Ternyata Pendiri Wahabi Juga Berguru pada Ulama Tasawuf, Ini Penjelasan Ustadz Arrazy Hasyim

Ternyata Pendiri Wahabi Juga Berguru pada Ulama Tasawuf, Ini Penjelasan Ustadz Arrazy Hasyim

Selain memiliki latar  belakang madzhab, pendiri wahabi, Syeikh Muhammad bin Abdul Wahhab, juga berguru kepada seorang ahli hadis dan juga seorang sufi.

Ternyata Pendiri Wahabi Juga Berguru pada Ulama Tasawuf, Ini Penjelasan Ustadz Arrazy Hasyim
Rekomendasi eksternal dari LD PBNU agar pemerintah melarang penyebaran kelompok Wahabi di Indonesia banyak menuai kritik.

Wahabi atau Salafi merupakan gerakan keagamaan yang mengembangkan pemikiran Syeikh Muhammad bin Abdul Wahhab. Karya-karya Muhammad bin Abdul Wahhab sampai saat ini masih dijadikan rujukan utama pengikut Wahabi atau Salafi. Pendakwah Wahabi di Indonesia kerapkali menyatakan diri mereka tidak bermadzhab. Mereka mendaku merujuk langsung kepada al-Qur’an dan hadis.

Padahal pendiri wahabi sendiri adalah orang yang memiliki latar belakang madzhab hanbali. Sebab sebagaimana dikatakan Ustadz Arrazy Hasyim, saudara Muhammad bin Abdul Wahhab, Syeikh Sulaiman bin Abdul Wahhab, dan ayahnya, Syeikh Abdul Wahhab, pengikut madzhab hanbali. Hanya saja, Syeikh Muhammad bin Abdul Wahhab sering merujuk karya-karya Ibnu Taimiyyah, sehingga madzhab Hanbalinya agak sedikit berbeda dengan pengikut madzhab Hanbali yang lain.

Selain memiliki latar  belakang madzhab, pendiri wahabi ini juga berguru kepada seorang ahli hadis dan juga seorang sufi. Namanya, Syekh Muhammad Hayat al-Sindi al-Naqsyabandi. Beliau lahir di Sind, India, dan pada akhirnya menetap di Madinah setelah menunaikan ibadah haji. Syeikh Utsaimin dan Bin Baz menyebut Hayat al-Sindi sebagai tokoh yang sangat penting dan berpengaruh dalam kehidupan dan pemikiran Muhammad bin Abdul Wahhab.

Karena pernah belajar kepada ahli tasawuf, Muhammad bin Abdul Wahhab tidak pernah mengafirkan para sufi. Memang dulu dia pernah dituduh mengafirkan para sufi. Tapi tuduhan itu ditampik dan beliau menyatakan tuduhan itu sebagai kebohongan yang besar. Hal ini, sebagaimana ditulis Ustadz Arrazy dalam Teologi Muslim Puritan, dapat dilihat dalam surat Muhammad bin Abdul Wahhab kepada Ibnu Suhaym, penyebar isu takfir.

Ibnu Suhaym menyurati banyak tokoh dan menghimbau agar berhati-hati dengan gerakan Abdul Wahhab karena banyak mengafirkan tokoh-tokoh sufi, seperti Ibnu Farid, Ibnu Arabi, dan al-Busyairi. Muhammad bin Abdul Wahhab menampik semua tuduhan itu dan membantah kebenaran berita itu. Pandangan Muhammad bin Abdul Wahhab ini tentu agak berbeda dengan pengikutnya di Indonesia yang kerapkali melontarkan tuduhan sesat kepada para sufi.