Tafsir Surat Al-Kahfi Ayat 45: Harta Duniawi Bagaikan Air

Tafsir Surat Al-Kahfi Ayat 45: Harta Duniawi Bagaikan Air

Tafsir Surat Al-Kahfi Ayat 45: Harta Duniawi Bagaikan Air
Kitab-kitab yang disusun rapi.

Salah satu faktor yang membuat orang musyrik enggan bertauhid dan menyembah Allah adalah kecenderungan menyukai permasalahan duniawi secara berlebihan. Mereka tidak sadar bahwa keberadaan duniawi yang mereka miliki itu sifatnya hanya sementara, bagaikan perkebunan yang subur pada satu masa, dan kemudian mengalami kekeringan pada masa lainnya. Nabi diminta oleh Allah untuk menasihati umatnya agar tidak seperti orang musyrik. Allah SWT berfirman:

وَاضْرِبْ لَهُمْ مَثَلَ الْحَياةِ الدُّنْيا كَماءٍ أَنْزَلْناهُ مِنَ السَّماءِ فَاخْتَلَطَ بِهِ نَباتُ الْأَرْضِ فَأَصْبَحَ هَشِيماً تَذْرُوهُ الرِّياحُ وَكانَ اللَّهُ عَلى كُلِّ شَيْءٍ مُقْتَدِراً

Wadhrib lahum matsalal hayatid dunya ka main anzalnahu minas sama’i fakhtalatho bihi nabatul ardhi fa ashbaha hasyiman tadzruhur riyah. Wa kanallahu ‘ala kulli sya’in muqtadiro 

Artinya:

“Berilah (kabar) pada mereka mengenai perumpamaan kehidupan dunia itu seperti air hujan yang Kami turunkan dari langi, kemudian tumbuhan di muka bumi menjadi subur sebab air tersebut, dan pada akhirnya tumbuhan itu menjadi kering yang mudah terbang karena hembusan angin. Allah itu Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS: Al-Kahfi Ayat 45) 

Imam al-Razi dalam tafsir Mafatih al-Ghaib menyebutkan bahwa ayat ini masih berkaitan dengan respon terhadap perilaku orang kafir atau musyrik yang menghina orang miskin karena kedudukannya sebagai orang kaya. “Duniawi itu rendah dan hina bila tidak digunakan untuk kemaslahatan orang banyak. Duniawi itu bersifat sementara. Anda bisa kaya hari ini, akan tetapi bisa saja Anda besok jatuh miskin.”

Imam al-Qurtubi dalam kitab tafsirnya al-Jami‘ li Ahkamil Qur’an menjelaskan mengapa dunia diumpamakan dengan air. Pertama, air itu tidak tidak menetap di tempat yang itu-itu saja. Air yang mengalir pasti bergeser dari satu ruang ke ruang yang lain. Begitupun dengan duniawi. Orang yang mempunyai harta duniawi itu terkadang berada dalam kondisi berjaya, dan suatu saat memungkinkan jatuh.

Kedua, pada umumnya tidak ada orang yang mampu membelah air, dan mengatur arah aliran air yang deras tanpa bantuan alat. Hal ini pun dengan duniawi. Semakin besar duniawi yang dimiliki seseorang itu semakin besar juga ujian dan bahaya yang akan dihadapinya.

Ketiga, air bila digunakan sewajarnya itu bermanfaat untuk tumbuhan, akan tetapi bila air yang digunakan berlebihan untuk menyirami tumbuhan, maka tumbuhan itu pasti akan rusak. Begitupun pemilik duniawi. Bila ia memanfaatkan dunianya untuk kepentingan dan kemasalahatan orang banyak, dan menggunakan untuk dirinya hanya secukupnya, maka ia akan selamat.

Imam al-Qurtubi mengutip hadis mengenai anjuran untuk tidak berlebihan mengejar dunia. “Rasul, aku ingin menjadi orang bahagia, bagaimana caranya?” tanya salah seorang sahabat Nabi. “Tinggalkan dunia. Ambillah dunia hanya secukupnya saja, bagaikan air yang menggenang. Sedikit dunia itu pasti mencukupi, sementara dunia yang berlebihan itu akan membuatmu melewati batas,” jawab Nabi. Nabi bilang, “Berbahagialah orang yang beragama Islam, diberi rezeki cukup, dan qanaah atas pemberian Allah” (HR Muslim).