Belajar dari Sikap Rasulullah atas Abu Lahab

Belajar dari Sikap Rasulullah atas Abu Lahab

Belajar dari Sikap Rasulullah atas Abu Lahab

Kita semua dikejutkan dengan video pawai anak-anak yang meneriakkan “Bunuh! Bunuh! Bunuh!” Bagaimana anak-anak bisa sampai pada ide mengerikan semacam itu?

Jawabannya sudah pasti demikian: diajari, dituntun, disuruh oleh orang-orang dewasa. Anak-anak punya kemampuan untuk meniru dan gampang dibikin percaya. Apalagi, tradisi kita jauh dari kultur berpikir kritis. Dengan ajaran seperti itu, sudah barang tentu, orang-orang tua telah mewariskan, menurunkan, mengajarkan kepada anak-anak, generasi Islam, generasi warga negara tentang kemarahan dan kebencian kepada orang/hal/golongan yang menurut mereka melecehkan Islam, menodai kesucian Islam.

Pertanyaannya kemdudian: Apakah sikap demikian ada pada diri Rasulullah Muhammad SAW?

Tidak! Tidak dan tidak!

Sebagai contoh, ketika rakyat Mekah menolak dakwah Rasulullah Muhammad, beliau mencoba peruntungan di Thaif. Beliau masuk ke kota itu dan menawarkan Islam, tetapi beliau lebih dari sekadar diejek secara verbal, tetapi juga dilempari batu dan kotoran. Beliau terhina seterhina-terhinanya.

Bahkan Jibril sampai menawarkan diri untuk membunuh rakyat Thaif sebagai balasan.

Apa Muhammad mengiyakan?

Tidak! Tidak dan Tidak!

“Jangan,” tegas Rasulullah. Mereka hanya tidak tahu. Semoga saja kelak anak cucu mereka ada yang mendapat hidayah.

Ketika Abu Lahab melempari teras rumah Nabi dengan kotoran, dan Fatimah menangisi nasib ayahnya yang terhina, Nabi tidak menyut api kebencian di hati putri bungsunya, alih-alih Nabi menyeka air mata Fatimah dan menguatkan putrinya itu dengan kesabaran dan pemaafan.

Tetapi tingkah Abu Lahab tidak berhenti di sana. Abu Lahab telah melamar Ruqoyyah dan Ummu Kultsum (dua putri Nabi) untuk kedua anaknya: Utbah dan Utaibah. Ketika Rasulullah mendeklarasikan Islam, pertunangan itu dibatalkan secara sepihak. Apakah Rasulullah mengajarkan kepada Ruqoyyah dan Ummu Kultsum untuk membenci dan meneriaki Abu Lahab “Bunuh! Bunuh! Bunuh!”?

Tidak! Tidak dan tidak!

Rasulullah tidak mengajarkan kita untuk membenci apalagi menyebarkan kebencian. Alih-alih, Rasulullah mengajarkan kita untuk mengasihi dan memaafkan, untuk menjadi lebih besar daripada caci-maki, untuk membersihkan hati dan mulut kita dari kotornya kebencian.

Jadi, jika ada yang mengklaim sedang berdakwah tapi kerjaannya menyebar kebencian, maka patut dipertanyakan kemuhammadannya.

Karena Islam adalah Muhammad. Dan kebencian haram bagi beliau. Selamat beribadah.

Irfan L. Sarhindi, Penulis “Mencintai Muhammad”