Dalam hadis riwayat ‘Abdullah bin ‘Umar, Nabi SAW bersabda:
“Kiamat tidak akan terjadi hingga banyaknya yang berbuat dan berkata keji (al-fahsy) , memutus silaturahim, tidak harmonis dengan tetangga, dan pengkhianat dipercaya, dan orang yang dipercara dikhianati.” (HR: Ahmad)
Ibn al-Atsir dalam Nihayah fi Gharib al-Hadis menafsirkan kata al- fahsy di atas dengan perbuatan maksiat atau dosa yang sangat jelak. Kebanyakan kata al-fahsy berati zina. Setiap perbuatan yang jelek, baik berupa tingkah laku dan perkataan, bisa disebut dengan al-fahsy (perbuatan keji). Empat tanda dalam hadis ini mengisyaratkan kepada kita akan terjadinya kiamat. Hampir semua tanda-tanda di atas ditemukan dalam realitas masyarakatn saat ini.
Perbuatan dan perkataan keji yang disaksikan, didengar, ataupun dirasakan tiap hari mungkin jumlahnya tidak terhitung lagi. Hampir tiap hari media online maupun cetak mengabarkan ihwal kerusakan moral yang terjadi di negeri ini. Setiap jam televisi menayangkan kasus-kasus korupsi, pencabulan, dan perzinaan yang melanda bangsa ini. Terlebih lagi, hampir sebagian besar kasus-kasus itu dilakukan oleh generasi muda, orang Islam, dan para pejabat. Alangkah menyedihkan.
Demikian pula hubungan antar individu ataupun antar masyarakat di negeri ini. Hari ini orang sangatlah mudah memutuskan hubungan silaturahim ataupun persaudaraan, karena masalah sepele, baik persoalan harta, kekuasan, dan lain-lain. Apalagi hubungan dengan tetangga, terutama masyarakat perkotaan, mereka sangat jarang mengenal siapa tetangganya. Jangankan silaturahim, kenalan aja tidak pernah.
Islam sangat menganjurkan pemeluknya untuk berbuat baik dengan tetangga. Tujuannya tidak lain hanyalah untuk memperkuat solidaritas sesama manusia atau sesama umat Islam. Rasulullah SAW mengajarkan agar kita selalu berbuat baik sesama manusia, siapapun itu, baik orang Islam maupun non-muslim. Sejarah mencatat bahwa Nabi SAW masih mau mengunjungi wanita tua yang suka meludahi beliau ketika lewat. Malahan Nabi adalah orang yang pertama kali mendatanginya. Dalam hadis riwayat Abu Hurairah, Nabi berkata:
“Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka jangalah ia menyakiti hati tetangganya..” (HR: Bukhari)
Ibn Hajar dalam Fath al-Bari menjelaskan, keimanan seorang tidak sempurna jika dia tidak mau memuliakan tetangganya. Ada banyak cara yang diajarkan Rasul untuk berbuat baik dengan tetangga. Berdasarkan riwayat yang berasal dari Mu’adz bin Jabal, seperti yang dinukil Ibn Hajar, Nabi SAW menyuruh kita agar membantu tetangga jika mereka sedang kesusahan. Apabila tetangga mendapatkan rezeki, kita harus mengucapkan selamat. Sebaliknya, jika mereka dapat musibah kita juga harus turut pribahatin. Kalau ada tetangga yang meninggal, kita dianjutkan untuk mengurusinya hingga mengantarkan ke pemakaman. Bila kita beli makanan, maka sebaiknya kita juga bagi kepada tetangga. Kalau kita mau membangun rumah atau apapun, jangan sampai menganggu ketenagan tetangga. []
Alfian Mushafi Abdullah, Mahasantri Pesantren Darussunnah.