Eksploitasi Sumber Daya Alam dan Hilangnya Akhlak Manusia Kepada Alam

Eksploitasi Sumber Daya Alam dan Hilangnya Akhlak Manusia Kepada Alam

Jika manusia berperilaku baik terhadap alam, berarti manusia telah menjalankan perintah dari Tuhan yang Maha Esa.

Eksploitasi Sumber Daya Alam dan Hilangnya Akhlak Manusia Kepada Alam

Sumber daya alam merupakan kekayaan alam yang ada di dalam bumi. Jika dilihat dari bentuknya, sumber daya alam mempunyai kecenderungan yang berubah-ubah, tidak pasti, bisa meluas dan menyempit. Tergantung sejauh mana kreatifitas manusia mengembangkan dan merawatnya. Dari situlah kemudian sumber daya alam terbagi menjadi dua; sumber daya alam Eksploratif dan Non Eksploratif.

Sebagai negara yang kaya dengan sumber daya alam, baik eksploratif maupun non eksploratif, baik darat maupun laut. Kondisi masyarakat yang tinggal di Indonesia bisa dikatakan belum sejahtera, bahkan jauh dari kata sejahtera di tengah kekayaan sumber daya alam yang melimpah. Pada akhirnya, atas nama menumbuhkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat, banyak kekayaan sumber daya alam yang diekploitasi besar-besaran.

Eksploitasi sumber daya alam sendiri adalah tindakan pengambilan kekayaan alam yang digunakan untuk kebutuhan hidup manusia, dan seringnya dilakukan dengan cara-cara yang semena-mena dan tidak mengindahkan kelestariannya. Sehingga sumber daya alam tersebut berkurang, bahkan menjadi rusak. Hal tersebut tidak lain karena pemahaman bahwa, sumber daya alam yang ada di bumi ini diciptakan seluruhnya untuk dimanfaatkan oleh manusia. Akhirnya, manusia bebas memanfaatkannya untuk apa saja, termasuk mengeksploitasinya. Padahal manusia diciptakan bukan hanya untuk memanfaatkan sumber daya alam, tetapi juga merawatnya dari kerusakan.

Manusia dan alam, beserta isinya, pada dasarnya sama-sama ciptaan Tuhan. Bedanya, manusia bernyawa dan berakal (mampu berfikir). Sedangkan alam beserta isinya, ada yang bernyawa ada yang tidak. Dan mereka ada yang berakal dan tidak berakal, dan mereka yang berakal tentu berbeda dengan manusia, dalam artian tidak memiliki kemampuan berfikir untuk menentukan sesuatu sebagaimana manusia.

Perbedaan tersebut kemudian menunjukkan bahwa, manusia adalah makhluk yang istimewa sekaligus mulia. Karena berbeda dengan makhluk ciptaan Tuhan yang lainya. Oleh sebab itulah, manusia mempunyai tugas utama sebagai khalifah fil ardh (pemimpin di bumi). Pemimpin bukanlah raja yang bebas melakukan apa saja. Sebab, tugas pemimpin adalah menjaga, melindungi, merawat, dan memberikan teladan dengan akhlak mulia. Sedangkan tugas manusia sebagai seorang pemimpin yang menjaga lingkungan beserta isinya adalah memakmurkannya, bukan merusaknya.

Muhammad Imarah dalam karyanya Manhaj Islami mengatakan, manusia memanglah makhluk yang paling mulia di antara makhluk-makhluk Allah yang lainnya. Namun, manusia hanya salah satu di antara sekian banyak makhluk Allah swt. Manusia dibekali akal pikiran hingga kedudukannya paling mulia di antara makhluk-makhluk Allah yang lainnya, hingga kita bisa mengetahui kisah-kisah penciptaan yang ada dalam Al-Qur’an, kita mendapatkan informasi tentang tahapan dan evolusi penciptaan. Dari informasi tersebut, kita bisa memahami bahwa alam ini mempunyai wujud obyektif yang terlepas dari subyektifitas kesadaran manusia.

Sayangnya, keistimewaan manusia dibanding makhluk ciptaan Tuhan yang lainnya sering membuat manusia berlaku semena-mena kepada makhluk Tuhan lainnya, yaitu lingkungan hidup beserta isinya. Padahal lingkungan hidup beserta isinya adalah entitas penting bagi kehidupan manusia di dunia. Namun yang terjadi, manusia sering berlaku semena-mena, tanpa memikirkan dampak yang terjadi akibat perbuatannya.

M. Quraish Shihab dalam bukunya Islam Yang Saya Anut mengatakan, Allah swt memberikan petunjuk kepada manusia untuk memanfaatkan bumi dan memeliharanya agar terhindar dari kebinasaan. Dia telah menunjukkan kesudahan manusia pertama, Adam dan pasangannya, yang telah mengikuti nafsunya. Tentu menjadi sebuah kejelasan bahwa, agama Islam bukanlah agama yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan dan sesama manusia saja. Melainkan juga relasi manusia dengan ciptaan-Nya yang lain, yaitu alam beserta isinya yang juga tidak luput dari perhatiannya.

Namun yang terjadi di kehidupan modern seperti saat ini, banyak manusia yang lebih menuruti hawa nafsunya dan hilangnya akhlak kepada sesama ciptaan Tuhan yang lainnya. Krisis iklim dengan segala dampaknya seperti bencana alam banjir dan sebagainya bukanlah takdir Tuhan. Namun, itu semua adalah akibat dari perilaku manusia yang desduktrif, lebih menuruti hawa nafsunya dan hilangnya akhlak kepada sesama makhluk ciptaan Tuhan lainnya.

Salah satu contoh bahwa manusia sering menuruti hawa nafsunya adalah perilaku eksploitasi besar-besaran terhadap kekayaan alam, tanpa mempertimbangkan dampak buruknya. Apalagi hal tersebut kebanyakan dilakukan hanya untuk memenuhi kepentingan ekonomi semata. Hal tersebut adalah salah satu bentuk hilangnya akhlak manusia kepada lingkungan hidupnya. Dan tindakan yang dilakukan secara berlebihan, tentunya tidak relevan dengan ajaran agama Islam.

Sebab, dalam agama Islam, manusia diajarkan untuk memperlakukan alam sebaik-baiknya, sebagaimana manusia memperlakukan anak-anaknya. Dengan memeliharanya agar tidak tercemar, sehingga dapat dimanfaatkan sesuai dengan tujuan penciptaannya. Hal ini menandakan bahwa, salah satu akhlak yang dianjurkan dalam Islam adalah berhubungan baik dengan alam dengan cara memelihara alam sebagai wujud syukur atas pemberian Tuhan.

Pemanfaatan sumber daya alam oleh manusia tidak boleh serta merta dilakukan sesuai dengan keinginannya. Jika Indonesia adalah negara yang ideologinya Pancasila dengan nilai-nilai Islam di dalamnya, maka dalam banyak aspek termasuk pemanfaatan sumber daya alam, mestinya tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai Islam itu sendiri. Dan perilaku eksploitatif terhadap sumber daya alam yang berlebihan merupakan tindakan keserakahan yang tidak sesuai dengan nilai-nilai yang diajarkan oleh Islam.

Karena tidak semua sumber daya alam itu terbaharukan. Sedangkan meningkatnya jumlah manusia, mengindikasikan meningkatnya pula kebutuhan akan sumber daya alam. Maka sebagai umat beragama yang baik, kita perlu memanfaatkan sumber daya alam sewajarnya saja. Tidak berlebihan sebagaimana diajarkan oleh Islam. Karena ketika kita melakukan pemanfaatan sumber daya alam, banyak makhluk ciptaan Tuhan yang terkait di dalamnya.

Oleh sebab itulah, manusia sebagai wakil Tuhan di bumi sudah seharusnya tetap berperilaku baik kepada alam. Menjaga akhlaknya terhadap alam dengan menjaga, merawat, dan memakmurkannya, bukan mengeksploitasi dengan sesuka hati dan merusaknya. Sebab, alam adalah manifestasi dari cahaya Tuhan. Berperilaku baik kepada alam atau lingkungan, berarti sama halnya berhubungan baik dengan yang menciptakannya. Dan berbuat buruk kepada alam, berarti telah mengingkari perintah Tuhan.

Sehingga dalam memanfaatkan sumber daya alam, manusia tidak hanya dituntut untuk tidak bersikap angkuh terhadap sumber daya yang dimilikinya, tetapi juga dituntut untuk memperhatikan apa yang sebenarnya dikehendaki oleh Allah SWT. Manusia dituntut untuk tidak hanya memikirkan kepentingan diri sendiri atau kelompoknya saja, tetapi juga kemaslahatan semua pihak (semua makhluk yang ada di bumi). Dengan demikian, manusia diperintahkan bukan untuk mencari kemenangan, tetapi keselarasan dengan alam.

Akhlak terhadap lingkungan merupakan piranti utama dalam kesiapsiagaan menghadapi bencana, yang bukan hanya mengancam jiwa, tetapi juga harta, kehormatan, dan keturunan, bahkan agama. Pengelolaan alam yang tidak berakhlak telah menyebabkan eksploitasi secara besar-besaran.

Hal di atas kemudian berdampak dengan terjadinya kirisis lingkungan.Disusul dengan bencana sosial, seperti derita hidup berkepanjangan berupa kemiskinan struktural, bencana kegagalan teknologi. Bahkan akibat dari itu semua, banyak nyawa hilang karena terhempas bencana alam, seperti banjir bandang, longsor akibat penggundulan hutan, illegal logging dan kelakuan tidak berakhlak lainnya terhadap alam.

Alam yang begitu kaya pada dasarnya telah memberikan banyak hal bagi kehidupan manusia. Namun kebiasaan dan pola hidup manusia modern yang jauh dari cinta lingkungannya, justru kerap memberikan dampak buruk bagi lingkungan sekitarnya.

Jika alam murka, manusia tak bisa lagi berbuat apa-apa, mungkin hanya pasrah, berdoa, dan memohon ampunan atas keserakahan akibat perilakunya. Sebab, kerusakan alam bukan terjadi pada kita, tapi karena kita. Oleh sebab itulah, mari pelajari alam, cintai alam, berdampinganlah dengan alam. Karena alam tidak akan pernah mengecewakan. Jadi jangan hanya mengeksploitasi alam, tetapi berbuat baiklah kepada alam. Sayangi dan kasihi alam supaya mereka juga mengasihi kita.

Jika manusia berperilaku baik terhadap alam, berarti manusia telah menjalankan perintah dari Tuhan yang Maha Esa. Namun jika manusia berperilaku buruk terhadap alam, maka sejatinya manusia telah mengingkari perintah Tuhannya. Mari jaga dan rawat lingkungan yang ada di sekitar kita dari kerusakan, sebagai wujud beribadah dan menjalankan perintah Tuhan.