Hakim Sanai: Pujangga Sufi Persia Pertama, Inspirator Rumi dan Attar

Hakim Sanai: Pujangga Sufi Persia Pertama, Inspirator Rumi dan Attar

Attar dengan Mantiq al-Tayr dan Rumi dengan Matsnawinya adalah dua sufi agung yang terinspirasi oleh Hakim Sanai.

Hakim Sanai: Pujangga Sufi Persia Pertama, Inspirator Rumi dan Attar
rumi

Para sejarawan sufisme Persia mencatat bahwa abad 5 H/11 M adalah awal gagasan mistik menemukan jalan untuk berkolaborasi dengan imajinasi puitis Persia. Pada periode ini muncul seorang sufi bernama Hakim Sanai Ghaznawi. Ia lahir tahun 1080 M dan meninggal antara tahun 1131-1141 M di Ghazni, Afganistan.

Para sejarawan puisi Persia menganggap Hakim Sanai sebagai pujangga sufi pertama. Ia mampu memberikan sentuhan puitis terhadap gagasan mistis yang telah dikembangkan oleh para sufi sebelumnya. Apa yang telah dilakukan oleh Sanai diakui sebagai tindakan revolusioner yang mampu memberikan warna baru terhadap ungkapan mistis para sufi.

Adanya kebaruan dalam nuansa puisi mistis Persia dipengaruhi oleh latar belakang Sanai. Sebelum bergelut dengan dunia sufi, ia merupakan seorang penyair yang melayani para penguasa dinasti Ghaznawiyah yang berpusat di Ghazni. Kepiawaian Sanai dalam menggubah syair memberi warna baru dalam gaya pengungkapan mistisnya.

Ia mengenalkan ghazal dan matsnawi dalam gaya penulisan puisi mistik. Ghazal adalah salah satu bentuk puisi yang mempunyai delapan larik dan biasanya berbicara tentang cinta. Sementara, matsnawi jumlah lirik dalam setiap baitnya agak bebas dengan skema rima berpasangan dua-dua.

Tokoh-tokoh sufi sebelum Sanai adalah murni dari kalangan biasa yang kemudian menjadi seorang sufi. Mereka bukan lah seorang penyair. Sementara, Sanai adalah seorang pujangga terkenal yang kemudian menganut sufisme.

Ketertarikan Sanai mendalami dunia mistik berawal dari sebuah perjalanan menuju Mekah untuk berhaji. Perjalanan tersebut telah memunculkan pencerahan dalam dirinya. Terkait hal ini, Zabihollah Safa, seorang doktor sastra Farsi mengatakan, “Ia keluar dari kegelapan tamak (duniawi) dan menemukan keindahan hak (kebenaran).”

Sejak saat itu, Sanai meninggalkan profesi sebagai pujangga kerajaan walau sultan Ghazni yang bernama Bahram Shah membujuknya dengan upah yang sangat menggiurkan. Tak hanya itu, bahkan sultan menjanjikan untuk menikahkan putrinya dengan Sanai jika ia bertahan.

Akan tetapi, perjalanan ke tanah suci telah mengubah spiritualitas Sanai. Ia pun kembali ke Ghazni dan mulai menyusun karya-karya puisinya yang bernuansa moral dan irfani. Di antara karya-karyanya adalah Karnameh Balkh, matsnawi yang terdiri dari 497 bait, Divan Sana’i, Sir al-Ibad ila al-Maad, Aql Nameh, dan Esgh Nameh.

Sementara, karya masterpiecenya adalah buku yang berjudul Hadiqah al-Haqiqah atau Taman Kebenaran. Buku ini sudah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa. Buku ini ditulis ketika Sanai memasuki usia senja. Tak lama setelah merampungkan karyanya ini, Sanai meninggal dunia. Karya ini pula yang membuat namanya dikenal baik di Timur maupun di Barat.

Karya-karya Sanai sangat berpengaruh dan mempunyai kedudukan yang penting dalam sejarah sastra Persia. Terkait hal ini, Doktor Safei Kadkani mengatakan, “Dalam sejarah sastra Farsi ketika dikatakan ‘Puisi sebelum Sanai dan sesudahnya’ menyita perhatian para pembaca yang ahli tentang karakteristik dua fase sensitif tersebut. Selama ini tidak ada dalam tahapan sya’ir Farsi, bahkan Sa’adi, Hafez maupun Rumi muncul dalam kategorisasi demikian.”

Annemarie Schimmel pun berujar bahwa Sanai adalah guru para sufi Persia. Melalui Sanai, puisi mistik cinta yang dibalut dengan bentuk sya’ir ghazal dan mastnawi mendapat perhatian. Pernyataan-pernyataan tersebut menunjukkan pengaruh besar Sanai dalam sastra Persia.

Sanai menempatkan konvensi puitis dan mensistematisasi istilah-istilah puitis yang mengilhami penyair-penyair sufi berikutnya. Attar dengan Mantiq al-Tayr dan Rumi dengan Matsnawinya adalah dua sufi agung yang terinspirasi oleh Sanai. Oleh karenanya, dalam literatur sufi mistik Persia dikenal dengan istilah tiga serangkai yakni Sanai-Attar-Rumi.

Rumi pun mengakui kontribusi yang diberikan oleh Sanai dan Attar kepada dirinya dalam menulis syair-syair mistik. Rumi menulis dalam sebuah syair yang berbunyi:

Attar adalah ruh, Sanai adalah dua matanya

Dan aku melangkah di atas jejak-jejak Sanai dan Attar

Bukan hanya Rumi dan Attar, Ahmad al-Ghazali pun sering mengutip Hakim Sanai dalam karyanya yang berjudul Sawanih. Padahal, Ahmad al-Ghazali dan Sanai hidup sezaman, sehingga hal itu membuktikan bahwa di masa hidupnya, Sanai telah berhasil menjadi otoritas mistik yang diakui. (AN)