Muhammad Ibnu Zakaria al-Ghulabi meriwayatkan kisah Abdullah Ibnu Muhammad Ibnu Aisyah, seorang ahli hadis kota Basrah dengan seorang pemuda pemabuk.
Pada suatu malam, Ibnu Muhammad beranjak dari masjid setelah menunaikan shalat maghrib. Dalam perjalanan pulang, ia menjumpai pemuda Quraisy yang sedang mabuk. Pemuda itu mengganggu dan menggoda seorang perempuan. Si perempuan berteriak sehingga ramai orang datang membantu dan memukuli si pemuda.
Demi menyaksikan kejadian itu, Ibnu Muhammad pun berpura-pura mengenal pemuda itu sambil berseru: “Jauhi keponakanku!” Dia lalu minta pemuda itu mendekat. Si pemuda mendekat dan merangkulnya. Ibnu Muhammad lalu mengajaknya pulang dengan selamat.
Sampai di rumah, dia berpesan kepada anak-anaknya agar memberi tempat istirahat kepada si pemuda sambil berpesan: “Jika dia siuman, jangan biarkan dia pergi sebelum menjumpai aku!”
Setelah siuman, si pemuda diberitahu apa yang terjadi padanya. Dia malu, menangis dan ingin segera pergi. Tapi tuan rumah berkata: “Bapakku berpesan agar kau menjumpainya sebelum angkat kaki.”
Saat dijumpai pemuda itu, Ibnu Muhammad hanya berkata: “Tidakkah kau malu pada dirimu, pada kehormatanmu, pada kehormatan orangtuamu? Takutlah pada Allah, lepaskan kebiasaan burukmu!”
Si pemuda pun menangis tersedu sembari menundukkan kepala. Tatkala mengangkat kepala, dia pun berikrar: “Aku berjanji pada Tuhan yang akan mempertanyaan perbuatanku di akhirat kelak bahwa aku tak akan lagi minum dan mengulangi kebiasaan masa laluku. Aku tobat nasuha!”
Ibnu Muhammad lalu berkata: “Mendekatlah padaku!” Dia lalu mencium kepala pemuda itu sembari melepasnya pergi.
Setelah peristiwa itu, sang pemuda justru selalu menyertai Ibnu Muhammad dan ikut menuliskan hadis yang dikumpulkannya. Itulah berkah dari kelembutan!
Ibnu Muhammad suatu kali berkata: “Sungguh banyak sekali orang yang menganjurkan kebaikan dan melarang kemunkaran sembari mengerjakan kemunkaran! Hendaklah kalian berlembut-lembut dalam segala urusan sehingga tercapai apa yang kalian inginkan!“
Dikutip dari kitab Ihya Ulumiddin karya Imam al-Ghazali, juz 2, halaman 335.