Tiga Korban Kedengkian yang Dimuliakan Allah Hidupnya

Tiga Korban Kedengkian yang Dimuliakan Allah Hidupnya

Tiga Korban Kedengkian yang Dimuliakan Allah Hidupnya

Orang yang menjadi korban kedengkian, Allah muliakan hidupnya dan harumkan namanya setelah kematiannya. Di antara korban kedengkian yang dimuliakan Allah dan namanya harum setelah kematian adalah:

Rasulullah Muhammad SAW

Rasulullah Muhammad selama hidupnya di Makkah menjadi korban kedengkian para elit Quraisy. Rasulullah pernah dituduh gila. Tidak sampai di situ, bahkan beliau pernah dituduh sebagai penyihir sehingga Abu Jahal dan Abu Lahab pernah menyewa seorang dukun untuk meneluh Rasulullah. Gagal membunuh Rasulullah dengan sihir, para tokoh Quraisy pun berencana membunuhnya dengan mengirim 12 orang pemuda. Tapi, Allah senantiasa melindungi hamba-hamba-Nya yang terpilih.

Rasulullah hijrah ke Madinah. Dan di sana beliau diterima dengan hangat oleh penduduk Madinah. Rasulullah diminta menjadi pemimpin Madinah. Setelah itu, Rasulullah kembali mendatangi Makkah dengan kehormatan sebagai pemimpin besar umat. Orang-orang Makkah yang dahulu mendengkinya pun tertunduk malu dan menyatakan Islam di hadapan beliau.

Imam al-Syafi’i

Imam al-Syafi’i juga pernah menjadi korban kedengkian sebagian ulama yang menjilat penguasa Abbasiyyah. Mereka menyebar fitnah bahwa Imam al-Syafi’i tengah menyusun kekuatan bersama kaum Alawiyyun untuk menggulingkan kekuasaan dinasti Abbasiyyah.

Karena hembusan fitnah itu, hampir saja Imam al-Syafi’i dihukum pancung dengan tuduhan pemberontakan. Namun, Allah menolong Imam al-Syafi’i dengan jawaban yang meyakinkan sang Khalifah. Fitnah pun berlalu, Imam al-Syafi’i diberi kebebasan untuk kembali mengajar dan menyebarkan pemikirannya di tengah masyarakat.

Tertunduk malu para ulama yang menyebar dengki terhadap Imam al-Syafi’i. Dan kini kita lihat, hingga hari ini nama Imam al-Syafi’i terus disebut banyak orang. Sedangkan nama para pendengkinya terbang ditiup angin gurun Rub’ul Khali.

Imam al-Bukhari

Imam al-Bukhari pun pernah menjadi korban kedengkian para ulama di kampungnya. Majelisnya yang semula dihadiri ribuan orang, mendidik sepi setelah para ulama di kampungnya menyebarkan desas desus tentang Imam al-Bukhari.

Tinggallah Imam Muslim seorang, yang setia menghadiri majelisnya Imam al-Bukhari. Bahkan, dalam beberapa catatan, Imam al-Bukhari wafat dalam keadaan terusir dari kampung halamannya.

Tapi, Allah angkat nama Imam al-Bukhari sesudah kematiannya. Hingga hari ini, nama Imam al-Bukhari masih harum di tengah umat. Dan nama para pendengkinya justru hilang entah kemana.

Korban kedengkian selalu dimuliakan baik pada masa hidupnya maupun sesudah matinya. Dan pelaku kedengkian akan hancur dengan kedengkian yang dipeliharanya.