Rukun Iman yang pertama adalah percaya kepada Allah SWT. Kata “Allah” sendiri berasal dari akar kata “aliha”, yang berati mengherankan, menakjubkan, dan bisa juga diartikan yang dipatuhi. Prof. Quraish Shihab menjelaskan, Dia dinamakan Allah karena Ia dipatuhi dan semua ciptaan dan perbuatannya menakjubkan.
“Semua perbuatannya menakjubkan, makanya dia dinamakan Allah,” Jelas Prof. Quraish Shihab.
Kalau ditanyakan kepada setiap umat beragama, termasuk non-muslim sekalipun, siapa Tuhan anda? Mereka akan menjawab Allah. Pertanyaannya, apakah Allah orang musyrik, kristen, dan muslim itu sama?
Prof. Quraish Shihab memberikan ilustrasi dengan menyatakan, “Kalau saya berkata, saya mengundang Pak Ali makan siang di hari Minggu, apakah semua Pak Ali yang saya maksud? Tentu tidak? Apakah setiap hari Minggu undangan makannya? Tentu juga tidak. Makanya harus ditanyakan, Ali mana yang anda maksud? Hari Minggunya kapan?
“Jadi ketika Nabi bersabda, percayalah pada Allah, maka kita harus bertanya, Allah mana yang dimaksud? Itu sebabnya, dalam wahyu pertama yang diterima Rasulullah, kata Allah tidak digunakan. Yang digunakan adalah kata Rabb, Iqra’ bismi rabbikalladzi khalaq,” Jelas Prof. Quraish Shihab.
Pada saat itu, orang musyrik bertanya kepada Nabi Muhammad, “Jelaskanlah seperti apa Tuhanmu wahai Muhammad?” Atas dasar itulah, turun surat al-Ikhlas, qul huwallahu ahad. Percayalah kepada Allah, dan katakanlah bahwa Allah itu ahad, esa. Jadi kita percaya kepada Allah, di mana Allah yang kita percayai adalah Allah yang ahad. Kita kagum pada ciptaan-Nya, perbuatan-Nya, dan kita patuhi perintah-Nya.
Mengetahui hakikat dan zat Allah sangat mustahil. Makanya hal itu tidak dituntut di dalam Islam. Yang diwajibkan hanyalah percaya pada Allah, walaupun zatnya tidak bisa dilihat.
“Sesuatu yang tidak bisa dilihat, karena bisa jadi dia diliputi oleh kegelapan, atau bisa jadi juga karena terlalu terang. Kelelawar tidak bisa melihat di siang hari, karena matanya tidak mampu melihat yang terang. Sama seperti manusia tidak bisa melihat matahari, mata kita pasti berkunang-kunang, karena terlalu terang,” Tambah Prof. Quraish Shihab.
Ada pula ulama yang berkata, sesuatu yang terang, baru bisa dilihat kalau dia diterangi oleh sesuatu yang lebih terang daripada itu. Tapi bagaimana kita akan melihat Tuhan, sementara dia adalah puncak dari segala cahaya.
Karena itu kita tidak dituntut untuk mengetahui bentuk zatnya, namun yang diwajibkan adalah percaya pada Allah. Mengapa demikian? Prof. Quraish Shihab menjelaskan, “Anda tidak perlu melihat singa kalau anda sudah dengar suaranya. Anda tidak perlu melihat sesutu yang sudah jelas tanda-tanda wujudknya,” Ungkap Prof. Quraish Shihab.
Dengan adanya alam raya ini sekaligus membuktikan keberadaan Allah SWT. Tidak mungkin tidak ada yang menciptakannya. Apalagi alam raya tercipta dengan penuh keteraturan. Tidak mungkin ada sesuatu yang teratur, tanpa ada yang mengaturnya.