Al-Qarawiyyin Perpustakaan Islam Tertua di Dunia

Al-Qarawiyyin Perpustakaan Islam Tertua di Dunia

Al-Qarawiyyin Perpustakaan Islam Tertua di Dunia

Perpustakaan Al Qarawiyyin dibangun oleh seorang sarjana perempuan progresif muslim bernama Fatima al Fihri pada 859. Di dalamnya terdapat ribuan kitab klasik dan salah satu Al Quran tertua di dunia. Al Qur’an dari abad ke sembilan yang ditulis dalam kaligrafi Kufi serta kitab sirah tertua yang bercerita tentang kehidupan Nabi Muhammad saw.

Badan kebudayaan PBB, UNESCO menyebutnya sebagai perpustakaan tertua di dunia.Letaknya di Fez, Maroko. Ada yang menyerbut perpustakaan ini sebagai rumah bagi beberapa manuskrip langka. Tak heran hanya kurator dan orang tertentu yang bisa mengakses. Pada tahun 2016 pengurus perpustakaan melakukan proses digitalisasi terhadap 4000 manuskrip klasik.

Perpustakaan al Qarawiyyin didirikan oleh seorang wanita bernama Fatima Al-Fihri. Fatima dikenal sebagai anak dari saudagar kaya Tunisia Muhammad al-Fihri yang tinggal di Fez. Setelah ayahnya wafat dan mewariskan kekayaan yang berlimpah, Fatimah saudara perempuannya Maryam tidak menumpuk kekayaannya untuk kepentingan pribadi. Sebagai orang terpelajar, keduanya menyedekahkan hartanya untuk kemaslahatan umat.

Maryam,memutuskan untuk membangun Masjid al-Andalus di atas lahan miliknya di Fez. Sementara Fatimah mendirikan Masjid al-Qarawiyyin. Dari sini gagasan mendirikan perpustkaan terwujudkan. Fatimah tidak menginginkan masjid menjadi pusat interaksi sosial semata, tetapi berinisiatif menyumbangkan perpustakaan pribadi keluarganya untuk kepentingan publik, utamanya jamaah masjid.

Kurator Abdulfattah Bougchouf menyebutkan bahwa perpustakaan Al Qarawiyyin aslinya memiliki ruangan penjaga yang dikunci dengan empat gembok. Masing-masing gembok kuncinya dipegang oleh orang yang berbeda.Awalnya perpustakaan tertutup untuk publik, tapi dengan dorongan dari menteri kebudayaan Maroko akhirnya perpustakaan ini dibuka untuk umum dan menjadi obyek wisata.

Proses restorasi perpustakaan dilakukan oleh Aziza Chaounis, seorang arsitek perempuan asli Fez Dia mengatakan rerstorasi tidak hanya untuk memerbaiki lantai atau bangunan yang rusak, tetapi juga menjadikan perpustakaan lebih nyaman untuk didatangi. Bekerjasama dengan Institute of Computational Linguistics dari Italia, proyek restorasi yang telah restorasi ini bertujuan untuk melakukan digitalisasi warisan budaya dan membuat mereka tersedia bagi khalayak luas di dunia. Vito Pirelli perwakilan ICI menyebut bahwa sekitar 20 persen manuskrip sudah dipindai dengan mesin yang juga mendeteksi lubang dalam naskah kuno yang memerlukan perbaikan. Kini perpustakaan Al Qaqariyyin menjadi salah satu tempat wisata yang ramai dikunjungi turis.