Beberapa media belakangan memberitakan bahwa Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah di Indonesia mulai terdesak oleh kelompok-kelompok radikal, BBC Indonesia tahun 2015, misalnya, memberitakan bahwa NU dan Muhammadiah tak lagi tampak sebagai pemain utama dan malah cenderung “terdesak” oleh berbagai organisasi lain dalam percaturan dan pertarungan wacana keislaman1.
Bila kita menengok perbicangan di social media akhir-akhir ini, pandangan semacam ini tampaknya tidak berlebihan, ormas-ormas islam yang sering menyuarakan syariat islam sangat nyaring terdengar, bahkan sangat dominan mewarnai baik di media online maupun social media. Sementara NU dan Muhammadiyah meski secara jumlah besar tidak terlalu terdengar.
Sebenarnya berapa jumlah Nahdliyiin, sebutan untuk warga NU, di Indonesia? Cukup beragam jawabannya. Mengacu data Sensus Penduduk 2010 yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah penduduk Indonesia yang beragama Islam sebesar 87,18%. Menggunakan data ini maka tahun 2016 penduduk Indonesia yang beragama Islam berjumlah 223,18 juta Jiwa.
Angka yang beredar di media menyebutkan bahwa warga Nahdliyien berkisar diangka 60 juta sampai 120 juta jiwa. Didalam buku “NU DAN KEINDONESIAAN” karya Mohammad Sobary (hal. 107, 2010) menyebutkan bahwa KH. Hasyim Muzadi pernah menyatakan jumlah warga NU sekitar 60 juta. Akan tetapi, Gus Dur menaksir lebih banyak; lebih dari 50 persen orang Indonesia adalah warga NU. Jadi sekitar 120 juta. Survey IndoBarometer menyebutkan sekitar 75 persen mengaku warga nahdliyin. Artinya jumlah warga NU sekitar 143 juta tahun 20002. Survei yang dilakuka oleh LSI menunjukkan warga yang teridentifikasi Nahdhatul Ulama (NU) 36,5%, sedangkan Muhammadiyah hanya 5,4%3.
Alvara Research Center sendiri melakukan estimasi jumlah warga NU dan Muhammadiyah. Estimasi ini berdasarkan survei nasional bertajuk “Potret Keberagamaan Muslim Indonesia” terhadap 1626 penduduk muslim Indonesia yang berusia 17 tahun keatas di 34 Provinsi di Indonesia pada bulan Desember 2016. Estimasi ini dibagi menjadi dua kategori, Afiliasi Ormas, dan Keanggotaan Ormas. Afiliasi ormas digunakan untuk mengidentifikasi mereka merasa dekat dengan ormas yang mana, sementera Keanggotaan ormas digunakan untuk mengukur mereka mengaku sebagai anggota ormas yang mana.
Hasilnya, Penduduk muslim Indonesia 50,3% mengaku berafiliasi dengan Nahdlatul Ulama, dan 14,9% mengaku berafiliasi dengan Muhammadiyah, sisanya tersebar ke ormas-ormas yang lain dan tidak berafiliasi ke ormas manapun. Sementara dari sisi keanggotaan, 36,1% mengaku menjadi anggota NU, dan 6,3% mengaku menjadi anggota Muhammadiah. Dari survei ini juga menunjukkan 54,6% penduduk muslim Indonesia mengaku tidak menjadi anggota ormas manapun.
Estimasi yang dilakukan Alvara Research Center dilakukan secara bertingkat. Pertama, berdasarkan data BPS dihitung terlebih dahulu jumlah populasi penduduk yang beragama Islam, kedua, dihitung populasi penduduk yang berusia 17 tahun keatas, dan yang ketiga menghitung jumlah populasi penduduk muslim yang berafiliasi dan menjadi anggota ormas Islam.
Dari proses perhitungan tersebut dihasilkan jumlah penduduk muslim yang berafiliasi dengan NU berjumlah 79,04 juta jiwa dan yang berafiliasi dengan Muhammadiyah 22,46 juta jiwa. Dari sisi keanggotaan, 57,33 juta penduduk muslim Indonesia mengaku menjadi anggota NU dan 9,39 juta mengaku menjadi anggota Muhammadiyah.
Yang menarik dari temuan riset ini adalah ternyata Nahdlatul Ulama sangat “java-centric”, dari 79,04 juta jiwa yang mengaku berafiliasi dengan NU tersebut 79,8% nya adalah penduduk yang tinggal di Pulau Jawa, dan dari 57,33 juta jiwa yang mengaku menjadi aggota NU, 86,4% nya adalah penduduk yang tinggal di Pulau Jawa. Sisanya tersebar ke pulau-pulau lain di Indonesia.
Dilihat dari pola sebarannya, Muhammadiyah lebih baik dari NU, misalnya dari sisi afiliasi, proporsi Muhammadiyah di Jawa 59,8% dan di Sumatera 27,1%. Dari sisi keanggotaan, proporsi Muhammadiyah di Jawa 52,3% dan di Sumatera 36,1%, sisanya tersebar di pulau-pulau lain. Persebaran afiliasi dan anggota Muhammadiyah lebih mendekati sebaran penduduk Indonesia secara nasional dibanding NU.
Lalu apa makna dari angka-angka diatas? Pertama, tentu bangsa Indonesia layak bersukur bahwa ternyata umat islam Indonesia yang berpandangan moderat masih besar dan mayoritas di Indonesia. Kedua, dengan jumlah sebesar itu NU dan Muhammadiyah masih memiliki potensi yang besar untuk tetap menujukkan wajah islam Indonesia yang damai dan memberi rahmat bagi semua. Ketiga, NU dan Muhamamadiyah mampu menggerakkan jama’ahnya untuk aktif dan berani bicara lebih lantang dan mewarnai perbincangan soal keagamaan baik di social media maupun di dunia nyata.
Referensi
1 BBC