Adalah Muadz bin Jabal sahabat Rasulullah. Usianya masih muda dengan kecerdasan yang luar biasa. Rasulullah mengirimnya ke negeri Yaman untuk mengajar. Ketika akan berangkat Rasulullah mengantarnya dengan berjalan kaki sedangkan Mu’adz berkendaraan, dan Nabi bersabda kepadanya: ”Sungguh, aku mencintaimu“.
Dalam riwayat lain disebutkan bahwa Rasulullah berkata,” Wahai Muadz kemungkinan besar kamu tidak akan bertemu denganku lagi setelah dua tahun ini. Mungkin kamu nanti akan lewat masjid dan kuburanku.” Mendengar kata Rasulullah Muadz menangis sedih. Dan memang benar bahwa Muadz tidak lagi bertemu dengan Rasulullah. Nabi wafat ketika Muadz masih mengajar di Yaman.
Muadz Bin Jabal adalah salah satu sahabat Rasulullah yang cerdas. Dikenal sebagai sebagai ahli fiqih, mujtahid, mujahid dan seorang mufti. Tentang keilmuannya ini, sahabat Umar bin Khatab berkata,” Andaikan Muadz tidak ada aku bisa celaka.” Muadz seperti Umar bin Khatab adalah sahabat yang menjunjung tinggi fungsi akal dan berani mengeluarkan ijtihadnya. Dalam suatu dialog disebutkan Rasulullah saw bertanya,” Wahai Muadz bagaimana atau dengan apakah kamu akan memacahkan persoalan agama?” Muadz menjawab,” Aku akan merujuk kepada Kitab Allah.” Kemudian rasulupun bertanya lagi,” Andaikan kamu tidak mendapat jawabannya dari Kitab Allah?” Muadzpun kemudian menjawab,” Aku akan mencari jawabannya di Sunnah Rasul-Nya.” Rasulullah bertanya lagi,” Andaikan kamu tidak menemukan jawaban dalam Sunnah Rasul-Nya?” Dengan tegas Muadz bin Jabal menjawab,” Aku akan berijtihad dengan pendapatku sendiri.” Mendengar jawaban tersebut Rasulullah tampak cerah seraya berkata,” Segala Puji bagi Allah yang telah memberi petunjuk kepada utusan Rasuln-Nya.”
Mu’adz bin Jabal bernama panjang Muadz bin Jabal bin Amr bin Aus al-Khazraji. Muadz adalah sahabat nabi yang berbai’at kepada Rasulullah sejak pertama kali. Sehingga ia termasuk orang yang pertama kali masuk Islam (as-Sabiqun al-Awwalun). Mu’adz terkenal sebagai cendekiawan dengan wawasannya yang luas dan pemahaman yang mendalam dalam ilmu fiqh. Bahkan Rasulullah menyebutnya sebagai sahabat yang paling mengerti yang mana yang halal dan yang haram. Mu’adz juga merupakan duta besar Islam yang pertama kali yang dikirim Rasulullah. Muadz adalah salah satu sahabat yang diberi kepercayaan memberikan fatwa di masa Rasulullah selain Umar bin Khatab, Zaid bin Tsabit, Ali bin Abu Thalib dan Usman bin Affan.
Sahabat yang mendapatkan julukan adalah “Abu Abdurahman”.Ini dilahirkan di Madinah. Memeluk Islam ketika usianya 18 tahun. Fisiknya gagah, berkulit putih, berbadan tinggi, berambut pendek dan ikal, dan bergigi putih mengkilat. Muadz termasuk dalam rombongan berjumlah sekitar 72 orang Madinah yang datang berbai’at kepada Rasulullah. Setelah itu ia kembali ke Madinah sebagai seorang pendakwah Islam di dalam masyarakat Madinah. Ia berhasil mengislamkan beberapa orang sahabat terkemuka misalnya Amru bin al-Jamuh. Rasulullah mempersaudarakannya dengan Ja’far bin Abi Thalib.
Tentang Muadz bin jabal, seorang perowi hadis bernama Abu Idris al kahulani berkisah. Pada suatu ketika aku masuk masjid Damaskus, aku melihat seorang pemuda berkulit putih, wajahnya berseri-seri, giginya putih mengkilat dan kedua matanya tajam. Disekelilingnya berkumpul banyak orang. Bila mereka berselisih pendapat tentang sesuatu mereka menminta penjelasan darinya dan menerima pendapatnya. Lalu aku bertanya kepada mereka,” Siapakah gerangan pemuda itu?” Merekapun menjawab,”Dia adalah Muadz bin Jabal.”
Mu’adz bin Jabal wafat tahun 18 H ketika terjadi wabah hebat di Urdun tempat ia mengajar sebagai utusan khalifah Umar bin Khattab, waktu itu usianya 33 tahun.