Setelah mendapat tekanan dunia internasional, Isreal akhirnya mencabut detektor logam yang dipasang di kompleks Masjidil Aqsa, Selasa siang. Meski begitu Presiden Palestina Mahmoud Abbas terus akan membekukan kerjasama dengan Israel sebelum Masjidil Aqsa dikembalikan ke status quo seperti sebelum 14 Juli 2017.
Pencabutan tersebut memancing reaksi dari kaum muslim. Banyak yang curiga terhadap sikap Isarel yang tampaknya mulai melunak.“ Apa yang telah kami putuskan ialah membekukan kerja sama keamanan (dengan Israel) dan ini masih sah, untuk membela kesucian kami juga masih sah. Kami ingin mempelajari apa yang terjadi dari hari itu sampai sekarang, untuk melihat apa yang bisa kami lakukan,” ungkap Presiden Palestina Mahmoud seperti dikutip kantor berita Antara.
Ia menegaskan bahwa kembali bahwa situasi di Masjid Al-Aqsha di Jerusalem Timur agar dikembalikan ke status quo sebelum 14 Juli 2017. “Takkan ada perubahan dalam posisi Palestina,” kata Abbas dalam pertemuan darurat di Ramallah, Tepi Barat Sungai Jordan, sebagaimana dikutip Xinhua, Rabu. Dalam laporannya kantor berita resmi Palestina, WAFA pertemuan di Rammaallah tersebut dihadiri oleh pejabat senior dari Organisasi Pembebasan Palestina (PLO), Partai Fatah dan unit keamanan Palestina untuk membahas situasi terakhir di Masjidil Aqsa.
Untuk itu Mahmoud berharap semua tindakan yang dilakukan terhadap Masjid Al-Aqsha setelah 14 Juli mesti dibatalkan dan diakhiri. “Situasi di Jerusalem harus kembali normal, lalu kami akan melanjutkan hubungan antara kami dan Israel,” ungkap Mahmoud seperti dikutib kantor berita Antara. Dalam pernyataannya Mahmoud menegaskan bahwa rakyat Jerusalem telah bangkit sebagai kesatuan untuk menolak semua tindakan yang dilakukan oleh penguasa Yahudi dan Palestina akan mendukung mereka.