Kisah Terbunuhnya Sayyidina Husein

Kisah Terbunuhnya Sayyidina Husein

Kisah Terbunuhnya Sayyidina Husein

Setiap tahunnya, kelompok Syiah mengadakan ritual Hari Asyura pada tanggal 10 Muharram. Ritual tersebut mereka lakukan untuk memperingati kematian Husein bin Ali RA yang meninggal pada 10 Muharram 61 H. Ritual tersebut tak seperti layaknya perayaan biasa, namun justru dilakukan dengan aksi penyiksaan diri menggunakan senjata tajam. Rupanya mereka melakukan hal tersebut sebagai bentuk keprihatinan atas terbunuhnya Husein RA di Karbala.

Dalam kitab Huqbah min at-Tarikh, Syaikh Dr. Utsman Ibn Muhammad Al-Khamis Al-Tamimi menceritakan kisah dibalik terbunuhnya Husein RA. Husein merupakan putera dari Ali bin Abi Thalib RA dan Fatimah az-Zahra RA. Oleh karena itu, Husein merupakan salah satu cucu kesayangan Rasulullah SAW. Selain itu, Husein merupakan cucu kesayangan Rasulullah SAW. Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Al-Hasan dan Al-Husein adalah kesayanganku dari dunia.” (HR. Bukhari)

Saat itu, Muawiyah bin Abu Sufyan wafat pada tahun 60 H. Sebagai anak, Yazid bin Muawiyah akan menjadi khalifah pengganti di negeri Irak namun penduduk Irak tidak menginginkan hal tersebut. Dengan hal tersebut, penduduk Irak mengirimkan surat kepada Husein agar Husein berkenan untuk pindah ke negeri Irak, tepatnya di Kufah. Saat itu mereka berjanji akan membaiat Husein sebagai khalifah atau pemimpin di negeri Irak.

Sebelum berangkat sendiri ke Kufah, Husein RA mengirimkan sepupunya yang bernama Muslim bin Aqil. Namun sayangnya, Muslim justru dibunuh oleh Ubaidullah bin Ziyad yang merupakan utusan dari Yazid bin Muawiyah. Sebelum dibunuh, Muslim sempat mengirimkan surat kepada Husein yang berisi tentang kabar pengkhianatan penduduk Kufah sehingga hendaknya Husein tidak pergi ke Kufah.

Sebelum surat tersebut tiba, Husein RA memutuskan untuk pergi ke Kufah dan memenuhi permintaan penduduk Iraq. Bersama rombongan berjumlah 72 orang, Husein RA meninggalkan kota Makkah menuju Kufah. Kemudian sesaat sebelum tiba di Kufah, mereka mendirikan tenda untuk beristirahat di kota Karbala dengan jarak 70 kilometer dari Kufah. Sayangnya, kedatangan mereka diketahui oleh Ubaidullah bin Ziyad yang segera mempersiapkan pasukannya.

Dengan mengirimkan 4.000 pasukan perang ke Karbala, Ubaidullah bin Ziyad berencana menghadang kedatangan Husein menuju Kufah. Pasukan mereka pun segera menuju wilayah Karbala untuk menyerang Husein RA. Husein akhirnya mengetahui bahwa Muslim bin Aqil telah terbunuh dan keputusannya untuk pergi ke Irak adalah hal yang keliru. Dengan jumlah kekuatan pasukan yang sangat kecil, Husein RA bersiap menghadapi pasukan perang yang dipimpin oleh Umar bin Saad.

Suasana Karbala semakin mencekam menjelang fajar yang terbit di tanggal 10 Muharram. Pertempuran tersebut sangatlah timpang, pasalnya pasukan Husein hanya berjumlah 72 orang saja dan mereka sangat kehausan. Meskipun demikian, Husein RA tetap berdoa dan bersiap menghadapi 4.000 pasukan Umar bin Saad. Dalam pertempuran sengit tersebut, tubuh Husain dihujani dengan banyak anak panah.

Saat itulah Husein RA beserta keluarga dan seluruh rombongannya dibunuh tanpa ampun. Selain dihujami anak panah dan tombak, kepala Husien RA juga dipenggal dan diserahkan kepada Yazid bin Muawiyah. Tragedi terbunuhnya Husein RA secara syahid itu pun dikenang oleh umat Islam sebagai tragedi Karbala. Meskipun demikian, umat Islam tak diperbolehkan memperingati kematian Husein dengan meratap, merobek-robek pakaian, dan melukai tubuh.

Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda, “Bukan termasuk golongan kami, orang-orang yang menampar-nampar pipi dan merobek saku bajunya.” (HR. Bukhari)

Dengan demikian, umat Islam hendaknya tidak memperingati kematian Husein RA dengan cara-cara menyakiti diri. Sebaliknya, umat Islam dapat mengenang peristiwa tersebut dengan melakukan puasa Asyura.