Janet Steele, Sabili dan Kisah Media Islam Garis Keras

Janet Steele, Sabili dan Kisah Media Islam Garis Keras

Bagaimana Sabili hidup dan menjadi legenda media islam?

Janet Steele, Sabili dan Kisah Media Islam Garis Keras
Buku riset terbaru tentang media islam dan praktik jurnalisme in menarik untuk dikaji

Penerbitan buku Mediating Islam: Jurnalisme Kosmopolitan di Negara-Negara Muslim Asia Tenggarakarya Janet Steelea dalah sebuah kabar baik. Di tengah minimnya buku-buku tentang “jurnalisme” buku Mediating Islam ibarat oase.  Menjadi semakin menarik bagi saya lantaran temanya mengerucut pada pertautan Islam dan jurnalisme. Lebih-lebih ditulis oleh seseorang yang telah mengabdikan dirinya pada riset jurnalisme di Indonesia selama bertahun-tahun.

Janet Steele, Associate Profesor of Journalism di George Washington University, mengaku menghabiskan waktu 20 tahun untuk risetnya perihal jurnalisme di Indonesia (dan Malaysia). Tak pelak hasil penelitian itu menjadi sumbangsih berharga bagi jurnalisme (Islam) di Indonesia. Paling tidak pembaca mendapat gambaran lumayan utuh tentang tiga media yang mewarnai perjalanan jurnalisme kita: Sabili, Republika, Tempo.

“Versi ringkas” penelitian Janet Steele sebetulnya sudah pernah terbit di Jurnal Studia Islamika, Vol. 21, No. 3, 2014 dengan judul Journalism and Islam in Indonesia and Malaysia: Five Approaches. Tulisan di Studia Islamika itu memang belum memadai meski sudah cukup memberi gambaran singkat. Lima media dibahas dalam satu “tulisan pendek” terasa belum tuntas. Untungnya, “versi panjang” riset tersebut terbit tahun ini.

Media pertama yang “diceritakan” oleh Janet Steele adalah Sabili. Sebuah media yang nisbi fenomenal di masanya. Majalah Islam yang barangkali terdengar asing bagi anak muda masa kini. Sebab, Sabili memang telah gulung tikar pada April 2013. Saat ini barangkali Sabili hanya bisa ditemui di lapak buku/majalah bekas (online). Sudah susah didapat. Langka.

Beberapa fakta menarik terungkap dalam riset Janet Steele. Sebagai peneliti ia cukup berhasil masuk ke dapur Sabili dan “mengobok-obok” isinya. Salah satu kisah adalah ketika Sabili menurunkan sebuah sampul provokatif-kontroversial berupa foto kampus IAIN Jakarta yang dibubuhi judul“IAIN=Ingkar Allah Ingkar Nabi”. Sabili edisi Mei 2002 itu kontan memantik banyak reaksi.

Mendapati kampusnya “dilecehkan”, Azyumardi Azra, rektor saat itu, tak tinggal diam. Ia mendatangi salah satu pemilik Sabili, Rahmat Ismail. Ia ingin mengetahui maksud  Sabili dengan memuat sampul serupa itu. Untunglah tak ada “pertikaian” terjadi. Bahkan, kata Azra, pihak Sabili malah “meminta maaf dan memohon ampun”.

Sangat bisa dipahami kenapa Sabili menjadi begitu galak kepada IAIN/UIN. Sabili memang anti liberlisme (juga sekulerisme dan pluralisme). Dan mereka beranggapan bahwa IAIN/UIN (Jakarta) merupakan sarang kelompok liberal. Sehingga wajar jika kampus itu mereka serang habis-habisan. Bagi mereka kelompok liberal ini adalah musuh dalam selimut, diyakini akan menghancurkan Islam dari dalam.

Janet Steele tampak tak bisa menyembunyikan kekaguman pada Herry Nurdi (mantan pemred Sabili) pada laporan risetnya. Ia misalnya menyebut Herry sebagai sosok “anak muda cerdas yang senang belajar sendiri”. Herry adalah “tokoh utama” dalam buku My Friend the Fanatic karya Shadanad Dhume. Ia lahir dari keluarga NU di Surabaya. Pernah mondok di Pesantren Hidayatullah. Herry mengaku, meski dari keluarga NU, ia beragama ala Muhammadiyah.

Herry Nurdi pernah diduga sebagai mata-mata di kelompoknya. Orang-orang menaruh curiga kenapa ia mau berkawan dengan Shadanad Dhume dan Janet Steele yang jelas-jelas berasal dari “kelompok seberang”. Mereka marah karena Herry dianggap terlalu terbuka. Herry adalah lulusan program pelatihan jurnalistik di Lembaga Pers Dr. Soetomo. Ia juga pernah bertandang ke Washington D.C atas sponsor pemerintah AS dalam program International Visitor.

Hal menarik lainnnya dari dapur Sabili adalah soal akhir hayat dari majalah yang pernah beroplah 400 ribu eksemplar itu. Penyebab utama keruntuhan Sabili adalah masalah manajemen keuangan dan merosotnya iklan. Hanya saja, ada “drama” sebelum Sabili kukut dan boleh jadi merupakan pemicu keretakan. Yaitu pemecatan Zainal Muttaqin dan liputan anti Salafi (terbit saat pemred Herry Nurdi naik haji).

Pun demikian, rumor perebutan pengaruh di Sabili sempat menyeruak. Termasuk juga dugaan adanya keterlibatan CIA dan intelejen Indonesia yang disusupkan ke dalam Sabili.Juga isu tarik menarik kepentingan Saudi dan Libia dalam tubuh Sabili.

Sabili (dan empat media lain) dikisahkan dengan lentur, mengalir dan detail oleh Janet Steele di buku Mediating Islam. Versi panjang yang (sudah seharusnya) amat berbeda dengan versi jurnal. Buku itu mestinya hadir di semua perpustakaan IAIN/UIN dan menjadi bacaan wajib mahasiswa/dosen jurusan KPI. Sebuah buku yang enak dibaca dan perlu.