Timnas Israel di Piala Dunia U-20, Kenapa Jadi Kontroversi?

Timnas Israel di Piala Dunia U-20, Kenapa Jadi Kontroversi?

Permainan sepak bola harusnya bisa menjadi sarana solusi untuk mengatasi perang. Demikian mestinya dengan Timnas Israel di Piala Dunia U-20

Timnas Israel di Piala Dunia U-20, Kenapa Jadi Kontroversi?
Demo penolakan Timnas Israel (Photo by Kompas.com/Xena Olivia)

Hingga saat ini kontroversi mengenai partisipasi Timnas Israel dalam perhelatan Piala Dunia U-20 di Indonesia masih terus bergulir.

Hal itu terungkap dalam dalam acara diskusi publik bertajuk “Piala Dunia U-20 Indonesia: Kontroversial Keterlibatan Timnas Israel” yang diselenggarakan secara online via zoom oleh Yayasan Rahim Perdamaian Dunia, 24 Maret 2023.

Direktur Rahim, K.H. Mukti Ali Qusyairi, M.A., menyampaikan dalam sambutannya bahwa iklim demokrasi memungkinkan semua warganya untuk menyuarakan aspirasi dan pendapat, baik pro maupun kontra.

“Indonesia adalah negara demokrasi. Siapapun, tanpa pandang bulu, boleh menyampaikan pendapatnya. Hanya saja, Indonesia sudah ditetapkan sebagai tuan rumah oleh FIFA, dan Indonesia menerima itu sejak awal,” ujarnya.

Sebagai tuan rumah, Indonesia sudah seharusnya mengikuti aturan main yang ditetapkan FIFA, memberikan hak-kewajiban dan menjamin keamanan.

Sebelumnya terdapat atlet-atlet Israel berlaga di Indonesia tanpa ada penolakan, di antaranya pembalap sepeda Mikhail Yakovlav pada kejuaraan UCI Track Nations Cup 2023 digelar di Velodrome Jakarta, Februari 2023; pada 2022 dua atlet pemanjat tebing Israel; peblutangkis Israel tampil di event bulutangkis; pada 2015 atlet badminton Israel Misha Zilberman yang berlaga di istora senayan; atlet Israel ikut di ajang Esports World Esports Championships tahun 2022..

Mukti juga menambahkan bahwa Ketua PSSI Erick Thohir menyatakan akan menjadi tuan rumah yang baik untuk semua tim sepakbola yang bertanding.

Elisheva Stross, Direktur Eits Chaim Indonesia, menyampaikan, dengan mengutip pernyataan Duta Besar Israel untuk Singapura, bahwa Israel tanpa keraguan siap mengirim Timnas U-20 Israel sesuai aturan main FIFA.

“Masalah diterima atau tidaknya partisipasi Timnas Israel U-20 berlaga di Indonesia, itu urusan Indonesia apakah mau menanggung konsekuensi oleh FIFA. Yang jelas, kebijakan FIFA adalah apabila bersedia menjadi tuan rumah, tidak diperbolehkan untuk mendiskriminasi peserta yang sudah melalui proses kualifikasi FIFA,” kata Elisheva.

Untuk diketahui, beberapa bulan lalu Israel telah bertanding di Doha, Qatar dalam Piala Dunia 2022. Qatar dengan terbuka menerima mereka. Israel membuka perwakilan sementara di Qatar untuk melayani bukan hanya para peserta pertandingan namun juga pengunjung dari Israel yang hendak menonton pertandingan.

Sementara itu, Duta Besar Israel di Singapura dikabarkan tidak ada niat untuk membuka perwakilan di Indonesia dalam rangka Piala Dunia U-20 ini. Alasannya adalah respons sebagian pihak Indonesia yang dianggap sudah terlalu bermusuhan.

Lalu, bagaimana seharusnya umat Muslim bersikap?

Wakil Ketua LBM PWNU DKI Jakarta dan Projec Officer Rahim Dr. K.H. Zainul Maarif, menyampaikan bahwa sepak bola harus dilihat sebagai permainan dan tidak perlu ditarik ke urusan politik.

Mengutip pendapat seorang filsuf Johan Weizing, ia menyatakan bahwa permainan adalah sesuatu yang menjadi bagian dari budaya. Permainan, sesuai namanya, harus membuat orang bersuka cita dan juga bersahabat.

“Permainan sepak bola sesungguhnya bisa menjadi sarana solusi untuk mengatasi perang. Negara-negara yang berseteru dalam perang saling menghancurkan, sedangkan dalam sepak bola mungkin saling mengalahkan tetapi tidak saling menghancurkan,” ungkapnya.

Lebih jauh, Zainul menegaskan bahwa permainan sepak bola mestinya bisa mencairkan konflik karena kita menonton adu setrategi antar dua kesebelasan.

“Harusnya bisa jadi pintu masuk. Kalau Indonesia menganggap Israel sebagai musuh, maka melalui permainan bisa menjadi sahabat,” ujarnya.

Hal itu dipertegas oleh K.H. Asnawi Ridwan, Pengasuh Pondok Pesantren Fashihuddin Depok. Katanya, dalam hubungan sosial (muamalah), hal-hal yang tidak berkait dengan akidah hukumnya adalah boleh.

“Setiap muslim bisa berhubungan dengan siapa pun dalam koridor saling membutuhkan seperti dalam bidang perdagangan, olah raga, dst.,” kata Kiai Asnawi.

Dia menambahkan bahwa PBNU telah merumuskan dalam komitmen bersama 1 Abad NU bahwa putusan PBB juga menjadi dalil bagi umat Muslim. FIFA termasuk bagian dari kesepakatan bersama seluruh negara di dunia juga dalil yang berlaku bagi umat Muslim.

“Jadi harusnya tidak ada pintu argumentasi untuk menolaknya, dan bahkan Piala Dunia U-20 ini adalah kesempatan yang baik untuk mempromosikan perdamaian,” pungkas Kiai Asnawi.