Teks Khutbah Jumat: Menjaga Lisan dan Menjaga Komentar di Dunia Maya

Teks Khutbah Jumat: Menjaga Lisan dan Menjaga Komentar di Dunia Maya

Teks khutbah Jumat tentang menjaga lisan dan jari, terutama saat berinteraksi di media sosial.

Teks Khutbah Jumat: Menjaga Lisan dan Menjaga Komentar di Dunia Maya
Foto: valuebond

Khutbah Jumat pertama tentang menjaga lisan dan komentar di dunia maya

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَكْرَمَ مَنْ اِتَّقَى بِمَحَبَّتِهِ وَأَوْعَدَ مَنْ خَالَفَهُ بِغَضَبِهِ وَعَذَابِهِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلَهَ اِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، أَرْسَلَهُ بِالْهُدَى وَالدِّيْنِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ،
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا وَحَبِيْبِنَا وَشَفِيْعِنَا وَقُرَّةِ أَعْيُنِنَا مُحَمَّدٍ رَسُوْلِ الله وَخَيْرِ خَلْقِهِ، وَعَلَى أَلِهِ وَصَحْبِهِ الَّذِيْنَ جَاهَدُوْا فِيْ سَبِيْلِهِ، أَمَّا بَعْدُ،
فَيَا اَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ، اِتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَاتَمُوْتُنَّ اِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.

Hadirin, jama’ah shalat Jumat yang dimuliakan oleh Allah ta’ala.

Pertama, marilah kita haturkan kepada Allah swt, Dzat yang telah melimpahkan nikmat karunia-Nya. Kedua, shalawat dan salam semoga tersanjungkan kepada Nabi Muhammad SAW, utusan yang membawa rahmat bagi alam semesta.

Melalui mimbar yang mulia ini, khatib berwasiat kepada diri pribadi, umumnya kepada jama’ah untuk senantiasa meningkatkan ketakwaan kepada Allah ta’ala. Dengan cara menjalankan perintah-Nya, serta menjahui larangan-Nya.

Allah SWT berfirman dalam surat at-Thalaq ayat 2:

وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا

Siapa yang bertaqwa kepada Allah SWT, maka Allah akan menyiapkan jalan keluar dari setiap permasalahannya.

Hadirin, sidang Jumat yang dimuliakan oleh Allah ta’ala.

Tahukah jamaah sekalian bahwa Nabi Ibrahim AS pernah mengucapkan suatu doa yang sangat penting. Doa itu diabadikan dalam surat as-Syuara ayat 84. Doa tersebut merupakan harapan dan keinginan Nabi Ibrahim agar orang-orang yang hidup setelahnya tetap menghormatinya dengan ungkapan-ungkapan yang baik.

وَاجْعَلْ لِّيْ لِسَانَ صِدْقٍ فِى الْاٰخِرِيْنَ ۙ

“dan jadikanlah aku buah tutur yang baik bagi orang-orang (yang datang) kemudian.”

Ada beberapa alasan mengapa Nabi Ibrahim berdoa demikian. Pertama, Nabi Ibrahim mengerti bahwa lisan bisa jadi lebih kejam dari apa pun. Nabi Ibrahim tidak ingin jika orang-orang setelahnya malah membicarakan hal-hal yang tidak baik tentangnya. Begitulah, sekelas Nabi Ibrahim saja khawatir jika suatu saat nanti ia menjadi bahan gunjingan dan obrolan yang tidak baik, sehingga ia secara khusus meminta kepada Allah SWT agar dihindarkan dari hal demikian.

Alasan kedua Nabi Ibrahim berdoa demikian adalah agar para keturunannya menjadi keturunan yang saleh dan tidak meniru keburukan yang menimpa dan terjadi pada para pendahulunya. Nabi Ibrahim tentu faham, bahwa omongan orang atas dirinya kelak bisa jadi tidak baik bagi para penerusnya.

Hadirin, sidang Jumat yang dimuliakan oleh Allah ta’ala.

Doa Nabi Ibrahim tersebut pun dikabulkan oleh Allah SWT. Dalam beberapa kitab tafsir dijelaskan bahwa akhirnya Allah SWT menjadikan namanya sebagai buah bibir yang baik bagi orang-orang setelahnya. Tidak hanya itu, Nabi Ibrahim juga dikaruniai oleh Allah keturunan yang saleh. Selain Nabi Ismail dan Nabi Ishaq, keturunan Nabi Ibrahim juga menjadi nabi akhir zaman dan sangat dicintai oleh Allah SWT dan semua makhluk, yaitu Nabi Muhammad SAW.

Keinginan Nabi Ibrahim ini terwujud bukan tanpa alasan. Dalam ayat lain dijelaskan bahwa terwujudnya doa Ibrahim ini merupakan balasan atas amal saleh dan perilakunya yang mulia. Dalam surat as-Shaffat ayat 108-111, Allah menjelaskan alasan-Nya.

وَتَرَكْنَا عَلَيْهِ فِى الْاٰخِرِيْنَ ۖ – ١٠٨ سَلٰمٌ عَلٰٓى اِبْرٰهِيْمَ – ١٠٩ كَذٰلِكَ نَجْزِى الْمُحْسِنِيْنَ – ١١٠ اِنَّهٗ مِنْ عِبَادِنَا الْمُؤْمِنِيْنَ – ١١١

Artinya, “Dan Kami abadikan untuk Ibrahim (pujian) di kalangan orang-orang yang datang kemudian (108) ”Selamat sejahtera bagi Ibrahim.” (109) Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. (110) Sungguh, dia termasuk hamba-hamba Kami yang beriman. (111) [Q.S as-Shaffat: 108-111]

Ayat di atas menunjukkan bahwa balasan untuk Nabi Ibrahim berupa selalu dibincangkan kebaikannya oleh orang setelahnya karena perbuatan dan amalnya yang saleh selama ini. Ini menjadi sebuah prototype bagi umat setelahnya bahwa jika tidak ingin digunjing dan digosipin orang, maka berbuat baik lah: dengan menjaga lisan dan jangan menggunjing orang. Hal ini juga menunjukkan bahwa lisan sangat berperan penting dalam kehidupan kita dan juga para keturunan kita. Jika tidak ingin kita dan keturunan kita mendengar omongan yang buruk dari orang, maka kita juga tak boleh melakukan hal yang sama.

Jamaah shalat Jumat yang dimuliakan oleh Allah

Nabi Muhammad SAW sendiri pernah memperingatkan tentang bahayanya lisan. Dalam sebuah hadis riwayat at-Tirmidzi dijelaskan bahwa hampir semua ucapan kita itu bisa merugikan dan menjerumuskan kita ke jurang kehancuran kecuali tiga hal.

عن النبي صلَّى الله عليه وسلَّم قال: ((كلُّ كَلَامِ ابْنِ آدَمَ عَلَيْهِ، لَا لَهُ، إِلّا أَمر بمعروف، أو نهي عن منكر، أو ذكر الله تعالى)

Dari Nabi SAW bersabda, “Semua perkataan anak Adam (manusia) itu merugikan, bukan malah menguntungkan, kecuali perkataan terkait perintah melakukan kebaikan, menolak kemungkaran, atau berdzikir kepada Allah SWT.”

Diakui atau tidak hampir sebagian besar ucapan kita sangat jauh dari tiga hal ini. Saat nongkrong bersama teman-teman, hampir dipastikan sama sekali tidak berkaitan dengan tiga hal di atas. Saat duduk bersama keluarga, yang dibahas juga bukan tiga hal di atas. Bahkan saat berkumpul dengan jamaah di masjid pun kita masih gosipin orang. Betapa susahnya menjaga lisan, bukan?

Alangkah mudahnya lisan kita ini melakukan hal-hal yang dilarang. Padahal banyak sekali ayat yang memperingatkan kita untuk berhati-hati dan menjaga lisan kita ini, seperti al-Hujurat ayat 12 dan al-Qalam ayat 10-11.

Sayyidina Ali dalam maqalahnya menyebutkan:

إنَّ لِسَانَ الْمُؤمِنِ مِنْ وَرَاء قَلْبِهِ. وَإنَّ قَلْبَ الْمُنَافِقِ مِنْ وَرَاءِ لِسَانِه. لِأَنَّ الْمُؤمِنَ إذَا أَرَادَ أَنْ يَتَكَلَّمَ بِكَلَامٍ تدَبَّرَهُ فِي نَفْسِهِ. فَإنْ كَانَ خَيرًا أَبدَاهُ. وَإنْ كَانَ شَرًّا وَارَاه. وَإنَّ اْلمُنَافِقَ يَتَكَلَّمُ بِمَا أَتَى عَلَى لِسَانِهِ لَا يَدْرِي مَاذَا لَهُ وَمَاذَا عَلَيْهِ

“Sesungguhnya perkataan orang mukmin berasal dari hatinya. Sedangkan hati orang munafik berasal dari lisannya. Karena orang mukmin ketika ingin berbicara, ia renungkan terlebih dahulu, jika baik, maka ia akan melanjutkan perkataannya. Jika berdampak buruk, maka ia akan meninggalkannya. Sedangkan orang munafik berbicara dengan lisannya saja. Ia tidak tahu dampak baik dan buruknya.”

Hadirin Jamaah Jumat yang berbahagia.

Petuah Sayyidina Ali ini patut kita renungi dan amalkan, terutama dalam interaksi dunia maya seperti sekarang. Di dunia maya, lisan memang secara tidak langsung berperan, peran itu digantikan oleh tangan. Jika kita mengaku sebagai muslim yang baik, maka alangkah baiknya sebelum memberikan komentar dan mengunggah konten di media sosial, kita pertimbangkan terlebih dahulu baik dan baiknya. Sesuai petuah Sayyidina Ali, jika setelah dipertimbangkan akan berdampak baik, maka unggahlah konten tersebut, namun jika malah berdampak buruk, maka batalkanlah.

Hal seperti ini sering terjadi dalam interaksi kita melalui chating atau pesan instan. Hanya karena pesan itu berupa teks, dan tidak terlihat intonasinya, teman kita yang membacanya malah tersinggung, padahal kita tidak memiliki maksud apa-apa. Oleh karena itu, mari berhati-hati dengan menjaga lisan dan jari kita.

Semoga khutbah singkat ini bermanfaat dan bisa diamalkan oleh jamaah sekalian, khususnya alfaqir, khatib pribadi. Semoga Allah ta’ala senantiasa membimbing langkah kita. Amiin ya rabbal’alamin.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ الْقُرْأَنِ الْكَرِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْأَيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمِ، وَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

***

Khutbah Jumat kedua

اَلْحَمْدُ للهِ حَمْدًا كَثِيْرًا كَمَا أَمَرَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ لله وَحْدَه لاَشَرِيْكَ لَهُ، اِرْغَامًا لِمَنْ جَحَدَ بِهِ وَكَفَرَ، وَأَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ سَيِّدُ اْلاِنْسِ وَالْبَشَرِ، اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ اَلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ، اَمَّا بعْدُ.

فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوْا الله تَعَالىَ وَذَرُوْا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ وَمَا بَطَنَ وَحَافِظُوْا عَلىَ الطَّاعَةِ وَحُضُوْرِ الْجُمْعَةِ وَالْجَمَاعَةِ وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَنَّى بِمَلاَئِكَةِ قُدْسِهِ فَقَالَ تَعَالىَ وَلَمْ يَزَلْ قَائِلاً عَلِيْمًا إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِىْ يَاَ أيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا، اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ اَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلىَ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلىَ اَلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ في ِالْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.

اَللّهُمَّ وَارْضَ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ سَيِّدِنَا أَبِى بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ وَعَنْ سَائِرِ أَصْحَابِ نَبِيِّكَ أَجْمَعِيْنَ وَعَنِ التَّابِعِيْنَ وَتَابِعِى التَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ اَللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ بِرَحْمَتِكَ يَا وَاهِبَ الْعَطِيَّاتِ، اَللّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلاَءَ وَالْوَبَاءَ وَالزِّنَا وَالزَّلاَزِلَ وَالْمِحَنَ وَسُوْءَ الْفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَعَنْ سَائِرِبَلاَدِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، يَارَبَّ الْعَالَمِيْنَ رَبَّنَا اَتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلاَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

عِبَادَ الله إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَاِيْتَاءِ ذِى الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمِ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُاللهِ اَكْبَرُ.