Al-Ghazali termasuk ulama yang unik. Meskipun ia lebih dikenal sebagai sufi dengan masterpiece-nya, Ihya’ Ulumiddin, ternyata ia pernah mengkritik ilmu filsafat. Ia menulis kitab berjudul Tahafut al-Falasifah/The Incoherence Of Philosophy (Kerancuan Para Filsuf). Kitab ini khusus mengkritik tema metafisika (ilahiyat) dan sains (thabi’iyat) dalam ajaran filsafat di zaman al-Ghazali.
Baca juga: Hukum Mengkritik Pemerintah
Namun tahukah Anda bahwa sebelum al-Ghazali mengkritik filsafat, ia mempelajari dan mendalami dulu ajaran-ajaran filsafat. Ia menulis kitab berjudul Maqashid al-Falasifah (ide pemikiran para Filsuf). Dalam kitab ini, al-Ghazali banyak mengulas dan menceritakan pemikiran-pemikiran para Filsuf menurut hasil pemahannya tanpa terlebih dahulu melontarkan kritiknya. Lebih tepatnya, kitab ini adalah sebagai mukaddimah sebelum masuk dalam kitab Tahafut al-Falasifah. Dalam pendahuluan kitab ini, ia mengatakan:
فإن الوقوف على فساد المذاهب قبل الإحاطة بمداركها محال، بل هو رمي فى العماية والضلال
“Mengkritik sebelum memahami apa yang mau dikritik adalah suatu kemustahilan, bahkan bisa dikata itu adalah tuduhan dalam kebodohan dan kekeliruan”.
Untuk itulah al-Ghazali kemudian memfokuskan dirinya untuk mempelajari filsafat Ibnu Sina dan al-Farabi melalui kitab-kitabnya. Uniknya, al-Ghazali belajar filsafat secara otodidak di sela-sela kesibukannya mengajar di Madrasah Nizamiyah Baghdadh, yang pada saat itu sudah mencapai sekitar tiga ratusan siswa. Setiap ada waktu luang, ia selalu menyempatkan diri untuk belajar filsafat.
Dengan kejeniusannya, al-Ghazali sudah dapat memahami filsafat sedalam-dalamnya selama waktu kurang dari dua tahun. Kemudian ia menghabiskan waktu satu tahun lagi untuk kembali merenungkan hasil pemahamannya tentang filsafat dan mencari titik-titik pembahasan yang perlu untuk dikritik dan dikaji ulang.
Beberapa orang mungkin boleh tidak setuju dengan beberapa kritiknya, namun ada satu hal penting yang perlu kita teladani bersama, yaitu: kritiklah sesuatu yang telah kita ketahui dan pelajari. Jangan mengkritik sesuatu yang tidak kita fahami, apalagi hanya ikut-ikutan orang yang sebenarnya tidak faham dengan sesuatu tersebut.
Berpijak pada pendapat al-Ghazali di atas, mengkritik sesuatu yang tidak kita fahami hanya menjerumuskan kita pada suatu tuduhan yang tak berdasar dan hanya menjadi sebuah kebodohan bagi kita sendiri. (AN)
Wallahu a’lam.