Kisah Ulama Syekh Nawawi yang Sholat di Mulut Ular

Kisah Ulama Syekh Nawawi yang Sholat di Mulut Ular

Ini cerita karomah dari Syekh Nawawi, konon ia pernah sholat di mulut ular dan tidak apa-apa, bagaimana kisahnya?

Kisah Ulama Syekh Nawawi yang Sholat di Mulut Ular
ilustrasi (Foto: British library)

Ini kisah syekh Nawawi pernah sholat di mulut ular. Kejadian ini adalah salah satu karomahnya.

Dikisahkan suatu hari syeikh Nawawi al Bantani sedang melakukan beristirahat di suatu tempat. Suasana sepi tak ada seorang pun. Tak lama kemudian terdengar azan Asar menggema. Namun kemudian tidak ada seorangpun yang datang untuk berjamaah. Akhirnya beliau iqomat sendirian dan melakukan shalat.

Setelah itu Syekh Nawawi kembali melanjutkan perjalanan. Beliau berjalan dengan mata lurus ke depan. Setelah beberapa lama Syekh Nawawi menengok ke belakang. Betapa kagetnya ternyata ada seekor ular raksasa yang mulutnya sedang menganga. Akhirnya beliau sadar bahwa tadi diketahui melakukan shalat di dalam mulut ular yang sangat besar itu.

Kisah Syekh Nawawi sholat di mulut ular ini diceritakan oleh KH Nawawi yang dikutip dari laman nu.or.id. Menurutnya ulama asal Subang ini masih banyak karomah syekh Nawawi yang bisa menjadi teladan kita saat ini. Tentu disamping juga keilmuannya yang luar biasa mumpuni.

Syekh Nawawi al-Bantani lahir di Tanara Banten tahun 1813. Beliau adalah ulama karismatik dan mahaguru ulama Jawa pada abad 19. Disamping muridnya yang banyak, karya-karyanya juga banyak. Syekh Nawawi bernama Abdullah al-Mu’thi Muhammad Nawawi bin Umar al-Tanari al-Bantani al-Jawi. Sejak kecil mempelajari ilmu agama dengan tekun.

Kemudian melanjutkan nyantri kepada Kiai Yusuf seorang ulama besar di Purwakarta. Menginjak usia 15 tahun bersama dua orang saudaranya pergi ke Tanah Suci untuk berhaji. Namun kemudian Nawawi muda tidak pulang tetapi menuntut ilmu.

Syekh Nawawi kemudian berguru kepada Imam Masjid al-Haram Syekh Ahmad Khatib Sambas, Abdul Ghani Bima, Yusuf Sumbulaweni, Syekh Nahrawi, dan Syekh Ahmad Dimyati. Selain itu tercatat nama Ahmad Zaini Dahlan, Muhammad Khatib Hambali, dan Syekh Abdul Hamid Daghestani sebagai gurunya.

Tekun dan cerdas menjadikan Nawawi murid yang terpandang di Masjid al-Haram. Tak salah kalau Ahmad Khatib Sambas uzur menunjuk Nawawi sebagai menggantikannya menjadi Imam Masjid al-Haram dengan panggilan Syekh Nawawi al-Jawi.

Syekh Nawawi juga dikenal seorang pendidik yang ulung. Banyak muridnya menjadi ulama mumpuni seperti KH Kholil Bangkalan, KH Asnawi Kudus, KH Tubagus Bakri, KH Arsyad Thawil dari Banten, dan KH Hasyim Asy’ari dari Jombang. Muridnya tidak hanya dari Indonesia melainkan dari berbagai belahan dunia.

Kecemerlangan syekn Nawawi bertambah ketiak beliau dikenal sebagai penulis yang produktif. Dalam buku Dictionary of Arabic Printed Books disebutkan ada 34 karya. Sedangkan beberapa orang menyebutnya karyanya lebih 100 judul buku. Diantara karyanya yang terkenal adalah Tafsir Marah Labid, Atsimar al-Yaniah fi Ar-Riyadah al-Badiah, Nurazh Sullam, al-Futuhat al-Madaniyah, dan al-Aqdhu Tsamin.

Syekh Nawawi al-Bantani wafat dalam usia 84 tahun di Syeib A’li, pada 25 Syawal 1314 H/1879 M. Lahul Fatihah