Masing-masing manusia adalah individu yang unik. Baik kita menyadarinya atau tidak, apapun menurut kita bisa diinterpretasikan berbeda oleh orang lain, ini berlaku untuk apa saja, bisa makanan, pakaian, sampai ke pengenalan kita terhadap Tuhan. Berikut lima perumpamaan relasi hubungan manusia dengan Allah SWT
- Pedagang dan pembeli
Manusia seperti ini suka hitung-hitungan dan tawar menawar dalam beribadah. Misalnya, menunaikan amalan tertentu untuk mengharapkan balasan tertentu yang spesifik. Mereka berfikir jika shalat dhuha bisa membuat mereka kaya, semakin banyak rakaat yang dikerjakan, maka akan semakin banyak rezeki yang akan diberikan.
- Tuan dan budak.
Biasanya seorang budak kesetiaannya sangat berkaitan dengan rasa takut, yaitu: takut dihukum, takut kelaparan. Nah, manusia jenis ini ibadahnya dimotivasi oleh takut mati, takut neraka, takut kiamat, takut karena diawasi dan ketakutan-ketakutan lainnya.
- Bapak dan anak
Perumpamaan ini menganggap bahwa kasih Tuhan itu kebapakan dan hambanya adalah anak-anaknya.
- Guru dan murid.
Analogi di atas membuat manusia menjadikan Tuhannya sebagai pembimbing utama dalam hidup, jika ada hal yang tidak mengenakkan dia yakin bahwa Tuhan sedang mengajari dia sesuatu, bahwa di balik segalanya kaya akan hikmah dan pelajaran.
- Tuhan sebagai kekasih.
Salah satu contohnya adalah Rabiatul Adawiyah, seorang sufi perempuan dari Iraq yang memopulerkan falsafah cinta terhadap Tuhan sebagaimana cinta kepada kekasih. Ia melepaskan segala hasratnya akan surga, melepaskan ketakutannya akan neraka, dan menjadikan cinta sebagai motivasinya dalam beribadah.
Keragaman hubungan manusia dengan Allah ini tentu mempengaruhi corak dakwah. Coba deh perhatikan, ada pendakwah yang hitung-hitungan soal sedekah dan balasannya dari Tuhan, ada yang materi dakwahnya menakut-nakuti terus, ada yang selalu mengingatkan akan hikmah di balik kejadian dan keikhlasan sebagai wujud tertinggi iman.
Tidak ada yang salah atau benar secara substansi macam-macam relasi ini. Perbedaan persepsi ini karena masing-masing kita memilihi latar belakang pengetahuan, pengalaman dan perasaan yang berbeda terhadap zat Yang Maha Kuasa.
Bisa saja kita melihat Tuhan dengan kombinasi beberapa analogi relasi di atas, atau bahkan semuanya. Allah pun memiliki 99 sifat yang saling berlawanan untuk keseimbangan, juga menampilkan sifatnya di Al-Quran dengan berbagai macam sifat.
Pengalaman hidup kita memang bisa mempengaruhi impresi spiritual akan apa yang kita dapat dari sifat Tuhan. Tapi yang jelas, jangan lupa bahwa Allah Maha Kuasa dan Maha Berkehendak atas segalanya. Jadi bisa saja sekeras apapun usaha dan doa kita, kalau Allah berkehendak lain, kita hanya bisa belajar, bersyukur dan tidak berputus asa.
Wallahu a’lam