Khutbah Jumat: Cermat Menyebarkan Berita di Media Sosial

Khutbah Jumat: Cermat Menyebarkan Berita di Media Sosial

Khutbah Jumat ini menjelaskan bagaimana cara cermat menyebarkan berita di media sosial agar tidak jatuh dalam lubang dosa.

Khutbah Jumat: Cermat Menyebarkan Berita di Media Sosial

Khutbah Jumat pertama

الحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. حَمْدًا يُوَافِي نِعَمَهُ وَيُكَافِئُ مَزِيْدَه. فَلَهُ الْحَمْدُ كَمَا يَنْبَغِي لِجَلَالِ وَجْهِهِ الْكَرِيْمِ وَلِعَظِيْمِ سُلْطَانِه. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ. صَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَآلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ. فَيَا عِبَادَ اللهِ اِتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.

Ma’syiral muslimin rahimakumullah.

Marilah kita tingkatkan ketaqwaan kita kepada Allah Ta’ala. Karena hanya dengan rahmat dari Allah dan ketaqwaan, kita bisa hidup berbahagia di dunia dan di Akhirat.

Ma’syiral muslimin rahimakumullah

Dalam banyak hadis kita dapati banyak penjelasan dari Nabi Muhammad tentang ciri-ciri dekatnya Kiamat. Salah satunya adalah hadis riwayat al-Imam al-Bukhari dari sahabat ‘Auf in Malik,

ثُمَّ فِتْنَةٌ لَا يَبْقَى بَيْتٌ مِنَ الْعَرَبِ إِلَّا دَخَلَتْهُ

“…Kemudian munculnya fitnah yang memasuki semua rumah orang-orang di Arab.”

Ma’syiral muslimin rahimakumullah.

Fitnah di sini adalah segala yang menimpa kita, yang muncul untuk menguji keimanan dan keislaman kita.
Beberapa ulama telah memberikan penjelasan terkait maksud dari hadis di atas. Dalam konteks kekinian, penjelasan hadis ini menjadi lebih mudah di mana dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, fitnah-fitnah dengan mudah memasuki bukan saja rumah orang-orang di Arab, namun juga rumah-rumah umat Islam di seluruh penjuru dunia.

Sekarang ini, hampir semua orang memiliki ponsel atau smartphone. Dengan gawai yang dimiliki, siapapun bisa membuka internet dan menerima informasi. Sebagai media informasi dan komunikasi, ponsel menjadi bagian yang tidak terlepaskan dari kehidupan kita sehari-hari. Ada banyak kebaikan yang bisa didapatkan dari gawai yang kita miliki, dan ada pula keburukan yang tidak sedikit dari sana. Dalam konteks menerima dan menyebarkan informasi, bagaimana Islam memberikan tips?

Ma’syiral muslimin rahimakumullah.

Setiap kali kita menerima informasi, maka kita tidak boleh terburu-buru meyakininya sebagai sebuah berita yang valid apalagi meneruskannya (mem-broadcast) ke orang lain. Ketergesaan, dalam hadis hadis riwayat al-Tirmidzi, dinilai sebagai sebuah sikap buruk yang menyerupai sikap setan,

وَالْعَجَلَةُ مِنَ الشَّيْطَانِ

“Terburu-buru adalah sikapnya setan.”

Setiap kali menerima berita, kita harus memastikan kebenarannya terlebih dahulu. Hal ini dinyatakan dalam Al-Quran surah al-Hujurat ayat 6,

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ

“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang Fasik membawa suatu berita, Maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.”

Jika berita dan informasi itu kita yakini dusta, maka kita dilarang menyebarkannya kepada orang lain. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh al-Imam Muslim dinyatakan,

مَنْ حَدَّثَ عَنِّي بِحَدِيْثٍ يَرَى أَنَّهُ كَذِبٌ فَهُوَ أَحَدُ الْكَاذِبِيْنَ

“Siapa yang menyampaikan dariku sebuah hadis yang dia ketahui bahwa hadis itu palsu, maka ia termasuk golongan pembohong.”

Jika kita merasa ragu terhadap kebenaran berita dan informasi yang kita terima, maka kita juga dilarang menyampaikannya ke orang lain. Dalam sebuah hadis riwayat al-Imam al-Tirmidzi dinyatakan,

دَعْ مَا يَرِيْبُكَ إِلَى مَا لَا يَرِيْبُكَ

“Tinggalkanlah apa-apa yang engkau ragukan. Ambil dan lakukan apa yang engkau yakini.”

Ma’syiral muslimin rahimakumullah.

Kita mengusahakan menerima berita yang terbukti benar dan bukan kedustaan. Namun, sebelum kita menyampaikan berita itu ke orang lain, kita perlu memastikan apakah isi berita dan informasi yang kita terima itu mengandung kebaikan dan manfaat atau tidak.

Kita tidak boleh menyampaikan kepada orang lain berita yang benar namun isinya gunjingan (ghibah), kemaksiatan, dan kezaliman. Dalam Al-Quran surah al-Hujurat ayat 12 dengan tegas dinyatakan larangan mencari-cari kesalahan orang lain dan menggunjingkannya,

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ

“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purbasangka itu dosa. Janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati?Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.”

Perlu diingat, siapapun kita pastilah memiliki kekurangan dan kesalahan. Kita tidak ingin kesalahan kita dijadikan bahan gunjingan oleh orang lain. Maka menggunjingkan kekurangan dan keburukan yang ada pada orang lain harus dijauhi.

Kita harus bisa menjaga diri untuk tidak melakukan tajassus dan ghibah. Kita juga harus menahan diri untuk tidak menyebarkan berita dan informasi yang tidak ada manfaatnya, sebagaimana telah diajarkan oleh Nabi Muhammad dalam hadis yang diriwayatkan oleh al-Imam al-Tirmidzi,

مِنْ حُسْنِ إِسْلَامِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لَا يَعْنِيْهِ

“Orang Islam yang baik akan meninggalkan segala hal yang tidak ada manfaat baginya.”

Berita yang benar, namun memuat hal-hal memecah belah bangsa, serta memunculkan ketidaknyamanan dan kemarahan bagi orang lain tidak boleh disampaikan kepada siapapun dan di-broadcast di media sosial (medsos). Kita mungkin tidak sadar, bahwa hal ini sudah diwanti-wanti dalam Al-Quran surah al-nur ayat 15,

إِذْ تَلَقَّوْنَهُ بِأَلْسِنَتِكُمْ وَتَقُولُونَ بِأَفْوَاهِكُمْ مَا لَيْسَ لَكُمْ بِهِ عِلْمٌ وَتَحْسَبُونَهُ هَيِّنًا وَهُوَ عِنْدَ اللَّهِ عَظِيمٌ

“(ingatlah) di waktu kamu menerima berita bohong itu dari mulut ke mulut dan kamu katakan dengan mulutmu apa yang tidak kamu ketahui sedikit juga, dan kamu menganggapnya suatu yang ringan saja. Padahal pada sisi Allah merupakan (dosa) besar.”

Ma’syiral muslimin rahimakumullah.

Dengan pemaparan singkat di atas, kita dapat simpulkan bahwa kita hanya boleh menyampaikan berita dan informasi ke orang lain atau menyiarkannya di media sosial ketika kita yakin bahwa berita tersebut benar dan memuat kebaikan. Berita dusta, atau berita benar namun isinya tidak memuat kebaikan dan manfaat bagi orang lain tidak boleh disampaikan ke siapapun.

Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh hampir seluruh imam-imam hadis, dinyatakan,

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ

“Siapa saja yang merasa dirinya beriman kepada Allah dan Hari Akhir, maka hendaknya ia hanya berkata-kata yang memuat kebaikan, atau diam saja.

Mudah-mudahan Allah Ta’ala menjadikan kita dan keluarga kita hamba-Nya yang membawa kebaikan dan kemanfaatan kepada orang lain. Amin.

أعوذ بالله من الشيطان الرجيم

بسم الله الرحمن الرحيم

وَالْعَصْرِ (1) إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (2) إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ (3)
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي القُرْأَنِ الْكَرِيمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنَّا تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ تَعَالَى البِرُّ الرَّحِيْمُ
أَقُوْلُ قَوْلِي وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ إِنَّهُ تَعَالَى الْبِرُّ الرَّحِيْمُ

Khutbah Jumat kedua.

اَلْحَمْدُ لله حَمْدًا كَثِيرًا كَمَا أَمَرَ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وُرَسُوْلُه سَيِّدُ الْخَلَائِقِ وَالْبَشَرِ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَآله وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ.

فَيَا عِبَادَ اللهِ اِتَّقُوا اللهَ. وَاعْلَمُوا أَنَّ اللهَ تَعَالَى صَلَّى عَلَى نَبِيِّهِ قَدِيْمًا وَأَمَرَ عِبَادَهُ بِالصَّلَاةِ عَلَيْهِ وَبِالسَّلاَمِ تَسْلِيْمًا. فَقَالَ عَزَّ مَنْ قَائِلٌ «إِنَّ الله وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً ». اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ فِي الْعَلَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.

الله اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدَيْنَا وَلِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ. رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ إِمَامًا. رَبَّنَا ءَاتِنَا فِي الدُّنْيـَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

عِبَادَ اللهِ إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ. فَاذْكُرُوا اللهَ العَظِيْمَ يَذْكُرُكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَاسْأَلُوهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَـرُ.

 

Khutbah Jumat ini sebelumnya telah dimuat di Majalah Nabawi Edisi 116/Rajab-Sya’ban 1438 H