Ulama Irak Apresiasi Kerukunan Antar Umat Beragama di Indonesia

Ulama Irak Apresiasi Kerukunan Antar Umat Beragama di Indonesia

Ulama Irak Apresiasi Kerukunan Antar Umat Beragama di Indonesia

Shaikh Dr. Abdul Sattar Abdul Jabbar, anggota Dewan Tertinggi Majma’ Fiqih Irak mengakui keberhasilan Indonesia mengelola kerukunan dan kehidupan umat beragama. Menurutnya Indonesia lebih maju dalam mengelola kehidupan umat beragama.

Hal tersebut dikemukakan ketika menerima Delegasi Indonesia yang akan mengikuti Konferensi Internasional tentang Moderasi dan Islam Wasathiyah. “Kami mengakui bahwa Indonesia lebih maju dari kami dalam mengelola kehidupan umat beragama. Indonesia mampu menyatukan berbagai perbedaan agama, baik Islam, Hindhu, Buddha, Kristen dan lainnya. Kami sangat senang Indonesia bisa hadir dalam Konferensi Internasional tentang Islam Wasathiyah ini,” kata Abdul Sattar di kantornya, Baghdad seperti dilansir laman kemenag.go.id

“Islam seharusnya bisa mengelola segala perbedaan, menyatukan berbagai mazhab, aliran, seperti Sunni, Syiah dan lainnya di seluruh dunia. Tentu, semua itu bisa dilakukan dengan penerapan Islam wasathiyah yang mengedepankan al-i’tidal (keseimbangan) dan tasamuh (toleransi),” tambahnya.
Pada kesempatan tersebut, delegasi ini dipimpin oleh Mukhlis Hanafi dan KH. Muhyiddin Junaidi dari MUI. “Kami di Indonesia terdiri dari ragam agama. Agama resmi ada enam, berbagai paham dan aliran, serta 79 Ormas Keagamaan. Kami yang mayoritas muslim bisa hidup berdampingan, bertoleransi terhadap beragam perbedaan, seperti minoritas Hindu di Bali yang menutup Bandara dan mematikan listrik sehari saat Nyepi. Kami juga ada perbedaan seperti aliran pemikiran keagamaan, mazhab fikih, maupun cara berdakwah. Namun mayoritas mengikuti mazhab Syafii,” tuturnya KH Muhyidin Junaidi.

Sebelumnya, delegasi Indonesia juga bertemu dengan Ketua Dewan Sunni Irak, Abdul Latief Al-Hamiem. Menurut Abdul Latief, kehadiran Indonesia sangat penting karena dapat menyampaikan pengalamannya dalam penerapan moderasi Islam. Pihaknya siap melakukan kerjasama dengan pemerintah Indonesia dengan memberikan beasiswa S1 maupun S2 buat para mahasiswa, melakukan pertukaran ulama kedua negara, dan pengembangan wisata religi. Konferensi Islam Wasathiyah akan berlangsung dua hari, 26 – 27 Juni 2018. Konferensi ini akan diikuti oleh para delegasi dari 20 negara.