Tahun 1931 muncul aksi demo di Indonesia yang mengecam Italia. Aksi itu bahkan menyerukan untuk memboikot terhadap produk-produk negeri pizza itu. Musababnya adalah Musollini yang nenangkap dan menghukum gantung Omar Mochtar ulama dan pemimpin besar Libya yang menentang pendudukan Italia di Libya.
Adalah Haji Karim Oei membakar kemudian membakar mobil Fiat kesayangannya hingga habis. Fiat adalah produk mobil Italia yang legendaris. Pembakaran mobil ini dilakukan Haji Karim Oei sebagai bentuk protes terhadap pemerintah Italia yang dianggapnya telah berbuat kejam dengan menggantung terhadap Omar Mochtar. Tindakannya tersebut dilakukan sebagai bentuk solidaritas dengan seruan dunia Islam untuk memboikot semua produk dan barang buatan Italia.
Haji Karim Oei, pendiri Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) dan salah satu tokoh Muhammadiyah dan pergerakan nasional. Karim Oei adalah karib Bung Karno dan Buya Hamka. Salah satu warisannya yang saat ini masih hidup adalah organisasi PITI , sebuah organisasi mulslim dari etnis Tionghoa di Indonesia . PITI adalah gabungan dari dua organisasi yang sejenis sebelumnya yakni Persatuan Islam Tionghoa dan Persatuan Tionghoa Islam.
Karim Oei lahir Padang panjang tahun 1905 dengannama Oei Tjen Hien. Mula-mula ia mempelajari berbagai agama dari berbagai bacaan mulai buku hingga majalah. Pada usia 20 tahun kemudian beragama Islam kemudian aktif di organisasi Muhammadiyah. Buya Hamka mempunyai pengalaman tersendiri tentang Karim Oei Dalam brosur “Dakwah dan Asimilasi” tahun 1979 Buya Hamka menulis “Dalam tahun 1929 mulailah saya berkenalan dekat dengan seorang muslim yang membaurkan dirinya ke dalam gerakan Muhammadiyah dan langsung diangkat oleh masyarakat Muhammadiyah di tempat tinggalnya, yaitu Bengkulu. Ia menjadi Konsul Muhammadiyah Daerah tersebut sekarang namanya lebih terkenal dengan sebutan Bapak Haji Abdulkarim Oei. Telah 50 tahun kami berkenalan, sama faham, sama pendirian dan sama-sama bersahabat karib dengan Bung Karno.”
Abdul Karim Oey atau Oey Tjeng Hien adalah salah satu tokoh Tionghoa yang punya jasa besar dalam pergerakan bangsa dan perkembangan Islam di etnis Tionghoa. Oey yang orang tuanya asli negeri Hokkian Tiongkok lahir di keluarga yang cukup berada. Keputusan menganut Islam ini membuatnya dijauhi oleh komunitas Tionghoa. “Ananda adalah orang yang mampu, orang keturunan baik-baik mengapa mau masuk suku Melayu, pakaian jorok dan serba buruk itu,” kata ayah Oey seperti yang dikutip dari buku Tokoh Tionghoa dan Identitas Indonesia yang ditulis Leo Suryadinat. Tetapi Oey tetap pada pendiriannya bahkan ayah ayahnya masuk Islam juga. Ia sangatdengan ayah Fatmawati istri Bung karno , Hasan Din di Bengkulu. Saat pemilihan konsul Muhammadiyah, Soekarno yang saat itu dibuang ke Bengkulu memilih Oey untuk menduduki jabatan tersebut.
Suatu ketika di Bengkulu, Pak Oei akan melakukan kunjungan ke cabang-cabang Muhammadiyah dengan mobil yang dikemudikan oleh seorang sopir. Mobil itu berjalan pelan-pelan karena di belakang ada Bung Karno yang sedang bersepeda sambil. Kemudian mereka berdua berbincang-bincang hingga sesampai di atas kota. Bung Karno bersepeda kembali ke kota dan Pak Oei melanjutkan perjalanan ke daerah-daerah. Persahabatan Bung Karno itu sangatlah menguntungkan bagi jiwanya. pergaulannya dengan Bung Karno menjadikannya seorang Indonesia sejati.
Di era Orde lama, Oey memutuskan masuk ke Partai Masyumi tetapi tak lama Masyumi bubar mendirikan Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) pada 1963 bersama dengan Abdusomad Yap A Siong, dan Kho Goan Tjin. PITI merupakan gabungan dari dua organisasi, yaitu Persatuan Islam Tionghoa yang berbasis di Medan dan Persatuan Tionghoa Muslim yang berbasis di Bengkulu. Memasuki era Soeharto, organisasi ini dipermasalahkan akibat pemakaian kata ‘Tionghoa’. Di tahun 1972, atas perintah Jaksa Agung PITI dibubarkan. Oey yang panjang akal kemudian mentransformasikan kelompok ini dengan nama yang berbeda yaitu PITI (Pembina Iman Tauhid Islam). Oey terus aktif dalam organisasi keislaman. Dia wafat 13 Oktober 1988 dalam usia 83 tahun.