terkait kasus RS. Sesuatu yang terasa janggal mengingat portal-portal tersebut biasanya begitu cepat merespon isu panas.
Mencermati kasus RS, boleh jadi kita merasa bangsa ini semakin mundur. Hoaks begitu mudah diproduksi dan disebarkan. Seolah hoaks bukan dosan besar. Seakan hoaks tidak punya dampak. Atau apakah politik dan kebencian telah membutakan? Apakah hoaks sudah jadi bagian dari denyut kehidupan kita di tahun politik? Semoga tidak.
Bis yang saya tumpangi meninggalkan Bandung menuju Solo. Buku Thomas Hauser tersimpan di dalam tas kecil saya. Isi media sosial masih sama, masih soal RS. Lamat-lamat terdengar lagu yang sejak awal berangkat terlalu sering diputar, yang liriknya diam-diam mulai saya hafal dan mengendap di kepala: yen kowe gelem tak sayang, ya ojo mbok gawe bimbang, rasah kakean alesan. Semoga Indonesia baik-baik saja.