Ajaibnya Sedekah Sahabat Ali, Delima Satu Butir Berubah Jadi Sepuluh Butir

Ajaibnya Sedekah Sahabat Ali, Delima Satu Butir Berubah Jadi Sepuluh Butir

Ini cerita sedekah dari sahabat Ali dan membuat kita berpikir banyak hal, khususnya tentang bagaimana hati kita kita mendermawakan apa yang kita sukai

Ajaibnya Sedekah Sahabat Ali, Delima Satu Butir Berubah Jadi Sepuluh Butir

Ini cerita tentang sedekah dari sahabat Nabi Ali bin Abi Thalib.  Suatu hari Ka’ab Al-Akhbar pernah menceritakan sebuah kisah, ia berkata:

Ketika putri Rasulullah Saw sayyidah Fatimah Az-Zahra sedang sakit, datanglah Ali bin Abi Thalib untuk menjenguk. Ia bertanya: “Wahai Fatimah, apakah dalam keadaan seperti ini kamu mempunyai keinginan?”.

Fatimah menjawab: “Wahai Ali, aku menginginkan sebuah delima yang manis”.

Sahabat Ali yang tidak memiliki suatu apapun berpikir sejenak, “Bagaimana caranya agar aku bisa mendapatkan delima yang diinginkan oleh istriku,” ucapnya dalam hati

Tanpa pikir panjang Ali bergegas pergi ke pasar sambil berusaha meminjam uang sejumlah yang ia butuhkan. Setelah dapat pinjaman, ia menuju salah satu bidak pasar lalu membeli sebuah delima yang paling besar dan sudah masak. Setelah itu ia bergegas pulang.

Di tengah perjalanan Ali melihat seseorang tergeletak tak berdaya di pinggir jalan. Ali menghampiri orang tersebut seraya bertanya: “Wahai orang tua, apa yang engkau inginkan agar keadaanmu lekas membaik?”.

Orang sakit itu menjawab: “Wahai Ali, sungguh aku belum makan dan tergeletak di tempat ini selama dua hari, namun tidak ada seorang pun yang peduli padaku. Sesungguhnya aku butuh sesuatu untuk dimakan.”

Mendengar jawaban orang sakit itu, Sahabat Ali diam sejenak dan berkata dalam hati: “Aku hanya memiliki satu butir delima untuk Fatimah istriku, jika aku berikan buah ini kepada orang sakit itu, maka Fatimah terpaksa menahan apa yang diinginkan dikala ia sakit. Dan jika tidak aku berikan delima ini kepada orang itu, maka aku malu kepada Allah SWT karena firman-nya yang artinya: ‘Adapun orang yang meminta-minta janganlah engkau bentak’, juga sabda nabi yang artinya:’Jangalah engkau menolak orang yang meminta-minta walaupun ia menunggangi kuda.'”.

Baca juga: keluhuran akhlak Fatimah putri Nabi

Tanpa pikir panjang Ali memecah buah delima itu lalu menyuapkannya kepada orang sakit tersebut. Seketika orang itu sembuh dari sakitnya, di waktu yang bersamaan Fatimah sembuh dari sakitnya. Selesai memberi makan Ali bergegas meneruskan perjalanan pulang.

Ali masih bingung apakah reaksi Fatimah ketika sampai di rumah, karena ia tidak membawa apa-apa.  Ketika pintu rumah di ketuk , Fatimah mendengar suara suaminya, bergegas ia buka pintu rumah dan melihat mimik wajah suaminya agak susah.

Seketika itu Fatimah merangkul suaminya dan berkata: “Wahai suamiku, nampaknya engkau sedikit bingung dan susah, sesungguhnya ketika engkau menyuapkan delima kepada orang sakit tersebut, seketika itu Allah SWT menghilangkan keinginanku untuk makan buah delima.”

Mendengar ucapan istrinya, Ali nampak sumringah lalu keduanya duduk bersama di dalam rumah. Tiba-tiba  terdengar orang mengetuk pintu rumahnya. “Bukalah pintunya!” ucap Fatimah.

Kemudian Sahabat Ali berdiri dan membuka pintu lalu masuklah Salman Al farisi membawa keranjang tertutup taplak meja. Salman meletakkan keranjang yang dibawannya di depan Ali. Ali bertanya:” “Wahai Salman, dari siapa keranjang ini?”.

Salman menjawab,”Dari Allah SWT kepada Rasulullah Saw, dan dari Rasulullah Saw kepadamu.”

Ali membuka tutup keranjang itu, di dalamnya ada sembilan butir buah Delima masak. Ali berkata: “Wahai Salman, kalau benar keranjang ini dari Allah SWT, niscaya jumlahnya ada sepuluh butir, karena Allah SWT berfirman yang artinya: ‘Barangsiapa melakukan satu kebajikan, maka baginya sepuluh kali lipat kebajikan itu.”

Mendengar perkataan Ali, Salman tertawa agak terkekeh lalu mengeluarkan satu butir delima lagi dari saku bajunya, ia letakkan ke dalam keranjang seraya berkata: “Wahai Sahabat Ali, demi Allah, memang jumlah delima itu ada sepuluh butir, akan tetapi aku ingin mengujimu tentang hal itu.”. Lalu Ali menerima keranjang tersebut dengan senyum.

Kisah ini terdapat dalam buku 101 Cerita Penegak Iman Peluhur Budi karya KH. Moch. Djamaluddin Ahmad (Pengasuh pondok pesantren Tambakberas) Jombang, Jawa timur terbitan Pustaka Al-Muhibbin.