Alkisah, Kalimullah Nabi Musa AS beserta kaumnya ditimpa kekeringan, hujan tak kunjung turun sepanjang tahun. Menghadapi peristiwa itu Nabi Musa AS beserta kaumnya pun menggelar shalat untuk meminta hujan. berbuat maksiat
Dalam kitab Anisul Mu’minin karya Syaikh Shafwak Sa’dallah al-Mukhtar, disebutkan bahwa berkumpullah semua orang di sebuah padang, Nabi Musa AS lalu memastikan jamaahnya.
“Wahai bani Israil, siapapun dari kalian yang ahli maksiat keluarlah dari barisan ini, agar Allah segera menurunkan hujan!” pinta Nabi Musa kepada umatnya.
Tak ada seorang pun yang keluar dari barisan, Nabi Musa khawatir hujan tidak jadi turun karena ada orang ahli maksiat dalam jamaahnya. Mendapati tak ada seorang pun yang keluar barisan, Nabi Musa pun lalu segera memulai shalat meskipun dihinggapi rasa waswas.
Alhasil, seusai shalat langit pun mulai mendung, pertanda hujan akan segera turun. Benar saja, seketika itu hujan turun. Nabi Musa pun heran, bagaimana bisa hujan turun? Padahal ia yakin pasti ada ahli maksiat yang masuk dalam barisan jamaahnya.
Nabi Musa yang memang dasarnya ngeyelan, lantas mengadu kepada gusti Allah.
“Ya Allah, Engkau telah turunkan hujan, sedangkan Engkau tak mengeluarkan ahli maksiat yang ada dalam barisanku,” Nabi Musa mengadu kepada gusti Allah.
“Wahai Musa, orang ahli maksiat yang ada dalam barisanmu telah taubat nasuhah kepadaku, dan aku telah menerima taubatnya,” Allah memberi tahu Nabi Musa.
Mendengar jawaban gusti Allah, sebagai nabi yang ngeyelan Nabi Musa lantas bertanya kembali.
“Kalau begitu, siapakah orang yang berbuat maksiat itu ya Allah, aku ingin sekali mengetahuinya?” tanya Nabi Musa kembali.
“Wahai Musa, bagaimana aku bisa membocorkannya kepadamu? Saat orang itu bermaksiat saja aku tutupi aibnya, lalu bagaimana aku memberi tahumu toh sekarang ia telah taubat kepadaku,” sangkal gusti Allah.
Jawaban gusti Allah ini seolah menjadi Ajwibah Muskitah –jawaban yang membuat lawan bicara terdiam– kepada sang Kalimullah Musa As. Itulah sifat rahman Allah, yang bermaksiat saja ditutupi aibnya, bagaimana dengan yang bertaubat, sudah tentulah Allah lebih rahman kepadanya. (AN)
Wallahu A’lam.