Tiga Ajaran Rasulullah SAW untuk Menjaga Lingkungan

Tiga Ajaran Rasulullah SAW untuk Menjaga Lingkungan

Rasulullah SAW selalu mengajarkan kepada kita untuk menjaga lingkungan, tapi hal ini sering kita lupakan.

Tiga Ajaran Rasulullah SAW untuk Menjaga Lingkungan

Dunia hari ini sering mengalami bencana alam seperti, banjir, tanah longsor, dan naiknya air laut ke daratan. Bahkan banjir yang terjadi di Jakarta dan sekitarnya beberapa hari lalu adalah dampak pemanasan global. Pemanasan global ini membuat iklim tidak teratur, seperti musim kemarau yang berkepanjangan dan musim hujan yang terus-menerus.

Selain itu, daerah serapan air yang berkurang akibat pembangunan gedung-gedung yang begitu masif juga menjadi sebab. Tak kalah penting, persoalan tata kelola sampah juga belum tuntas.

Sebuah penelitian menunjukkan bahwa Indonesia memiliki populasi pesisir sebesar 187,2 juta yang setiap tahunnya menghasilkan 3,22 juta ton sampah plastik yang tak terkelola dengan baik. Sekitar 0,48-1,29 juta ton dari sampah plastik tersebut diduga mencemari lautan.

Di sisi lain, kondisi hutan Indonesia juga memprihatinkan. Setidaknya menurut Badan Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) berdasarkan data dari Global Forest Resources Assessment (FRA), Indonesia menempati peringkat kedua dunia tertinggi kehilangan hutan. Setiap Tahun, hutan Indonesia Hilang 684.000 Hektar, kira-kira 5 kali luas Kabupaten Bekasi.

Tentu kondisi lingkungan yang demikian itu mau tidak mau pasti berdampak pada ekosistem alam. Dan mau tidak mau, manusia yang termasuk dalam ekosistem itu pasti terdampak langsung.

Berikut tiga prinsip filosofis Rasulullah dalam merawat lingkungan:

Jangan Merusak 

وَلَا تُفْسِدُوْا فِى الْاَرْضِ بَعْدَ اِصْلَاحِهَا

Seperti halnya kaidah ilmu kedokteran, pertama-tama janganlah membuat kerusakan. Orang yang pernah mempelajari Geologi pasti tahu bahwa bumi baru bisa dihuni setelah 600 juta tahun dari masa penciptaannya. Karena itu, jika kita belum mampu merawat atau melestarikan bumi ini, setidaknya kita tidak merusak. Jika kita belum bisa menanam pohon, janganlah kita menebang pohon. Ini juga sesuai dengan firman Allah bahwa kerusakan di muka bumi tidak lepas dari ulah tangan manusia (QS. Ar-Rum: 41).

Merawat 

Al-Qur’an menjelaskan bahwa manusia memiliki kelebihan atas makhluk ciptaan Allah yang lain. Manusia dipilih oleh Allah untuk menjadi wakil-Nya dan memiliki tanggung jawab untuk merawat ciptaan-Nya di bumi (QS. Al-Baqarah: 30).

Setiap individu manusia dibebankan oleh Allah tanggung jawab dan kepercayaan untuk menjadi khalifah. Meski begitu, dalam Al-Qur’an, Allah mengingatkan agar manusia senantiasa rendah hati dan tidak sombong meski diberikan kelebihan atas makhluk yang lain. Allah berfirman:

وَمَا مِنْ دَاۤبَّةٍ فِى الْاَرْضِ وَلَا طٰۤىِٕرٍ يَّطِيْرُ بِجَنَاحَيْهِ اِلَّآ اُمَمٌ اَمْثَالُكُمْ ۗ

Dan tidak ada seekor binatang pun yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan semuanya merupakan umat-umat (juga) seperti kamu (QS. Al-An’am: 38).

Dalam ayat lain Allah mengingatkan:

لَخَلْقُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ اَكْبَرُ مِنْ خَلْقِ النَّاسِ وَلٰكِنَّ اَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُوْنَ – ٥٧

Sungguh, penciptaan langit dan bumi itu lebih besar daripada penciptaan manusia, akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui (QS. Gafir: 57).

Moderasi

Dalam pandangan Rasulullah, alam semesta beserta isinya ini (binatang, tumbuhan, dan air) tidak diciptakan untuk umat manusia. Dalam prinsip Islam, kepunyaan Allah-lah segala sesuatu dengan demikian manusia hanya diizinkan untuk memanfaatkannya.

Islam, misalnya, membolehkan kepemilikan atas tanah, itu berlaku selama tanah itu dimanfaatkan, namun bila tidak digarap maka dalam jangka waktu tertentu kepemilikan tanah tersebut menjadi tidak berlaku.

Rasulullah  mengakui tanggung jawab manusia kepada Allah. Namun Rasulullah tetap menunjukkan kerendahhatian. Rasulullah bersabda, “Ketika kiamat datang, dan seseorang memiliki pucuk kelapa di tangannya, ia harus menanamnya.” Ini menunjukkan bahwa bahkan ketika semua harapan (dirasa) hilang untuk umat manusia, seseorang tetap harus menopang ekosistem alam, meski hanya dengan sepohon kelapa. Rasulullah percaya bahwa alam pada dirinya tetaplah baik, bahkan jika manusia tidak mendapat manfaat sekalipun darinya.

Tidak hanya itu, Rasulullah juga mengajak orang-orang beriman untuk berbagi sumber daya yang ada di bumi. Rasulullah bersabda, “Orang-orang muslim memiliki kesamaan dalam tiga hal – air, tumbuh-tumbuhan, dan api (barang tambang).” Karena itu, orang-orang yang memonopoli tiga sumber daya itu untuk kepentingan pribadi atau kelompoknya adalah perbuatan zalim dan dosa (HR. Abu Dawud no. 3477).

Rasulullah bersabda, “Tidak ada yang bisa menolak kelebihan air tanpa berbuat dosa terhadap Allah dan terhadap manusia” (Mishkat Al-Masabih). (AN)

Wallahu a’lam.