Kisah Cinta Dua Nabi Palsu di Masa Khalifah Abu Bakar

Kisah Cinta Dua Nabi Palsu di Masa Khalifah Abu Bakar

Kisah Cinta Dua Nabi Palsu di Masa Khalifah Abu Bakar

Dulu, ada seorang perempuan asal Iraq, ia berpengetahuan luas, cerdas, pandai menyanyi dan bersastra ria. Namanya begitu populer. Ia adalah Sajah binti Al Harits ibn Suwaid ibn Aqfan dari Bani Yarbu, berkabilah Tamim. Awalnya, ia adalah seorang Nasrani. Ia suka membaca dan bersyair. Ia mendapati pengetahuan tentang agama dan kitab-kitab suci, dari budaya masyarakatnya yang cinta ilmu pengetahuan.

Setelah merasa pintar dan populer, ia pun mendeklarasikan diri sebagai Nabi. Lalu, dakwah kenabiannya pun dijalankan terhadap keluarganya dan masyarakat sekitarnya. Sehingga, para pembesar Bani Tamim seperti Zabarqan ibn Badr, Atharid ibn Hajib, Syabast ibn Rabiy ar Riyakhi, Amr ibn Al Ahtam dan lain2nya mau tunduk, patuh dan setia pada kenabiannya. Lalu, melalui mulut-mulut dan tangan-tangan pembesar itu, banyak orang datang dan berbondong-bondong melakukan janji setia dan patuh kepadanya.

Ketika ia merasa sudah banyak pengikut dan fans fanatik, maka ia pun membakar emosi mereka dengan ujaran-ujaran provokatif untuk menyerang penduduk tanah Hijaz, lalu menguasai Makkah, dan kemudian merebut kekhilafahan Abu Bakar di Madinah. Setelah dirasa banyak yang terpengaruh oleh provokasi ujarannya, ia dan pengikutnya dengan percaya diri besar berangkat ke Hijaz.

Akan tetapi, di tengah perjalanan ia bertemu dgn Musailamah di Yamamah, daerah pinggiran Hijaz. Di mana, ia juga mengaku Nabi, dan punya cita-cita menguasai Hijaz, makkah dan madinah. Melihat potensi dan pengaruh massa luas yang dimiliki Sajah, lalu Musailamah dengan mulut manis menawarkan kerjasama kepada Sajah. Akhirnya, Sajah pun terpesona dan menyetujuinya.

Kemudian, di tengah aktivitas kerja bersama-sama, Musailamah makin intensif dan Masif melancarkan tebar pesona, rayuan, hingga kata-kata manis, angan-angan indahnya masa depan bak Raja dan Ratu. Hingga akhirnya, Sajah pun jatuh dipelukan Musailamah. Lalu, terjadilah ikrar suci perkawinan mereka.

Akhirnya, keduanya bekerja bersama sama dan bahu membahu untuk sama-sama berusaha menghancurkan kekuatan Khalifah Abu Bakar. Namun, setiap serangannya, mampu dipukul balik. Hingga, Sajah pun frustasi dan meninggalkan Suaminya, untuk menyingkir ke kota Mosul di Syam.

Dari tempatnya yang jauh, Sajah pun mendengar bahwa Khalid ibn al Walid bersama pasukannya berhasil menghajar habis Suami dan pengikutnya. Hingga, tentara biasa yg bernama Wahsyi ibn Harb saja berhasil membunuh suaminya.

Sajah pun khawatir, galau dan takut. Ditambah lagi, adanya khabar bahwa Khalid mengirim beberapa pasukan khususnya untuk memburunya. Lalu, ia pun berstrategi, Yakni; ia masuk Islam dan mengumumkan pertaubatannya.

Kemudian, ia pun dibiarkan hidup hingga maut menjemputnya. Bahkan, ketika ia meninggal, seorang gubernur Bashrah yang bernama Samurah ibn Jundub datang untuk menshalati jenazahnya dan memberi penghormatan terakhir untuknya.

Inilah kisah sang penyanyi populer itu. Semoga bisa diambil ibrah dan ilmu untuk bekal membaca dan memandang dunia hari ini dan masa yg akan datang.

Wallahu a’lam bis shawab.