Bolehkah Pemain Bola Tidak Puasa?

Bolehkah Pemain Bola Tidak Puasa?

Bolehkah Pemain Bola Tidak Puasa?

Situs berita “The Independent” dari Inggris merilis berita tentang keputusan Mohamed Salah, penyerang tim Liverpool, untuk tidak berpuasa saat bertanding di laga Final Liga Champions besok pagi (waktu Indonesia) melawan Real Madrid. Meski sebelumnya ia berkeinginan untuk tetap berpuasa, namun ahli fisioterapi klub Liverpool, Ruben Pons menyarankannya untuk tidak berpuasa terlebih dahulu guna mempersiapkan pertandingan finalnya. Final UCL akan dilaksanakan di malam hari waktu Kiev jam 21.45, sementara buka puasa di Kiyiv jam 20.54.

Problematika boleh tidaknya seseorang tidak berpuasa karena bermain bola selalu menghasil perbedaan pendapat di kalangan ulama sendiri. Secara khusus, boleh tidaknya seseorang membatalkan puasa karena bermain sepakbola membela timnya sudah lama ada, bahkan di kalangan ulama Mesir secara khusus ada perbedaan terkait boleh tidaknya pemain timnas Mesir untuk membatalkan puasa karena ikut serta ajang Piala Dunia 2018 di Rusia yang juga akan dimulai di bulan Ramadan ini.

Mengutip situs berita Mesir youm7.com, Syaikh Dr. Syauqi ‘Allam, mufti Mesir (Mufti al-Diyar al-Mishriyyah) mengatakan bolehnya pemain bola yang bermain di bulan Ramadan untuk berbuka.

Dar al-Ifta’ mendasarkan fatwa tersebut kepada pendapat dalam mazhab Hanafi, jika seseorang memiliki kontrak dengan lembaga atau yang mempekerjakannya, kemudian jika ia melaksanakan puasa ia tidak mampu melakukan pekerjaannya dengan baik, maka ia diperbolehkan untuk berbuka dengan dasar darurat dan ia berkemungkinan untuk menggantinya di hari lain. Fatwa tersebut sebenarnya dirilis di tahun 2009 ketika ada yang menanyakan hal yang sama.

Dalam fatwa itu, Dar al-Ifta’ berpendapat bahwa bermain sepakbola sudah digolongkan sebagai pekerjaan yang sah secara syariat dan di mata hukum negara. Namun, lembaga ini memberi catatan bahwa di malam hari pemain bola tetap wajib berniat, namun jika kemudian ia tidak kuat untuk bermain maka ia dibolehkan untuk tidak berpuasa.

Terkait dengan kepergian Timnas Mesir ke Rusia untuk mengikuti Piala Dunia yang dimulai tiga hari sebelum shalat idul fitri, maka kepergian mereka sendiri sudah menjadi alasan bolehnya seseorang untuk berbuka puasa karena sedang dalam kondisi musafir. Mengutip Qudspress.com, Dr. Sa’ad Shalih, Ustadz Fiqih Perbandingan Universitas al-Azhar juga mengatakan bolehnya pemain timnas Mesir untuk berbuka puasa karena memang mereka akan menempuh perjalanan yang jaraknya sudah memenuhi jarak mufasir. Hal serupa dalam kasus Mohamed Salah yang saat ini bermain di Inggris dan akan bertanding di Ukraina, jarak kedua negara juga menyebabkan bolehnya ia berbuka karena jarak dan dalam kondisi musafir.

Tidak semua sepakat dengan fatwa ini. Syaikh Ahmad Mahmud Karimah, ulama senior al-Azhar menolak bolehnya seorang pemain bola untuk tidak berpuasa karena bermain bola. Dasarnya adalah bermain bola hanya memakan waktu satu jam setengah. Jika seorang pemain bola berusaha lebih saja, ia tetap mampu berpuasa.

Sejurus dengan pendapat tersebut, Dr. ‘Abd al-Hamid al-Athrasy, mantan ketua dewan fatwa al-Azhar, berpendapat bahwa berangkat ke perhelatan Piala Dunia tidak bisa dijadikan dasar bolehnya seseorang berpuasa karena alasan berpergian. Karena kategori bolehnya seseorang berpuasa karena berpergian sudah jelas, dan bermain bola tidak masuk di dalamnya, meskipun sudah menjadi sumber penghasilan.

Namun menurut Dr. Shahat al-Jundi, anggota Majma’ al-Buhuts al-Islamiyyah di Mesir mengatakan bahwa berbuka tidaknya seorang pemain bola tergantung kepada kekuatan fisik masing-masing. Karena hal ini tidak bisa dipukul rata kepada semua pemain.

Selengkapnya, klik di sini