Ketika Nabi Muhammad saw sampai di langit keempat, beliau bertatap muka dengan Nabi Idris as. Nabi Idris as adalah orang pertama yang mengirim surat kepada raja-raja pada masanya untuk menyembah Allah swt, namun ternyata ajakan tersebut ditolak. Pada tahun 4 H, Nabi Muhammad saw juga mengirim surat kepada raja-raja pada masanya untuk masuk Islam. Beliau mengajak Heraklius, Muqauqis, Najasy, dan Kisra untuk beriman kepada Allah swt, meskipun mendapat respon berbeda dari masing-masing raja. Kesamaan metode dakwah inilah yang akhirnya mempertemukan keduanya di langit keempat.
Selanjutnya Nabi Harun as berjumpa Nabi Muhammad saw di langit kelima. Keduanya merupakan sosok yang dicintai oleh kaumnya dan paling fasih berbicara. Nabi Harun as orang paling fasih berbahasa Ibrani, sedangkan Nabi Muhammad saw tak diragukan lagi kefasihan bahasa Arabnya. Dikisahkan bahwa Nabi Harun as pernah dipandang lemah oleh Bani Israel sepeninggal Nabi Musa as bermunajat kepada Allah swt.
Mereka memisahkan diri dari Nabi Harun as, mengingkari janji dan menyembah sapi, serta berniat untuk memerangi dan membunuhnya. Kemudian Allah swt memberikan pertolongan kepada beliau, hingga akhirnya mereka yang―konon berjumlah 70.000 orang―tidak mau bertaubat dibinasakan oleh Allah swt dalam waktu sekejap. Kejadian yang sama dialami oleh Nabi Muhammad saw pada tahun 5 H. Bani Quraidhah yang tampak menghormati dan memulyakan Nabi Muhammad saw ternyata malah mengkhianatinya sehingga meletuslah Perang Ahzab. Lalu beliau mengutus Sa’ad bin Muadz untuk memerangi mereka sehingga 700 orang dari Bani Quraidhah tewas.
Langit keenam mempertemukan Nabi Muhammad saw dengan Nabi Musa as. Keduanya memiliki sebagian pengikut yang masih takut dengan keganasan musuh. Tatkala Nabi Musa as memerintahkan para pengikutnya untuk berperang agar dapat menegakkan syariat di Baitul Maqdis, mereka kuatir akan kekejaman kaum Jabbarin disana. Skenario Allah swt membuat kaum Jabbarin binasa dan akhirnya Bani Israel dapat memasuki Baitul Maqdis dengan aman.
Nabi Muhammad saw juga mengalami kisah serupa pada tahun 6 H. Dalam Perang Tabuk, beliau mendapat pertolongan dari Allah swt saat menaklukkan pasukan Daumatul Jandal. Selain itu, pada tahun tersebut beliau mendapat perintah untuk melaksanakan ibadah haji. Ketika akan memasuki Makkah, umat Islam dihadang oleh kaum kafir Quraisy sehingga terpaksa ditunda hingga tahun berikutnya. Beberapa tahun kemudian umat Islam berhasil menaklukkan Makkah dan dapat beribadah secara leluasa.
Sebelum mencapai Sidaratil Muntaha, Nabi Muhammad saw bertemu dengan Nabi Ibrahim as dalam keadaan sedang bersandar pada Baitul Ma’mur. Temu kangen dengan leluhur yang kedua ini semakin menegaskan posisi Nabi Muhammad saw yang lebih tinggi dari Nabi Ibrahim as, mengingat Nabi Muhammad saw akan melanjutkan perjalanan menuju tempat yang jauh lebih tinggi. Hikmah pertemuan ini dibuktikan pada tahun 7 H ketika Nabi Muhammad saw beserta para sahabatnya sampai di Baitullah untuk melaksanakan umrah qadla’ dan menegakkan simbol-simbol peninggalan Nabi Ibrahim as untuk menghidupkan sunnah yang sebelumnya telah mati pada masa jahiliyyah.
Demikianlah hikmah dan kisah, serta relasi tersembunyi dibalik pertemuan Nabi Muhammad saw dengan delapan nabi terdahulu. Berdasarkan pertemuan dengan setiap nabi di masing-masing langit, dapat ditarik kesimpulan bahwa pertemuan tersebut menggambarkan kisah perjalanan yang akan dialami oleh Nabi Muhammad saw pada tahun-tahun berikutnya. Hal ini juga menegaskan bahwa apa yang pernah dialami oleh para nabi terdahulu ternyata dialami seluruhnya oleh Nabi Muhammad saw.