Perbedaan Jabariyah, Qadariyah dan Asy’ariyah

Perbedaan Jabariyah, Qadariyah dan Asy’ariyah

Ini yang membedakan Jabariyah, Qadariyah dan Asy’ariyah

Perbedaan Jabariyah, Qadariyah dan Asy’ariyah

Tiga tarekat di bawah ini salah satu yang paling banyak penganutnya di Indonesia. Tapi, apa yang membedakan ketiganya? Berikut penjelasan singkatanya.

Jabariyah      

Secara harafiah Jabariyah berasal dari kata ja-ba-ra, yang memiliki arti keterpaksaan. Sebuah paham teologi dalam Islam yang meyakini bahwa alur hidup manusia merupakan ketentuan Tuhan yang memiliki kekuasaan mutlak dalam menentukan garis hidup manusia. Dalam hal ini, manusia tidak berdaya, segala tindakan manusia merupakan ketentuan Tuhan. Meskipun paham ini mengajarkan kepasrahan tetapi sesungguhnya paham ini banyak dimanfaatkan oleh para penguasa. Pada aliran ini, kekuasaan Muawiyah pertama mencari legitimasi dari kalangan pemberontak, terutama orang-orang Syi’ah. Ucapan Muawiyah yang cukup terkenal, “Apa yang terjadi pada diriku sudah ditentukan oleh Tuhan.” Paham demikian merupakan paham yang menyebabkan timbulnya banyak korupsi yang dilakukan oleh banyak para pemegang jabatan.

 

Qadariyah     

Qadariyah berasal dari kata-kata qa-da-ra, yang memiliki arti kehendak. Sebuah paham teologi yang mengatakan bahwa apa yang terjadi pada diri manusia merupakan kehendak pribadi. Aliran ini dipegang oleh kalangan Mu’tazilah yang menempatkan akal pada posisi tertinggi, lebih tinggi dari wahyu. Menurut paham ini perbuatan manusia sepenuhnya merupakan tanggung jawab. Pada paham ini, dalam politik menganjurkan sebuah kontrol terhadap jalannya sebuah kepemimpinan, melalui kontrak sosial. Bahkan, paham ini meyakini bahwa Tuhan tidak bertanggung jawab sama sekali terhadap perbuatan manusia karena Tuhan sepenuhnya telah memberikan akal kepada manusia. Paham ini dipegang oleh aliran rasional, Mu’tazilah.

Asy’ariyah

Tidak ada istilah khusus bagi aliran ini. Aliran ini berkeyakinan bahwa apa kehendak manusia dan Tuhan terdapat porsinya tersendiri. Aliran yang dicetuskan oleh Abu Hasan al-Asy’ari, seorang murid Wasil bin Atha’ seorang ulama dari kalangan Mu’tazilah. Secara sederhana, aliran ini memiliki adagium yang cukup sederhana tetapi cukup mewakili, yakni, “Manusia berencana tetapi Tuhan yang menentukan.” Paham ini berusaha menempuh jalan tengah dari dua keyakinan yang berseteru: Qadariyah dan Jabariyah. Penganut paham ini menyebut diri mereka sebagai Asy’ariy, sebuah nama yang dinisbahkan kepada al-Asya’ari. Meski menghargai kehendak bebas manusia, paham ini dinilai oleh banyak pemikir kontemporer sebagai paham yang tidak jauh beda dengan Qadariyah, bahkan disebutkan sebagai pemikiran subvarian Qadariyah. Karena, meskipun manusia berkehendak bebas tetap saja Tuhan yang menentukan.