Kisah Orang Muda Melawan Perkawinan Anak di Kota Indramayu

Kisah Orang Muda Melawan Perkawinan Anak di Kota Indramayu

Kisah Orang Muda Melawan Perkawinan Anak di Kota Indramayu

Bagaimana seorang perempuan muda berusaha untuk masuk ke komunitas dan mencegah kawin anak?

Kisah itu diceritakan oleh Maya Amelia, ia berasal dariDuta Generasi Berencana (Genre) Indramayu. Ia mengisahkan bagaimana   pengalamannya mengedukasi warga Indramayu terkait perkawinan anak. Saat ini, Indramayu tercatat sebagai daerah dengan angka perkawinan anak yang cukup tinggi, ada banyak alasan mengapa itu semua dapat terjadi.

Meski tanah kelahirannya dinilai buruk dikarenakan banyaknya pekerja seks, buruh migran hingga perkawinan anak. Maya tidak merasa malu dan merasa kabupatennya tertinggal, justru Maya membuktikan kalau anak muda punya peran dan berdaya untuk membantu pemerintah menekan angka perkawinan anak di Indramayu.

Menurut Maya, Indramayu memiliki tradisinya sendiri sehingga proses edukasi perkawinan anak dan semacamnya dilakukan dengan polanya sendiri.

“Memang kalau di Indramayu tuh kita tidak bisa langsung mengajak, mereka langsung ngikutin. Kita semua harus pelan-pelan, pendekatan yang kita lakukan terlebih kepada anak yang ditinggal sama orang tuanya dari kecil bekerja di luar negeri, kita harus pelan-pelan deep talk dulu sama mereka, apa sih maunya mereka,” cerita Maya saat mengisi diskusi bertemakan “Ngobrolin dispensasi Kawin Usia Anak” di Outlier Cafe Ciputat, Tangerang Selatan, Jumat (29/11/2024) digelar INFID.

Maya melanjutkan, terjadinya perkawinan anak di Indramayu disebabkan antara lain dari keluarganya sendiri.

“Lagi bengen mah mimi karo mama kuh kawine enom, waktu dulu bapak ibu itu nikahnya muda,” kata Maya.

Hal-hal seperti ini yang kemudian mengendap di pikiran anak muda sehingga memilih untuk kawin muda.

“Penting karenanya, memberikan trauma healing ke mereka, memberikan gambaran kalau hal seperti itu tidak usah terjadi lagi. Kita harus putus mata rantai itu,” ujar Maya.

Maya bersyukur, bersama Genre ia dan teman-teman yang lain dapat melakukan blusukan ke sekolah-sekolah hingga desa-desa terpencil untuk memberikan trauma healing, pendampingan dan pemberdayaan kepada masyarakat Indramayu.

Tradisi Indramayu, Menikah dengan Juragan Adalah Prestasi

Maya juga bercerita ada salah satu kawannya yang juga duta Genre Indramayu, dipaksa menikah dengan orang kaya oleh orang tuanya. Saat itu kawannya berusia 19 tahun dan syarat mengikuti Duta Genre Indramayu itu tidak boleh menikah lebih dulu.

Maya sudah memberikan pertimbangan dan masukan kepada temannya bahkan kepada orang tuanya langsung. Tapi tetap saja, pernikahan tetap berlangsung.

“Jadi kalau di Indramayu sebuah prestasi kalau anak perempuannya tuh menikah sama orang kaya, sebab orang tuanya berpikir kapan lagi nikah sama juragan,” tutur Maya.

Memang kultur di Indramayu seperti itu, trennya adalah perempuan menikah dengan orang kaya bukan sekolah tinggi. Dan ini akan muncul masalah baru dan isu harus diputuskan.

“Dan akhirnya kita sebagai remaja Indramayu kalau bisa kita harus berubah jangan seperti itu, kita juga tidak mengklaim kalau kita tidak menikah kalau bisa kita tingkatin value diri kita dulu,” jelas Maya Amelia.