Dai muda ternama, Habib Husein Jafar Al-Hadar, menjelaskan bahwa sekarang dan di masa mendatang, filsafat dibutuhkan oleh umat Islam. Kebutuhan ini salah satunya dilatarbelakangi oleh pertumbuhan gelombang ateisme di negara-negara Islam dalam beberapa tahun terakhir.
“Mengapa (filsafat dibutuhkan oleh umat Islam)? Karena sekarang ini ateisme menjadi sesuatu yang sangat tumbuh di negara-negara Islam,” jelasnya dalam program “Pulang Kampung: Road to Islamifest” yang digelar di Fakultas Ushuluddin UIN Jakarta, Sabtu (16/12) siang.
Habib muda kelahiran Bondowoso ini lalu menyinggung sebuah riset tentang peningkatan jumlah orang ateis di Timur Tengah. Sebagian penduduk negara-negara yang dikenal sebagai negara Islam seperti Turki, Mesir, hingga Arab Saudi, meninggalkan agamanya dan memilih menjadi seorang ateis.
“Di Arab Saudi, ateisme itu angkanya sudah menyentuh lima persen. Itu risetnya beberapa tahun yang lalu,” terangnya.
Menurut Habib Jafar, kelompok lain yang juga mengalami pertumbuhan pesat akhir-akhir ini adalah kelompok “hijrah”.
“Mengapa di Indonesia ini ada yang tiba-tiba ke kiri, menjadi agnostik bahkan ateis, (atau) tiba-tiba ke kanan menjadi hijrah hingga mengkafir-kafirkan sesama muslim?” tanyanya kepada para hadirin.
Ia melanjutkan, “Problem keduanya adalah tidak mengupgrade agamanya secara intelektual alias rasional dan spiritual. Sehingga, hanya berhenti di tingkat ritual.”
Ia mencontohkan problem yang terjadi pada kelompok hijrah. Di satu sisi, mereka berubah menjadi lebih rajin beribadah. Namun, di sisi lain, mereka justru gemar mengafirkan saudara sesama muslim yang berbeda pandangan.
Sedangkan, pada kelompok ateis, mereka meninggalkan agamanya dengan alasan agama adalah sumber pertengkaran dan ajarannya tidak rasional.
“Karena itu, filsafat dalam hal ini dibutuhkan untuk mengupgrade. Agar pemahaman mereka tentang Islam dan agama secara umum berbasis rasional,” tegasnya.
Lebih lanjut, Habib Jafar menuturkan, di samping filsafat untuk mengupgrade pemahaman agama dari berbasis ritual menjadi berbasis rasional, terdapat juga tasawuf untuk mengupgrade pemahaman agama menjadi berbasis spiritual.
“Kenapa saya bisa mencuri perhatian banyak orang ketika berdakwah? Karena, kalau anda perhatikan, apa yang saya sampaikan dalam dakwah itu kental dengan nuansa tasawuf dan filsafat,” ungkapnya.
Sebagaimana diketahui, banyak orang menyukai metode dakwah dengan analogi-analogi rasional yang digunakan oleh Habib Jafar. Mereka pun menjadi lebih mudah memahami ajaran-ajaran Islam.
Program “Pulang Kampung: Road to Islamifest” ini diselenggarakan oleh Islamidotco dan bekerja sama dengan Fakultas Ushuluddin UIN Jakarta. Lebih dari 100 peserta menghadiri program yang bertajuk “Habis Kuliah, Terbitlah Dakwah” ini.