Aminah RA, Ibu Rasul SAW yang Ternyata Ahli Sastra di Masanya

Aminah RA, Ibu Rasul SAW yang Ternyata Ahli Sastra di Masanya

Aminah, ibu Rasulullah SAW yang meninggal dunia saat Rasul berumur enam tahun adalah seorang perempuan yang cerdas di masanya.

Aminah RA, Ibu Rasul SAW yang Ternyata Ahli Sastra di Masanya

Video Gus Muwwafiq yang diduga menistakan Rasulullah dengan mengatakan rembes masa kecilnya dengan cepat  viral dan memancing pro dan kontra di kalangan masyarakat, NU dengan NU, atau NU dengan FPI. Kelompok pro dan kontra sebenarnya masih terindikasi muatan politik. Perdebatan di dunia maya tak ada usainya hingga ada kasus lain yang menutup pergerakannya di media sosial.

Penulis tidak hendak membahas video Gus Muwwafiq. Tetapi hendak membahas siapa perempuan hebat di balik Muhammad? Bukan Khadijah yang dimaksud, atau Aisyah. Tetapi sosok perempuan yang telah mengandung dan melahirkannya. Siapakah dia? Hingga Allah mentaqdirkan bayi laki-laki yang kelak menjadi manusia hebat lahir dari rahimnya.

Dialah Aminah binti Whab bin Abi Manaf bin Zuhra bin Kalab bin Marah bin Ka’ab bin Luai bin Gholid. Dalam kitab An Nisa Khaularasul, Aminah disebut sebagai wanita yang jamal (cantik) sekaligus kamal. Jamal dalam arti ia memiliki wajah yang cantik dan kamal berarti ia sempurna. Aminah adalah perempuan yang bijaksana di kalangan kaumnya.

Aminah memiliki kemahiran dalam bersastra (balagho) seperti kalangan Arab yang memang menjunjung tinggi sastra dalam peradabannya. Aminah juga pandai dalam berbicara. Aminah salah satu perempuan yang tersohor di kalangna kaumnya. Umar Ahmad al-Rawi dalam kitabnya (An Nisa Khaularrosul) menyebut Aminah sebagai  لم يسبقها اليه احد من النساء العرب, tidak ada satupun perempuan Arab yang bisa menandinginya dalam hal apapun.

Dalam mengandung Muhammad, Abdullah suaminya pergi ke Madinah untuk berdagang. Dalam keadaan akan melahirkan, suasana Arab tidak kondusif. Raja Abrahah dari Yaman menyerang Ka’bah dan Makkah. Setelah selesai berdagang, suami Aminah, Abdullah kembali ke Makkah. Sayang, sebelum sampai ke Makkah, Abdullah wafat. Rasa duka menyelimuti keluarga Aminah dan Abdul Muthalib. Sejak lahir, bayi laki-laki Aminah sudah dalam keadaan yatim.

Muhammad, lahir di tengah peradaban yang gersang. Dibandingkan saat itu, ada dua peradaban besar yang maju, Romawi dan Persia. Manusia agung yang sudah diprediksi kelahirannya di beberapa kitab suci itu lahir di tengah-tengah daerah yang gersang dan masih bergelut dengan peradaban jahiliyyah.

Muhammad tumbuh menjadi manusia agung, pemimpin agama sekaligus pemimpin negara. Islam tersebar dan nama Muhammad tercatat sebagai manusia berpengaruh nomor satu di dunia versi Michael H. Hart. Beruntungnya Aminah sebagai wanita yang menerima takdir melahirkan sesosok bayi laki-laki yang kelak akan menjadi tokoh dunia.

Aminah tidak memiliki kesempatan lebih untuk menyaksikan tumbuh kembangnya Muhammad. Ia meninggal pada saat Muhammad mencapai usia kurang lebih 6 tahun. Ada beberapa versi kisah meninggalnya Aminah yang ditulis dalam kitab An Nisa Khaularrasul:

Pertama, Aminah pergi berziarah ke makam Abdullah di Madinah, ketika Nabi Muhammad berusia 6 tahun. Perjalanan ini ditemani oleh kakeknya Abdul Muthalib dan Ummu Aiman (pengasuh nabi). Di tengah perjalan pulang ke Makkah, Aminah meninggal dan dimakamkan di tanah Abwab.

Kedua, dikisahkan bahwa Aminah diajak oleh Abu Tholib untuk berkunjung ke sanak saudara di Madinah. Dalam perjalanan pulang, Aminah meninggal dan dimakamkan di Tanah Abwab.

Ketiga, Aminah dimakamkan di perkampungan Makkah.

Keempat, Aminah dimakamkan di perkampungan Abi Dab.

Aminah meskipun telah wafat, bahkan jauh sebelum Muhammad menjadi rasul, namanya akan tetap terkenang. Aminah telah melahirkan seorang tokoh hebat dan besar, Muhammad SAW. (AN)

Wallahu a’lam.