Tafsir Surat Al-Kahfi Ayat 102: Bahaya Menyekutukan Allah

Tafsir Surat Al-Kahfi Ayat 102: Bahaya Menyekutukan Allah

Tafsir surat al-Kahfi ayat 102

Tafsir Surat Al-Kahfi Ayat 102: Bahaya Menyekutukan Allah
Kitab-kitab yang disusun rapi.

Sebelumnya Al-Qur’an menggambarkan orang-orang yang tidak beriman itu diperlihatkan neraka sebelum mereka memasukinya. Ini karena perbuatan mereka yang menyekutukan Allah. Mereka menyangka bahwa ada kekuatan lain selain Allah yang dapat menolong mereka di hari kiamat, padahal tidak. Terkait hal ini, Allah SWT berfirman:

أَفَحَسِبَ ٱلَّذِينَ كَفَرُوٓا۟ أَن يَتَّخِذُوا۟ عِبَادِى مِن دُونِىٓ أَوْلِيَآءَ ۚ إِنَّآ أَعْتَدْنَا جَهَنَّمَ لِلْكَٰفِرِينَ نُزُلاً

Afahasibal ladzina kafaru ay yattakhidzu ‘ibadi min duni auliyaa’. Inna a‘tadna jahannama lil kafirina nuzula 

Artinya:

“Maka apakah orang-orang kafir menyangka bahwa mereka (dapat) menjadikan hamba-hamba-Ku menjadi penolong selain Aku? Sesungguhnya Kami telah menyediakan neraka Jahannam sebagai tempat tinggal bagi orang-orang kafir.” (QS: Al-Kahfi Ayat 102)

Orang-orang yang tidak beriman pada Allah yang masuk neraka di antara lain disebutkan dalam ayat ini. Mereka itu menyekutkan Allah dengan “Tuhan” lain yang dianggap dapat memberi manfaat di hari kiamat nanti. Menurut Syekh Nawawi Banten dalam Murah Labid li Kasyf Ma‘na al-Qur’an al-Majid, maksud hamba-hamba-Ku menjadi penolong selain Aku adalah malaikat, Uzair, dan Isa.

Berbeda dengan Syekh Nawawi,  Imam al-Qusyairi dalam Lathaif al-Isyarat menyampaikan bahwa hamba-hamba-Ku yang dimaksud dalam ayat di atas adalah berhala-berhala. Hal senada juga diungkapkan oleh Ibnu ‘Asyur dalam al-Tahrir wat Tanwir, mereka hamba-hamba-Ku itu sesembahan apa pun, termasuk setan dan berhala-berhala.

Ulama tafsir berbeda pendapat mengenai makna kata nuzula dalam ayat ini. Syekh al-Sya‘rawi dalam kitab tafsirnya memaknai nuzula berarti ‘fasilitas yang disediakan untuk menghormati tamu atau secara sederhana disebut dengan penginapan dan perlengkapannya.’ Bila diartikan demikian, ini mengandung unsur penghinaan terhadap orang-orang kafir. Ini karena hotel atau penginapan yang dipesan oleh tamu pada umumnya untuk tempat beristirahat, membutuhkan makanan atau minuman apapun tinggal pesan, dan sebagainya. Tapi di sini, tempat penginapan orang-orang kafir adalah neraka Jahannam. Boro-boro beristirahat atau memesan makanan dan minuman yang diinginkan, berada di pinggir Jahannam saja sudah mengerikan.

Selain menyampaikan hal serupa dengan nuzula versi Imam al-Sya‘rawi, Imam al-Razi juga menyebutkan bahwa nuzula berarti ‘tempat tinggal’. Bila ditafsirkan sesuai versi al-Razi, maka tidak terdapat makna metafora sebagaimana terjemahan yang penulis hadirkan di atas.