Jangan Pacaran, Jangan Nikah Dulu!

Jangan Pacaran, Jangan Nikah Dulu!

Jangan Pacaran, Jangan Nikah Dulu!
man hide a ring behind his back before making a proposal

Menurut sebagian orang, bahkan ahli, pacaran itu dianggap penting, sebagai bagian dari cara untuk saling mengenal kepribadian satu sama lain antara perempuan dan laki-laki, terutama mereka yang sudah punya rencana menikah. Sebagian yang lain, ada juga yang menganggap bahwa pacaran merupakan perilaku yang dilarang agama, alias haram, oleh karena para pemuda yang hendak menikah, tidak perlu pacaran. Sebab, katanya, pacaran bisa dilakukan justru setelah menikah.

Dengan dasar bahwa jodoh, pernikahan dan rumah tangga itu misteri, saya lebih condong agar para pemuda memang tidak perlu buang-buang waktu untuk ikut-ikutan pacaran, apakah untuk keperluan akan segera menikah atau bukan. Saya masih meyakini bahwa dengan tidak berpacaran, perempuan dan laki-laki akan cenderung dapat terjaga dari perilaku-perilaku yang tercela.

Lalu realitasnya seperti apa? Yang namanya realitas memang tidak bisa dipungkiri, bahwa fenomena pacaran di kalangan kaula muda ini sulit dibendung, lebih-lebih yang mengarah pada pergaulan bebas.

Tidak dipungkiri bahwa memang ada perempuan dan laki-laki yang berpacaran, lalu kemudian menikah. Ada yang rumah tangganya masih berjalan, ada juga yang sudah berpisah. Tetapi ada juga yang tidak saling kenal sebelumnya, apakah melalui perantara dijodohkan atau tidak, lalu kemudian menikah.

Lalu setelah menikah satu sama lain menjalin komunikasi untuk saling mengenal lebih dalam. Karena bagaimana pun pasangan yang telah resmi menikah harus punya komitmen untuk setia dalam suka maupun duka.

Lalu yang paling penting adalah bahwa usia muda ini mestinya dijadikan momen emas untuk berprestasi dan produktif berkarya. Menghabiskan masa muda dengan kesibukan yang bermanfaat, bukan malah terjebak pada cinta monyet. Lagi pula, kalau saja memahami konsekuensi pernikahan, itu justru mengandung konsekuensi yang berat. Pernikahan dan rumah tangga bukan sekadar cinta, kecocokan, banyaknya uang, bagusnya rupa, tingginya jabatan dan lain sebagainya.

Jangan pacaran, jangan nikah dulu!

Lebih-lebih anak-anak muda yang masih sekolah dan kuliah. Fokus saja dulu pada studinya sampai lulus dan berprestasi. Jangan sampai tergoda untuk pacaran, apalagi nikah.

Jangan juga dijadikan teladan/contoh/ukuran, terkait dengan praktik-praktik nikah dini para orang tua zaman dulu. Ada banyak faktor yang tidak edukatif apabila praktik zaman dulu dengan zaman sekarang disamaratakan begitu saja. Akan terlalu banyak madarat apabila praktik nikah dini dipaksakan terjadi.

Apalagi biasanya, yang banyak dirugikan akibat pacaran adalah perempuan. Perempuan masa kini harus tangguh dan berwibawa. Jangan mau jadi perempuan yang gampangan.

Sudah banyak bukti di zaman sekarang, perempuan banyak yang mengukir kesuksesan di usia muda. Para perempuan tidak boleh menggantungkan hidupnya pada laki-laki. Sebelum maupun setelah menikah, perempuan harus berwibawa, menjadi perempuan yang “mahal.”

Pacaran itu selain mengandung bahaya nafsu, juga perasaan. Perempuan maupun laki-laki terjebak perasaan atau istilahnya “baper”, ini akan sangat berpotensi menimbulkan bahaya. Bayangkan, apabila ada dua sejoli, belum menikah lalu sudah mulai baper, marah-marah, saling menuntut, dst, bagaimana jadinya kalau dua sejoli ini menikah.

Oleh karena itu, pesan saya kepada kaula muda, tunda dulu pacaran dan nikahmu, fokus dulu agar studi dan karirmu sukses. Pacaran dan nikah itu gampang, kalau kalian sudah sukses.

Jangan sampai kalian akan jadi korban cinta monyet atau cinta palsu berikutnya. Baper yang akan membawamu pada kegagalan. Soal pacaran dan nikah, suatu saat, tidak diminta pun akan ada saatnya yang tepat. Fokus untuk tetap mengeksplorasi diri, selain pada studi, juga berkiprah pada bakti sosialmu pada Desa atau masyarakat.

Sudah saatnya anak-anak muda mulai berkontribusi pada Desanya. Bahaya pacaran dan nikah di saat yang tidak tepat, akan mengubur semua impianmu dan jejak-jejak pengabdian kebaikanmu selama ini. Ada berapa banyak waktu, biaya dan segalanya yang harus dikorbankan untuk menuruti bahaya nafsu, untuk ketemuan rutin, ngobrol online rutin, bahkan modusnya bisa meningkatkan motivasi ibadah dan amal shaleh.

Wallahu a’lam