Sikap tawadu’ atau rendah hati memang menjadi salah satu sikap terpuji yang wajib bagi orang muslim. Sudah banyak kisah hikmah tentang sikap tawadu’ yang bisa menjadi contoh hingga sekarang ini. Salah satunya datang dari kisah hhalifah Umar Bin Abdul Azis. Khalifah yang satu ini memang dikenal sebagai khalifah yang masyhur karena akhlaknya.
Dikisahkan pada suatu ia sedang menulis surat. Kebetulan ia ditemani seorang tamu. Dilihatnya lampu penerang terlihat hampir mati. Melihat keadaan seperti itu kemudian tamu itupun bertanya kepada Khalifah Umar bin Abdul Azis.” Apakah di sini bisa memperbaiki lampu itu, agar baginda khalifah bisa menulis surat dengan nyaman?” tanya sang tamu.
Mendengar pertanyaan tersebut, khalifah Umar bin Abdul Azispun berkata,” Tidak! Sebagian dari kemuliaan itu tidak untuk menjadikan tamu sebagai pelayan.” Mendengar jawaban itu si tamupun terdiam sejenak. Setelah itu si tamu berkata lagi,” Apakah di sini tidak ada pelayan.”
Mendengar pertanyaan itu Khalifah Umar bin Abdul Azis menajwab dengan tegas,”Ada ! Tetapi dia sekarang waktunya tidur.” Setelah itu Khalifah Umarpun bergegas berdiri dan mengambil wadah minyak. Kemudian dituangkannya ke dalam lampu. Melihat hal itu, si tamu hanya bisa bengong saja. Ia merasa heran. Bagaimana mungkin seorang khalifah melakukan perkerjaan seperti itu dengan kaki dan tangannya sendiri. Padahal hal itu sepatutnya dilakukan oleh para pelayan.
Kemudian si tamu bekata,” Mengapa hal itu engkau kerjakan sendiri wahai Amirul Mukiminin.” Mendengar nya Khalifah Umarpun kemudian menjawab,” jika saya pergi saya adalah Umar dan jika saya kembali saya adalah Umar.” Benar kata sufi besar Abu Yazid al Bustami,” Tawadu adalah orang yang tidak memandang dirinya sendiri mempunyai kedudukan dan bukan realitas keadaanserta tidak menandang orang lain buruk.”