Sebagian wilayah Indonesia mengalami musim kemarau panjang, keadaan ini memicu meluasnya kebakaran hutan dan lahan. Akibatnya kabut asap semakin pekat, banyak orang mengidap penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA); lalu lintas di udara, laut dan, darat menjadi kacau; ditambah lagi aktifitas sekolah dan pekerjaan menjadi terhambat dan kurang efektif.
Menyikapi problem tersebut, salah satu alternatif yang diajarkan Rasulullah adalah dengan berdoa untuk segera diturunkan hujan, tujuannya agar api segera dapat padam dan kabut asap menghilang. Bukankah doa merupakan senjata bagi orang beriman? Tetapi memang tidak bisa sepenuhnya bersandar pada doa, tanpa melakukan usaha maksimal.
Terlepas dari itu, ada banyak ragam redaksi doa yang pernah dibaca Rasulullah untuk memohon agar diturunkannya hujan. Doa-doa yang bervarian tersebut akan panulis uraikan satu persatu dengan merujuk enam kitab induk hadits (Kutub al-Sittah), yaitu: Shahih al-Bukhari, Shahih Muslim, Sunan Ibn Majah, Sunan Abu Dawud, Sunan al-Tirmidzi, dan Sunan al-Nasâˋi.
Redaksi Pertama,
(اللَّهُمَّ اسْقِنَا، اللَّهُمَّ اسْقِنَا، اللَّهُمَّ اسْقِنَا، (رواه البخاري
Allahummasqina, allahummasqina, allahumasqina.
“Ya Allah turunkanlah hujan untuk kami, Ya Allah turunkanlah hujan untuk kami, Ya Allah turunkanlah hujan untuk kami” (HR. Al-Bukhari).
Doa ini terdapat dalam Shahih al-Bukhari, kitab Abwab al-Istisqa, bab al-Istisqaˋ fî al-Masjîd Jami’, hadis ke- 1013. Imam al-Bukhari juga menyebutkan hadis ini dalam bab al-Duʻa Idza Katsir al-Mathar Hawalaina wa Laʻalaina, hadits ke- 1021, namun tidak diulang tiga kali.
Hal serupa juga ditemui dalam Sunan Abu Dawud, kitab Jamaʻu Abwab al-Shalat al-Istisqaˋ wa Tafriʻiha, bab Rafʻu al-Yadain fî al-Istisqa, hadits ke- 1175. Begitu pula dalam Sunan al-Nasaˋi, kitab al-Istisqaˋ, bab Kaifa Yarfaʻu, hadits ke-1115; bab Dzikr al-Duʻaˋ, hadits ke-1516 dan 1517.
Redaksi Kedua,
(اللَّهُمَّ اسْقِنَا غَيْثًا مَرِيئًا، مَرِيعًا طَبَقًا، عَاجِلًا غَيْرَ رَائِثٍ، نَافِعًا غَيْرَ ضَارٍّ. (رواه إبن ماجه
Allahummasqina ghaitsan mari’a, mari’an thabaqam ghairu raitsin, nafi’in ghaira dharrin.
“Ya Allah berilah kami hujan yang menyegarkan, yang menyuburkan lagi merata, yang segera bukan diperlambat, yang bermanfaat bukan memberi mudharat” (HR. Ibn Majah)
Doa ini terdapat dalam Sunan Ibn Majah, kitab Iqâmat al-Shalât wa al-Sunnat fîhâ, bab Mâjâˋa fî al-Duʻâ fî al-Istisqâ, hadis ke- 1269.
Redaksi Ketiga,
(اللَّهُمَّ اسْقِنَا غَيْثًا مُغِيثًا، مَرِيئًا طَبَقًا، مَرِيعًا غَدَقًا، عَاجِلًا غَيْرَ رَائِثٍ. (رواه إبن ماجه
Allahummasqina ghaitsan mughitsan mari’an thabaqan mari’an ghadaqan ajilan ghaira raits.
“Ya Allah berilah kami hujan yang lebat, yang menyegarkan lagi merata, yang menyuburkan lagi deras, yang segera bukan diperlambat. (HR. Ibn Majah).
Doa ini terdapat dalam Sunan Ibn Majah, kitab Iqâmat al-Shalât wa al-Sunnat fîhâ, bab Mâjâˋa fî al-Duʻâ fî al-Istisqâ, hadis ke- 1270.
Redaksi Keempat,
(اللَّهُمَّ اسْقِنَا غَيْثًا مُغِيثًا، مَرِيئًا مَرِيعًا، نَافِعًا غَيْرَ ضَارٍّ، عَاجِلًا غَيْرَ آجِلٍ. (رواه أبو داود
Allahummasqina ghaitsan mughitsan, mari’an mari`an, nafian ghaira dharrin, ajilan ghaira ajil.
“Ya Allah berilah kami hujan yang lebat, yang menyegarkan lagi menyuburkan, yang bermanfaat bukan memberi mudharat, yang segera bukan ditunda-tunda”. (HR. Abu Dawud).
Doa tersebut terdapat dalam Sunan Abu Dawud, kitab Jamâʻu Abwâb al-Shalât al-Istisqâ wa Tafriʻîhâ, bab Rafʻu al-Yadain fî al-Istisqâ, hadis ke-1169.
Redaksi Kelima,
(اللَّهُمَّ اسْقِ عِبَادَكَ، وَبَهَائِمَكَ، وَانْشُرْ رَحْمَتَكَ، وَأَحْيِ بَلَدَكَ الْمَيِّتَ. (رواه أبو داود
“Ya Allah berilah hujan kepada hamba-hamba-Mu, hewan-hewan ternak-Mu, tebarkanlah rahmat-Mu dengan merata, dan suburkanlah bumi-Mu yang tandus” (HR. Abu Dawud).
Doa di atas terdapat dalam Sunan Abu Dawud, kitab Jamâʻu Abwâb al-Shalât al-Istisqâ wa Tafriʻîhâ, bab Rafʻu al-Yadain fî al-Istisqâ, hadis ke-1176.
Redaksi Keenam,
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ مَلِكِ يَوْمِ الدِّينِ، لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، يَفْعَلُ مَا يُرِيدُ، اللَّهُمَّ أَنْتَ اللَّهُ، لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ الْغَنِيُّ وَنَحْنُ الْفُقَرَاءُ، أَنْزِلْ عَلَيْنَا الْغَيْثَ، وَاجْعَلْ مَا أَنْزَلْتَ لَنَا قُوَّةً وَبَلَاغًا إِلَى حِينٍ. (رواه أبو داود
Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, Maha Pemurah lagi Maha Penyayang, yang menguasai hari pembalasan, Tiada Tuhan selain Allah, Dia melakukan apa saja yang dikehendakinya, ya Allah Engkau Allah, tidak ada Tuhan kecuali Engkau yang Maha Kaya sedangkan kami miskin, turunkan kepada kami hujan, dan jadikanlah atas apa yang Engkau turunkan sebagai kekuatan bagi kami dan menjadi bekal menuju hari yang ditetapkan”. (HR. Abu Dawud).
Redaksi doa ini terdapat dalam Sunan Abu Dawud, kitab Jamâʻu Abwâb al-Shalât al-Istisqâ wa Tafriʻîhâ, bab Rafʻu al-Yadain fî al-Istisqâ, hadits ke-1173.
Demikian beberapa nukilan doa agar diturunkan hujan berdasarkan apa dipraktekkan oleh Rasulullah dan terdokumentasikan di dalam kitab-kitab hadits, khususnya Kutub al-Sittah. Sebagai tindakan paling sederhana turut serta menanggulangi bencana kebakaran lahan dan kabut asap, terutama di Sumatera dan Kalimantan. Tentu kita berharap bencana ini dapat diatasi secepatnya dan tidak kembali terulang di masa akan datang.
Wallahu a’lam.