Popularitas atau menjadi terkenal di kalangan banyak orang, bagi sebagian orang adalah sesuatu yang sangat istimewa. Akan tetapi, sikap suka terkenal tersebut kadang juga membuat orang terjerumus ke dalam kubangan dosa. Sebab, sikap senang dengan popularitas, suka dipuji dan lain sebagainya bisa membuat amal yang dilakukan manusia menjadi tidak ikhlas.
Popularitas menjadikan seseorang bangga, kemudian merasa paling benar sendiri karena telah dikenal dan diikuti oleh banyak orang. Apalagi popularitas yang didapatnya bukan karena dirinya bermanfaat bagi banyak orang, tetapi hanya sekedar tebar pesona dan cari perhatian tentu hal tersebut bukanlah sebuah akhlak yang baik. padahal Nabi Saw sendiri pernah bersabda untuk menjauhi sikap suka dipuji.
Ibnu al-Jauzi dalam kitabnya ‘Uyun al-Hikayat min Qashash ash-Shalihin wa Nawadir az-Zahidin, pernah menceritakan seorang laki-laki yang tidak ingin terkenal. Padahal laki-laki tersebut sering memberi nasehat kepada banyak orang. Laki-laki tersebut juga sering berpuasa.
Hal ini sebagaimana cerita dari Bakar bin Abdillah yang mengambil riwayat dari Wahab bin Munabbih. Bahwasanya Wahab bin Munabbih suatu ketika pernah bercerita tentang sosok laki-laki yang menjadi orang paling mulia pada zamannya. Laki-laki tersebut sering dikunjungi oleh orang-orang, dan dia pun kemudian memberi nasihat kepada mereka semua.
Hingga pada suatu hari, banyak orang yang berkumpul di tempatnya. Lalu laki-laki tersebut memberi sebuah nasihat, “Kita telah keluar dari dunia, dan telah meninggalkan keluarga dan harta benda kita karena takut kepada penguasa yang menindas. Namun saya khawatir, dalam kondisi kita saat ini, masuk dalam hati kita perasaan yang lebih berbahaya dibandingkan tindakan penguasa yang menindas itu, melebihi tindakan kita yang meninggalkan keluarganya dan harta. Atau kita senang jika keinginan kita dikerjakan oleh orang lain. Jika ingin membeli, dia senang jika dia diberi perlakuan berbeda karena kedudukannya sebagai tokoh dalam agama. Dan jika bertemu orang lain, dia senang jika diberi salam atau dihormati, karena kedudukan agamanya.”
Tiba-tiba diantara orang-orang yang ikut mendengarkan nasehatnya bertanya, “Apa yang dia kerjakan?” Lalu ada yang menjawab, “Perkataan yang dinasihatkannya tadi.”
Laki-laki tersebut kemudian bertanya kepada pembantunya, “Apakah engkau mempunyai persediaan makanan?” “Ada sedikit buah-buahan yang bisa engkau makan untuk berbuka.” Jawab sang pembantu. Laki-laki tersebut kemudian meminta supaya buah-buahan tersebut dibawakan kepadanya untuk dimakan.
Setelah itu, ada seorang raja yang datang di tempatnya dan memberi salam. Laki-laki tersebut kemudian membalasnya dengan suara pelan. Dan dia cuek meneruskan makannya. Melihat kelakuan tersebut, sang raja lalu bertanya, “di mana lelaki itu?” Lalu ada seseorang yang menjawab, “Itu dia orangnya.” Sang raja yang masih penasaran, kembali bertanya sambil menunjuk ke arah lelaki yang sedang makan, “Yang sedang makan itu?” orang-orang kemudian menjawab, “Ya.”
Melihat hal tersebut, sang raja sontak berkata, “Orang seperti ini tidak memiliki kebaikan sedikitpun.” Raja pun langsung pergi dari tempat lelaki tersebut. Melihat sang raja yang telah pergi, si laki-laki kemudian berkata, “Segala puji bagi Allah Swt yang telah membuat raja pergi dari tempat ini sambil mencelaku.”
Laki-laki tersebut ternyata tidak ingin terkenal karena takut apa yang diperbuatnya, tidak menjadikannya ikhlas kepada Allah Swt. Ketika sang raja datang ke tempatnya, ia pun berkelakuan layaknya orang-orang yang tidak mempunyai kebaikan. Ada raja datang kok malah ditinggal makan. Seorang raja yang dihormati oleh banyak orang tentu marah, karena merasa tidak dihormati oleh laki-laki tersebut.
Dan jika laki-laki tersebut menyambut dengan baik kedatangan sang raja, tentu laki-laki tersebut akan tenar karena dikunjungi oleh raja, sosok terkenal dan terkemuka. Sehingga, supaya hal tersebut tidak terjadi dalam dirinya, ia pun melakukan sesuatu. Bahkan bahagia ketika sang raja telah mencelanya. Sang laki-laki tersebut mempraktikkan nasehat yang ia nasehatkan kepada orang banyak sebagaimana di atas, agar menjadi orang yang tidak suka dengan popularitas dan pujian. Sekalipun pujian itu datang karena ia adalah orang berilmu, pintar, ahli agama dan lain sebagainya. Namun, ia tidak ingin terkenal karena takut menjadi orang yang suka dipuji.
Karena ketika menjadi terkenal dan suka dengan pujian, jika ada orang yang tidak memujinya tentu akan membuatnya merasa tidak dihargai dan tidak dihormati. Hal tersebutlah yang kemudian menjerumuskan kepada sebuah dosa. Ingin selalu dipuji dan dihormati oleh siapapun ketika sudah dikenal. Sebab, pujian dari seseorang kadang ada maksud tertentu dibaliknya. Entah itu baik ataupun jahat. [rf]