Jangan Salah Pilih Sekolah Tahfidz, Ustadz Arrazy: Lihat Gurunya, Gurunya Mengajarkan Akhlak atau Tidak

Jangan Salah Pilih Sekolah Tahfidz, Ustadz Arrazy: Lihat Gurunya, Gurunya Mengajarkan Akhlak atau Tidak

Orang tua harus memastikan sekolah yang baik dan aman untuk anak. Pilih sekolah tahfidz yang gurunya mengajarkan nilai kebaikan dalam agama dan kebangsaan.

Jangan Salah Pilih Sekolah Tahfidz, Ustadz Arrazy: Lihat Gurunya, Gurunya Mengajarkan Akhlak atau Tidak
Ustadz Arrazy Hasyim

Minat belajar dan menghafal al-Qur’an semakin meningkat di Indonesia. Materi hafalan al-Qur’an juga sudah mulai masuk di banyak sekolah. Rumah-rumah yang menyediakan pendidikan hafalan al-Qur’an juga semakin banyak, terutama di daerah perkotaan. Fenomena ini sangat membahagiakan. Siapa sih yang tidak mau hafal al-Qur’an. Akan tetapi, di tengah menjamurnya sekolah tahfidz atau rumah tahfidz itu, orang tua harus teliti memilih tempat belajar anak. Pastikan bahwa yang diajarkan di sekolah itu sejalan dengan nilai-nilai kebaikan di dalam Islam dan kebangsaan.

Karenanya, dalam pengajiannya, Ustadz Arrazy Hasyim mengingatkan agar berhati-hati memasukan anak ke sekolah tahfidz. Kehati-hatian mencari tempat belajar agama itu adalah keniscayaan. Kalau dalam berobat untuk kesehatan kita perlu berhati-hati, dalam beragama tentu harus lebih hati-hati. Pilihlah guru-guru yang betul-betul memahami Islam. Setidaknya, memiliki latar belakang pendidikan Islam.

“Saya mengajak, kalau memasuki anak ke sekolah tahfdiz, Lihat gurunya, gurunya mengajarkan akhlak, iman, atau tidak. Bersanad kepada Rasulullah atau tidak. Kalau tidak ngak usah. Jangan-jangan ini proyek khawarij. Khawarij ini menjadi komoditi musuh-musuh islam,” Tegas Ustadz Arrazy.

ISIS itu juga hafal al-Qur’an. Baca La Ilaha Ilallah, bahkan benderanya saja bertulis kalimat la ilaha illallah. Kalimat suci itu disalahgunakan oleh mereka. Mereka membunuh banyak ulama dan menghancurkan banyak tempat.

Ustadz Arrazy memiliki seorang guru dari Suriah. Namanya, Syekh Taufik al-Buty. Ketika datang ke Indonesia, jauh sebelum pandemic, dia menceritakan bagaimana kepedihan yang dirasakan masyarakat ketika ISIS menghancurkan Aleppo. Pusat pembangkit listrik dan air besih dibom ISIS. Akibatnya, selama kurang lebih tiga bulan, tidak ada cahaya dan air bersih di Aleppo.

Mereka melakukan itu dengan melafalkan kalimat takbir. Tapi sayangnya, kalimat suci itu tidak masuk ke dalam hati mereka, hanya sebatas di mulut. Kalau masuk dalam hati, masak tidak ada rasa kasihan sedikitpun.

“Jangan biarkan negeri kita seperti itu. Jangan sampai masjid kita dimasuki mereka. Harus benar-benar kita jaga. Harus ulama Ahlussunnah yang moderat. Jangan hanya ngaku-ngaku Ahlussunnah.” Tutup Ustadz Arrazy.