Ciputat, Islami.co — Greenpeace Indonesia melalui program Ummah for Earth, bersama Islamidotco dan platform Cariustadz menyelenggarakan workshop penting bertajuk “Islam dan Lingkungan”, Sabtu, 14 Desember 2024. Workshop yang diselenggarakan di Bait al-Quran, South City, Pondok Cabe, Tangerang Selatan ini mengundang para dai dan tokoh agama dari berbagai pesantren dan majelis taklim untuk mendapatkan wawasan baru mengenai krisis lingkungan dan bagaimana menghubungkannya dengan perspektif dakwah keagamaan.
Acara dibuka dengan sambutan oleh Ustadz Ali Nurdin, dewan Pakar PSQ, serta Nasywa Shihab. Mereka memberikan pengantar mengenai pentingnya pembekalan para dai dalam menghadapi isu-isu lingkungan yang semakin mendesak. Selama acara, peserta diberikan berbagai materi yang mengupas masalah krisis lingkungan, seperti dampak sampah, perubahan iklim, dan kerusakan hutan. Pada sesi setelah Dhuhur, para peserta mendalami framework Dai Hijau, yaitu terkait bagaimana seorang dai bisa membangun perspektif dan argumentasi keagamaan yang relevan dengan masalah lingkungan untuk disampaikan kepada jamaah.
Menurut Rahma Shofiana, Project Lead Ummah for Earth Greenpeace Indonesia, workshop ini sangat penting untuk memperkuat pemahaman para dai mengenai krisis iklim yang terjadi di Indonesia. “Krisis iklim di Indonesia sangat sistemik dan memberikan dampak yang luas, mulai dari bencana alam hingga perubahan pola hidup masyarakat. Kami berharap para dai dapat menjadi agen perubahan yang dapat menyebarkan pemahaman ini kepada masyarakat luas,” ujar Rahma dalam wawancara.
Selain materi mengenai krisis lingkungan, peserta juga diminta untuk berdiskusi secara mendalam mengenai isu-isu yang ada, serta mencari solusi konkret yang dapat diterapkan oleh komunitas mereka. Workshop ini bertujuan untuk memberikan para dai pilihan materi dakwah terkait lingkungan yang dapat diintegrasikan dalam kajian keagamaan sehari-hari.
Salah satu wawancara menarik datang dari Qurrota A’yuni, perwakilan dari Cariustadz, yang menilai bahwa workshop ini sangat bermanfaat bagi para dai. “Sangat menarik karena ternyata banyak perspektif baru yang dibawa dalam workshop ini. Misalnya, selama ini kita hanya fokus pada ayat-ayat yang menyebutkan kerusakan di bumi, seperti dalam ‘Dhaharol Fasadu fil Barri wa bahr’, tetapi tadi banyak sekali argumen dan referensi lain yang dapat dijadikan alternatif untuk diberikan kepada umat,” jelas Qurrota.
Ahmad Munshorif, salah seorang peserta dari Pesantren Darus Sunnah, Ciputat, mengungkapkan rasa syukurnya atas wawasan baru yang ia dapatkan dalam workshop ini. “Ini adalah wawasan baru bagi kami sebagai pembawa narasi-narasi keagamaan Islam. Manfaat yang kami dapatkan tentunya akan kami sampaikan kepada santri dan jamaah di masyarakat. Lingkungan adalah masalah penting yang perlu perhatian umat Islam, dan kami berharap tema-tema yang diajarkan dalam workshop ini bisa menjadi bahan dalam mengajar serta memberikan khutbah Jumat,” kata Ahmad.
Workshop ini juga menekankan pentingnya peran para dai dalam menyampaikan pesan dakwah yang responsif terhadap masalah-masalah lingkungan, mengingat masyarakat Muslim di Indonesia sangat mempercayai otoritas ulama dan dai dalam hal memberikan pemahaman. Melalui acara ini, diharapkan pesan mengenai pentingnya menjaga lingkungan dapat diterima dengan baik oleh masyarakat luas, terutama dalam konteks ajaran Islam.
(AN)