Puasa Seperti Rasulullah? Bisa Kok

Puasa Seperti Rasulullah? Bisa Kok

Bisa loh, seperti

Puasa Seperti Rasulullah? Bisa Kok

Ketika orang sedang berpuasa, tentu dalam waktu beberapa jam akan didera rasa lapar. Ini wajar dan secara perlahan dengan diaktifkannya gula darah cadangan yang disebut glukagon. Namun, glukagon yang terbatas tidak mampu mengkaver seluruh kebutuhan energi. Itu sebabnya dilarang untuk berpuasa sehari semalam, atau dalam khazanah fikih dikenal sebagai puasa wishaal (menyambung).

Penjelasan di atas jadi contoh bahwa Nabi Saw. sendiri melarang berpuasa yang berlebih-lebihan. Sikap berlebih-lebihan dalam berpuasa justru akan membuat manusia menjadi lemah dan tidak produktif. Berpuasalah sesuai kadarnya sehingga membuat tubuh menjadi sehat.

Beberapa tips puasa sehat seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah Saw. diantaranya adalah sebagai berikut:

Pertama,  Tetap Makan Sahur

Sahur sangat bermanfaat untuk menyiapkan cadangan energi bagi tubuh saat menjalani puasa. Dalam sebuah hadis yang diiwayatkan oleh Anas bin Malik Ra.:

«تَسَحَّرُوا فَإِنَّ فِي السَّحُورِ بَرَكَةً»

Makan sahurlah, sesungguhnya di dalam sahur terdapat keberkahan”

Hadis tersebut diriwayatkan oleh banyak ulama hadis, misalnya al-Bukhari, Muslim, Abu Dawud, al-Nasai, dan Ibn Majah. Karena riwayat al-Bugakhari dan Muslim sama-sama bersumber dari Anas bin Malik, dalam disiplin ilmu hadis dikenal sebagai muttafaqun ‘alaih. Artinya, keduanya sebagai penyusun kitab hadis yang dipastikan paling sahih dari masa ke masa sepakat dengan redaksi riwayat hadis ini. Keberkahan sahur digambarkan tidak hanya tentang bangunnya kita di waktu yang mustajab, namun juga segi fisik seperti makan untuk persiapan puasa.

Dalam praktiknya, Rasulullah Saw. biasa makan sahur di waktu yang dekat waktu subuh. Begitu dekatnya, seperti digambarkan oleh Zaid bin Tsabit Ra. jarak antara sahur dan shalat subuh hanya sekitar membaca 50 ayat Quran. Hadis tersebut diriwayatkan oleh al-Bukhari,

عَنْ زَيْدِ بْنِ ثَابِتٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ تَسَحَّرْنَا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ قَامَ إِلَى الصَّلَاةِ قُلْتُ كَمْ كَانَ بَيْنَ الْأَذَانِ وَالسَّحُورِ قَالَ قَدْرُ خَمْسِينَ آيَةً

Dari Zaid bin Tsabit Ra. beliau berkata: “Kami sahur bersama Rasulullah Saw. kemudian melaksanakan shalat. Aku (Anas bin Malik) bertanya: berapa jaraknya antara azan dan sahur ? Zaidd berkata: sekitar lima puluh ayat.”

Menurut Ibn Hajar dalam Fath al-Baari, ukuran lima puluh ayat adalah bagian dari kultur masyarakat arab untuk mengukur sesuatu, seperti dengan seberapa lama pekerjaan dikerjakan. Lima puluh ayat adalah simbol kalau jarak antara sahur dengan shalat subuh tidak terlalu lama. Ibn Hajar melanjutkan, ini adalah salah satu kearifan Nabi Saw. Jika sahur diwajibkan di tengah malam atau ditiadakan sama sekali, ini akan umatnya sulit melaksanakan puasa karena alasan mengantuk.

Sebagai penutup, Nabi Saw. bahkan menyatakan bahwa yang membedakan antara puasa umat Islam dengan puasa ahlul kitab adalah melakukan sahur. Seperti hadis yang diriwayatkan al-Nasa’i dari ‘Amr bin al-‘Ash,

عن عمرو بن العاص قال قال رسول الله صلى الله عليه و سلم : إن فصل ما بين صيامنا وصيام أهل الكتاب أكلة السحور

Dari ‘Amr bin al-‘Ash, beliau berkata: Rasulullah Saw. bersabda: perbedaan antara puasa kita dengan puasa Ahlul Kitab adalah dengan makan sahur.

Sikap berlebih-lebihan dalam berpuasa justru akan membuat manusia menjadi lemah dan tidak produktif. Berpuasalah sesuai kadarnya sehingga membuat tubuh menjadi sehat.

Beberapa tips puasa sehat seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah Saw.

Kedua,  Berpuasa Tanpa Direncanakan

Rasulullah Saw. – seperti yang diriwayatkan al-Bukhari dalam kitab Shahih-nya – nampaknya biasa berpuasa tanpa melaksanakan sahur. Dalam sebuah hadis, bahkan kadang-kadang beliau melakukan wishal, namun beliau Saw. sendiri melarang umatnya untuk menirukannya. Seperti hadis yang diriwayatkan oleh al-Bukhari dari Anas bin Malik Ra.:

عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا تُوَاصِلُوا قَالُوا إِنَّكَ تُوَاصِلُ قَالَ لَسْتُ كَأَحَدٍ مِنْكُمْ إِنِّي أُطْعَمُ وَأُسْقَى أَوْ إِنِّي أَبِيتُ أُطْعَمُ وَأُسْقَى

Dari Anas bin Malik Ra., dari Nabi Saw. bersabda: “janganlah kamu melakukan puasa wishal. Sejumlah sahabat bertanya: “(Tapi) engkau melakukannya ya Rasul !?”. Rasulullah Saw. menjawab: “Saya tidak seperti kalian, saya ini diberi makan dan minum dari Allah Saw. Dan disaat aku sahur, pun juga demikian.”

Meski Rasulullah Saw. diperbolehkan untuk melakukan puasa wishal, hadis tersebut memberi gambaran kalau Rasulullah Saw. biasa melakukan puasa. Di bulan sya’ban misalnya, beliau banyak melakukan puasa di bulan itu, bahkan hampir setiap hari karena menurut satu riwayat amalam manusia diangkat pada bulan itu, sehingga beliau berharap ketika diangkat amalan itu beliau sedang beribadah. Ibadah yang ditinjau dari segi waktu paling lama ternyata adalah puasa.

Selain itu,  Rasulullah Saw. dengan kelemahlembutannya kepada keluarga tidak pernah menuntut diluar kemampuan mereka. Saat dirumah tidak ada makanan, Rasulullah Saw. biasa menjawabnya dengan: “kalau gitu hari ini saya puasa !” Kisah ini didokumentasikan salah satunya dalam Shahih Muslim, dari riwayat ‘Aisyah Ra.:

عن عائشة أم المؤمنين رضي الله عنها قالت: قال لي رسول الله صلى الله عليه و سلم ذات يوم يا عائشة هل عندكم شيء ؟ قالت فقلت يا رسول الله ما عندنا شيء قال فإني صائم

“Dari ‘Aisyah Ra. beliau berkata: Rasulullah Saw. pernah sekali berkata kepadaku: “Ya ‘Aisyah apakah kamu punya makanan ?” Aku menjawab: “Tidak ada ya Rasul.” Rasulullah menjawab: “Ok, saya puasa kalau gitu”.

Ketiga, Berbuka Puasa dengan Air Putih dan Makanan Manis

Setelah seharian penuh tidak mengkonsumsi apapun, tubuh yang telah diprogram untuk berpuasa tersebut dalam kondisi relaksasi. Dalam sebuah penelitian medis, disarankan untuk membatalkan puasa dengan meminum air putih dan makan makanan yang mengandung karbohidrat/zat gula. Zat gula berkontribusi untuk mengembalikan energi tubuh yang hilang saat berpuasa. Dalam penelitian tersebut juga direkomendasikan untuk tidak memakan makanan yang berminyak atau memiliki suhu yang ekstrim, seperti panas atau dingin.

Tanpa bermasuk mencocok-cocokkan, rupanya dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Abu Daud, al-Tirmidzi, dan Abu Ya’la. Rasulullah Saw. juga merekomendasikan hal yang serupa, makan kurma 3 buah saja dan tidak mengkonsumsi makanan yang dimasak dengan api. Hadisnya diriwayatkan Abu Ya’la dari sahabat Anas bin Malik Ra.:

وَعَن أَنَسٍ ، رَضِيَ الله عَنْهُ , قَالَ : كَانَ رَسُولُ الله صَلَّى الله عَلَيه وسَلَّم يُحِبُّ أَنْ يُفْطِرَ عَلَى ثَلاَثِ تَمْرَاتٍ ، أَوْ شَيْءٍ لَمْ تُصِبْهُ النَّارُ

Dari Anas bin Malik Ra. beliau berkata: “Dulu Rasulullah Saw. suka berbuka puasa dengan tiga buah kurma, atau makanan lain yang tidak tersentuh api”

Abu Ya’la menilai kalau seluruh periwayat hadis ini adalah orang-orang terpercaya. Ditinjau dari segi medis (Lihat artikel: Manfaat Puasa Perspektif Medis) makanan yang mengandung zat gula memang dapat mendongkrak jumlah energi dalam tubuh yang hilang selama berpuasa. Sementara, makanan yang lain

Keempat, Mengatur Pola Makan Saat Berbuka

Disaat berbuka, terkadang kita sering lupa mengendalikan diri dalam mengkonsumsi makanan untuk berbuka. Dengan tersedianya berbagai macam makanan yang mengenakkan lidah katakanlah seperti sirop, kolak, gorengan, kue, ayam goreng, dan makanan enak lain benar-benar membangkitkan selera. Apalagi perut dalam keadaan lapar.

Perilaku ini kurang baik. Kita harus mengingat kembali bahwa tujuan disyariatkannya puasa seperti yang disebutkan dalam surah al-Baqarah: 183, agar kita menjadi orang bertaqwa. Sikap orang bertaqwa ditunjukkan di antaranya dengan kemampuan mengendalikan hawa nafsu.