Kisah Prof Machasin Didatangi Seorang Pemuda

Kisah Prof Machasin Didatangi Seorang Pemuda

Kisah Prof Machasin Didatangi Seorang Pemuda

 

Di masjid UIN, sehabis aku memberi kultum, seorang anak muda mendekatiku.

Pak, boleh omong-omong? Kulihat kedua lengannya tertutupi tattoo. Agak ngeri juga.

Ehm, tidak sekarang. Kita boleh buat janji, atau datanglah ke rumah.

Boleh pagi ini?

Kenapa tidak? Silahkan!

Jadilah ia datang dan aku tertolong untuk tidak kembali ke peraduan yang katanya dapat mendatangkan kefakiran, نوم الصباح يورث الفقر

Rupanya ia mau konsultasi tentang keluarga. Ia masih hidup di rumah orang tua. Isterinya pergi dari rumah. Mertuanya memaksanya menceraikan isterinya. Anaknya baru berumur 15 bulan. Isterinya bingung: masih cinta, tapi tak berdaya menghadapi kemauan orang tua.

Kira-kira sejam kubuka telinga untuk menampung curahan hati galau yang membanjir seperti “grontol wutah”. Itu lho, jagung yang sudah dirontokkan lalu direbus sampai pecah, kemudian dicampur kukuran kelapa dengan sedikit bawang dan garam. Kalau tumpah? Ya jelas berserakan. seperti grontol tumpah: nyerocos dengen topik yg banyak tapi tak padu.

Setelah itu, barulah kukatakan, isterimu perlu kawan untuk meneguhkan cintanya. Datangilah, jangan hanya diminta pulang lewat WA.

Kelihatannya ia mengerti dan kuharap dapat mengatasi egonya.

Mudah-mudahan Ramadan ini mempersatukan mereka kembali dalam keadaan yang lebih baik. Amin

Ramadan adalah bulan yang di dalamnya egoisme dipecahkan. Semoga…M

Muhammad Machasin, Guru Besar UIN Jogjakarta